Defenisi Konsep Analisis Prestise dalam Upacara Kematian pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

3. Obyek-obyek, tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lebih merupakan produk interaksi-simbolis. Obyek-obyek dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas: a obyek fisik, seperti meja, tanaman, atau mobil; b obyek sosial seperti ibu, guru, menteri, atau teman; dan c obyek abstrak seperti nilai-nilai, hak dan peraturan 4. Manusia hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek 5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat oleh manusia itu sendiri 6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota- anggota kelompok, hal ini yang disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia. Sebagian besar tindakan bersama tersebut berulang- ulang dan stabil, melahirkan apa yang disebut oleh para sosiolog sebagai “kebudayaan” dan “aturan sosial”

2.4. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan untuk mengetahui penjelasan, maksud, dan pengertian. Defenisi konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Prestise Prestise adalah wibawa yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang KBBI. Prestise dalam hal ini adalah suatu kebanggaan ataupun kehormatan yang diperoleh seseorang karena telah mencapai padangan hidup ideal dalam masyarakat suku Batak Toba yakni hagabeon, hamoraon, dan hasangapon. Prestise dapat juga diartikan sebagai pengakuan sosial terhadap kedudukan tertentu, tingkat tertentu pada posisi-posisi yang dihormati. 2. Kebudayaan Menurut E.B. Taylor dalam Soerjono Soekanto 2012, Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 3. Upacara Kematian Suku Batak Toba Upacara merupakan rangkaian atau kegiatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat-istiadat, agama, dan kepercayaan. Upacara juga dapat diartikan sebagai perayaan yang dilakukan sehubungan dengan peristiwa penting. Upacara kematian suku Batak Toba adalah ritual yang diberlakukan kepada seseorang yang telah meninggal berdasarkan umur dan statusnya. 4. Dalihan Na Tolu Dalihan na tolu adalah sistem hubungan sosial yang terdapat pada masyarakat Batak dan terdiri dati tiga unsur kekerabatan, yakni: a. Somba marhula-hula Hormat pada kelompok ataupun keluarga marga pihak istri. b. Manat mardongan tubu Menjaga hubungan baik dengan kelompok ataupun orang-orang yang semarga. c. Elek marboru Menjaga hubungan baik dengan kelompok orang dari pihak marga suami dari masing-masing saudara perempuan. 5. Suhut Orang yang melaksanakan satu olaon dan bertanggung jawab atas ulaon tersebut. 6. Hula-hula Mertua dari Suhut, atau dapat juga diartikan sebagi kelompok atau keluarga dan marga dari pihak istri. 7. Boru Kelompok orang dari pihak marga suami dari masing-masing saudara perempuan. 8. Piso-piso Berupa uang ataupun kerbau yang diberikan kepada hula-hula sebagai tanda penghormatan. 9. Bius Tokoh-tokoh adat yang berasal dari daerah sekitar tempat tinggal si pelaksana kegiatan adat. 10. Tilahaon Kondisi seseorang apabila anaknya meninggal. 11. Punguan Kumpulan atau kelompok masyarakat berdasarkan, marga, tempat tiggal, ataupun pekerjaan. 12. Soit Bagian dari daging yang diberikan kepada hula-hula sebagai tanda penghormatan karena telah di berikan ulos. 13. Dongan Sahuta Orang-orang yang tinggal dalam satu wilayah adat atau sekarang serinng disebut dengan STM Serikat Tolong Menolong 14. Tugu atau Tambak Tempat penguburan orang-orang yang telah berhasil mencapai pandangan hidup yang dianggap ideal dalam suku Batak Toba. BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian