Habitat Kandungan Kimia Manfaat

27

2.3.5. Habitat

Tanaman cabai rawit mempunyai daya adaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh agroekologi di daerah subtropis dan tropis. Di Indonesia, tanaman cabai rawit dapat dibudidayakan di daratan rendah sampai dataran tinggi pegunungan Rukmana, 2002. Daerah tumbuh cabai rawit yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian antara 0 - 500 m dari permukaan laut, suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25 - 30 o C, sedangkan untuk pertumbuhannya adalah 24 - 28 o C. Jika suhunya terlalu rendah pertumbuhan tanaman terhambat. Intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10 - 12 jam untuk fotosintesis, pembentukan bunga dan buah, serta pemasakan buah. Kelembapan relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 80. Pada musim hujan, kelemabapan akan tinggi, sehingga menanam cabai pada musim ini akan menghadapi risiko terkena serangan bakteri dan cendawan. Derajat keasaman tanah pH yang paling ideal untuk tanaman cabai adalah 6 - 7 Wiryanta, 2002.

2.3.6. Kandungan Kimia

Cabai rawit mengandung zat capsaicin, minyak atsiri capsitol dan bioflavonoids serta nutrisi gizi yang cukup tinggi Rukmana, 2002. Kapsaikin yang merupakan unsur aktif dan pokok yang berkhasiat terdiri dari empat komponen kapsaikinoid, yaitu dihydrocapsaicin, nordihydrocapsaicin, homocapsaicin, dan homodihydrocapsaicin. 28 Cabai rawit juga mengandung senyawa ascorbic acid. Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea 1991 dikutip oleh Wakhyulianto 2005 bahwa di dalam cabai rawit terkandung senyawa saponin, flavonoida dan tannin.

2.3.7. Manfaat

Cabai rawit banyak digunakan untuk terapi kesehatan. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa buah cabai dapat membantu menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi Wiryanta, 2002. Cabai rawit rasanya pedas, sifatnya panas, tumbuhan ini berkhasiat tonik stimultan kuat untuk jantung dan aliran darah membantu menghancurkan bekuan darah antikoagulan, dan meningkatkan nafsu makan. Minyak atsiri capsitol dapat dimanfaatkan sebagai pengganti minyak kayu putih untuk mengurangi meringankan rasa pegal-pegal, sesak napas, gatal-gatal dan encok karena bersifat analgesik. Rukmana, 2002. Data hasil penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih 1987 yang dikutip oleh Setiawan Dalimartha 2004, menunjukkan bahwa ekstrak cabai rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Candida albicans adalah spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa mulut thrush def 1, dan infeksi saluran pernapasan bronkokandidiasis. 29

2.4. Kerangka Konsep