Pembangunan Sarana dan Prasarana selama Periode PT. Perkebunan V

69 bagian dokter ahli spesialis sesuai dengan jenisnya masing-masing, seperti Telinga, Hidung, dan Tenggorokan T.H.T., Mata, Gigi, Anak dan Kandungan, Ginjal, Penyakit Dalam, Paru-paru, dan Gizi. 78 Selanjutnya yaitu Asisten Tata Usaha yang tugasnya adalah mengurusi segala hal yang berkaitan dengan surat menyurat dan administrasi. Asisten Tata Usaha membawahi beberapa bagian, antara lain: Administrasi Pembukuan yang bertugas mengurusi kegiatan kantor dan tata usaha. Gudang Material bertugas menyimpan bahan yang sewaktu-waktu diperlukan untuk keperluan rumah sakit, seperti pasir, kayu, kapur, dan lain sebagainya. Sementara itu, Gudang Umum bertugas untuk menyimpan barang- barang yang sudah tidak dipakai lagi, seperti peralatan medis yang sudah rusak, surat- surat, dan lain sebagainya. 79

3.6 Pembangunan Sarana dan Prasarana selama Periode PT. Perkebunan V

Pada masa-masa awal terjadinya peralihan manajemen dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke PT. Perkebunan V Sei Karang tidak banyak dibangun sarana dan prasarana baru di rumah sakit ini. Penambahan sarana dan prasarana baru dilakukan pada tahun 1983 yaitu dengan dibangunnya Rumah Karyawan sebanyak 3 unit dengan luas lahan 330 m 2 . Kemudian, di tahun 1984 dibangun Rumah Karyawan sebanyak 2 unit dengan luas lahan 268 m 2 . Masih di tahun yang sama dibangun pula sarana pelengkap berupa jalan aspal di kompleks Rumah Sakit Petumbukan sejumlah 1 jalur dengan panjang ± 500 m. 80 78 Ibid. 79 Ibid. 80 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Data Bangunan dan Sarana Rumah Sakit Petumbukan. Universitas Sumatera Utara 70 Di tahun 1985 dibangun Rumah Tipe 69 B sebanyak 6 unit menempati lahan seluas 804 m 2 , Rumah Karyawan Umum Tahap I sebanyak 8 unit dengan luas lahan 880 m 2 , Rumah Karyawan Umum Tahap II sebanyak 2 unit dengan lahan seluas 220 m 2 , Rumah Krani sebanyak 2 unit dengan luas lahan 220 m 2 , Bangunan Koperasi dan Gudang masing-masing sejumlah 1 unit menempati lahan seluas 175 m 2 , dan Tempat Parkir sepeda motor sejumlah 1 unit dengan luas lahan 70 m 2 . 81 Sementara itu, di tahun 1986 dibangun sarana pelengkap yaitu Pagar Besi beserta Kawat Berduri seluas ± 4000 m 2 , Pondasi Patria Komatsu P.L. 70 dan Pondasi Mesin Lister EX SPH masing-masing berjumlah 1 set. Di tahun 1987 ada penambahan bangunan baru yaitu Musholla sejumlah 1 unit dengan luas lahan 52 m 2 dan Koridor sejumlah 1 unit menempati lahan seluas 265 m 2 . Selain itu ada juga dibangun sarana pelengkap berupa Parit buangan air limbah dengan lahan seluas 120 m 2 yang baru rampung pada tahun 1988. 82 Pada tahun 1989 dibangun Asrama Putri sejumlah 1 unit dengan luas lahan 235 m 2 dan sarana pelengkap berupa Parit Batu seluas 200 m 2 . Sementara itu di tahun 1990 hanya ada penambahan sarana pelengkap yaitu Pondasi Patria Komatsu PL.100 sejumlah 1 set. Tahun 1992 ada penambahan fasilitas baru berupa Bangunan VIP sejumlah 1 unit menempati lahan seluas 36 m 2 . Di tahun 1996 hanya ada satu sarana pelengkap berupa Cerucuk sungai sejumlah 1 set. 83 81 Ibid. 82 Ibid. Universitas Sumatera Utara 71 BAB IV RUMAH SAKIT PETUMBUKAN PADA MASA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 3 1996 – 2002 Bab ini akan menguraikan tentang Rumah Sakit Petumbukan pada masa peralihan manajemen dari PT. Perkebunan V ke PT. Perkebunan Nusantara 3, seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1996. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tentang Peleburan Perusahaan Perseroan 83 Ibid. Universitas Sumatera Utara 72 Persero PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3. Selain itu akan dibahas mengenai akibat dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara 3 terhadap Rumah Sakit Petumbukan dan sarana prasarana apa saja yang dibangun pada periode ini. Kemudian akan dijelaskan juga mengenai sengketa kepemilikan lahan yang terjadi di tanah pertapakan antara Rumah Sakit Petumbukan dengan ahli waris OK. Tousa dan Putusan Mahkamah Agung RI. Terakhir, akan diterangkan mengenai eksekusi dan akibat ditutupnya Rumah Sakit Petumbukan. 4.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan

III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas Badan-badan Usaha Milik Negara di lingkungan Departemen Pertanian, dipandang perlu melakukan peleburan Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan III, Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan IV, dan Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan V yang masing-masing didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1971, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1971, dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1971 yang dilebur dalam satu Perusahaan Perseroan Persero baru dengan nama Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan Nusantara 3. Pelaksanaan peleburan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian. Terhitung sejak berdirinya PT. Perkebunan Nusantara 3 maka Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1971, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Universitas Sumatera Utara 73 Tahun 1971, dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1971 dinyatakan tidak berlaku lagi. Peraturan Pemerintah ini berlaku sejak 14 Februari 1996 yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto dan diketahui oleh Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia, Moerdiono. 84 Terkait dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini maka PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V dinyatakan bubar, segala hak dan kewajiban, kekayaan serta karyawan ketiga PT. Perkebunan III, IV, dan V beralih ke PT. Perkebunan Nusantara 3. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga dijelaskan mengenai maksud dan tujuan Persero, yaitu usaha di bidang perkebunan dan usaha-usaha lain yang menunjang penyelenggaraan usaha di bidang perkebunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Neraca penutupan PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V diperiksa oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP dan kemudian disahkan oleh Menteri Keuangan, sedangkan neraca pembukaan PT. Perkebunan Nusantara 3 ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

4.2 Akibat dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara 3 terhadap Manajemen