Tabel 4.4. Jumlah Sarana Peribadatan Kecamatan Tarutung No
Rumah Ibadah Jumlah
1 Masjid
3 2
Langgar Musollah 2
3 Gereja Katolik
2 4
Gareja Protestan 85
Total 92
Sumber: BPS Tapanuli Utara 2014
4.1.7. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Tarutung
Tarutung yang dikenal sebagai salah satu daerah asal marga yang ada pada masyarakat BatakToba, yakni Si Opat pusoran yang terdiri dari
marga Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutapea, dan Lumban Tobing. Kegiatan adat merupakan bagian penting dalam keseharian masyarakat
Tarutung. Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat menghadiri setiap kegiatan adat yang melibatkan dirinya. Padaawalnya, upacara adat yang
berlaku pada seluruh masyarakat Batak Toba adalah sama, namun seiring perkembangan zaman, muncul perbedaan pelaksanaan adat pada masih
masing daerah Batak, karena disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Adapun tahapan-tapan tahapan adat istiadat yang berlaku dalam
kehidupan etnis Batak Toba, yaitu: 1.
Pasahat Ulos Tondi Acara ini dilakukan pada saat usia kandungan memasuki tujuh
bulan, ditandai dengan pemberian ulos oleh pihak parboru.
2. Manaruhon Aek Ni Utte
Kegiatan ini dilakukan setelah si anak lahir, hal ini berutujuan agar si ibu dan anak selalu sehat, asinya lancar, dan darahnya u bersih.
3. Pemberian nama Mangalap Goar
Bagi masyarakat yang beragama Kristen acara ini disebut dengan Tardidi, dan untuk masyarakan yang beragama Islam, disebut dengan
Aqiqah atau mengayun anak. 4.
Malua 5.
Marunjuk Pernikahan 6.
Upacara Kematian Di wilayah Tapanuli Utara, dibentuk sebuah lembaga yang
musyawarah yang mengikutsertakan para penatua adat yang benar-benar memahami, menguasai dan menghayati adat istiadat di lingkungannya.
Lembaga ini disebut dengan LADN Lembaga Adat Dalihan Na Tolu. Lembaga tersebut beranggotakan parhata-parhata dari berbagai marga.
Lembaga ini bertugas melaksanakan kegiatan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebuadayaan daerah, yakni adat istiadat. Beberapa
tradisi dalam masyarakat Batak yang masih dipertahankan hingga pada saat ini, antara lain:
1. Bagi sebagian masyarakat pertanian di Tarutung masih menganut
sistem marsiadapari, yaitu saling gotong royong mengerjakan lahan pertanian dengan menggunakan tenaga tanpa digaji dan sistemnya
bergantian ketempat lahan yang lain.
2. Apabila ada ternak mati, maka akan disembelih oleh masyarakat
setempat. Daging akan dibagi rata kepada seluruh warga yang turut berpartisiapasi dalam kegiatan tersebut. Setiap masyarakat yang
mendapatkan daging akan dikenakan biaya. 3.
Marsihiol-sihol, apabila seseorang yang kembali dari tanah perantauan, haruslah membawa makanan mamboan sipanganon, dan
mengajak tetannga di sekitar rumah untuk makan bersama.
4.2. Profil Informan