Akibat dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara 3 terhadap Manajemen

73 Tahun 1971, dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1971 dinyatakan tidak berlaku lagi. Peraturan Pemerintah ini berlaku sejak 14 Februari 1996 yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto dan diketahui oleh Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia, Moerdiono. 84 Terkait dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini maka PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V dinyatakan bubar, segala hak dan kewajiban, kekayaan serta karyawan ketiga PT. Perkebunan III, IV, dan V beralih ke PT. Perkebunan Nusantara 3. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga dijelaskan mengenai maksud dan tujuan Persero, yaitu usaha di bidang perkebunan dan usaha-usaha lain yang menunjang penyelenggaraan usaha di bidang perkebunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Neraca penutupan PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V diperiksa oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP dan kemudian disahkan oleh Menteri Keuangan, sedangkan neraca pembukaan PT. Perkebunan Nusantara 3 ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

4.2 Akibat dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara 3 terhadap Manajemen

Rumah Sakit Petumbukan Pada masa peralihan dari PT. Perkebunan V ke PT. Perkebunan Nusantara 3 tidak banyak terjadi perubahan yang berarti, baik dari segi manajemen struktur organisasi di Rumah Sakit Petumbukan maupun sarana dan prasarana yang dibangun. Peralihan ini lebih tepatnya bisa dikatakan hanya penggantian nama dan pengelola saja, yang sebelumnya rumah sakit ini milik PT. Perkebunan V kemudian berubah menjadi milik 84 Arsip milik Asrul Koto: Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1996 tentang Peleburan Universitas Sumatera Utara 74 PT. Perkebunan Nusantara 3, sehubungan dengan adanya penggabungan atau peleburan beberapa PT. Perkebunan yang ada di Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara 3 adalah gabungan dari PT. Perkebunan III, IV, dan V yang dilebur menjadi satu. 85 Dari 3 tiga PT. Perkebunan yang bergabung tersebut masing-masing memiliki rumah sakit sendiri. PT. Perkebunan III rumah sakitnya adalah Rumah Sakit Membang Muda, Rumah Sakit Aek Nabara, dan Rumah Sakit Torgamba. PT. Perkebunan IV rumah sakitnya adalah Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi, dan PT. Perkebunan V rumah sakitnya adalah Rumah Sakit Petumbukan. Sehubungan dengan peleburan ketiga PT. Perkebunan di atas, maka PT. Perkebunan Nusantara 3 memilih Rumah Sakit Sri Pamela sebagai Rumah Sakit Utama. 86 Rumah Sakit Sri Pamela dipilih karena letaknya yang strategis dan mudah diakses karena berada di kota Tebing Tinggi, kota perlintasan yang berada di jalan lintas sumatera. Selain itu mungkin juga dikarenakan Rumah Sakit Sri Pamela terbebas dari konflik atau permasalahan sengketa lahan sehingga terpilih menjadi Rumah Sakit Utama PT. Perkebunan Nusantara 3. Dampak bagi karyawan, paramedis, dan juga masyarakat dapat dirasakan setelah Rumah Sakit Petumbukan ditutup pada tahun 2002. Saat itu banyak karyawan dan paramedis yang sebelumnya bekerja di rumah sakit ini menjadi kehilangan pekerjaan dan juga kehilangan tempat tinggal. Banyak karyawan yang tinggal di kompleks Rumah Sakit Petumbukan dan akhirnya harus meninggalkan kediamannya tersebut karena sudah menjadi milik ahli waris OK. Tousa. Imbas ditutupnya Rumah Sakit Petumbukan juga dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dulu jika ada orang yang ingin menjenguk sanak Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3. 85 Wawancara dengan Edi Suhardi, Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang, 1 Maret 2011. Universitas Sumatera Utara 75 saudaranya yang sakit, ada yang membeli buah-buahan atau makanan ringan sebagai buah tangan untuk yang sakit. Namun setelah rumah sakit ini tutup maka tidak ada lagi kejadian seperti itu. Alasan Rumah Sakit Petumbukan tidak dipilih disebabkan beberapa faktor, di antaranya letak geografis yang kurang strategis, tidak seperti Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi. Faktor lain yang mungkin menjadi faktor utama yaitu adanya konflik sengketa lahan yang belum selesai antara Rumah Sakit Petumbukan dengan ahli waris OK. Tousa. Hal ini yang mungkin saja menjadi pertimbangan Direksi PT. Perkebunan Nusantara 3 dalam menetapkan Rumah Sakit Utama. Semenjak Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi menjadi Rumah Sakit Utama PT. Perkebunan Nusantara 3, maka peranan Rumah Sakit Petumbukan mengalami penurunan. Rumah Sakit Petumbukan kurang mendapat perhatian dari Direksi PT. Perkebunan Nusantara 3 dan hal itu dapat terlihat dari sedikitnya sarana dan prasarana yang dibangun pada periode ini. Pada periode ini setiap 5 lima atau 6 enam kebun dihimpun menjadi 1 satu distrik yang dikepalai oleh seorang Distrik Manager. Pasien-pasien di Rumah Sakit Petumbukan pada periode PT. Perkebunan Nusantara 3 berasal dari kebun-kebun di antaranya adalah: 1. Distrik Deli Serdang I, yaitu: Sei Putih, Sarang Giting, Silau Dunia, Tanah Raja, dan Rambutan. 2. Distrik Deli Serdang II, yaitu: Gunung Manako, Bandar Jambu, Pamela, dan lain-lain. 3. Distrik Labuan Delab I, yaitu: Sei Dadap, Ambalutu, Pulo Mandi, Hutapadang, dan Sei Kopas. 86 Wawancara dengan Asrul Koto, Johor Indah Permai, 13 September 2011. Universitas Sumatera Utara 76 4. Distrik Labuan Delab II Rantau Prapat, yaitu: Rantau Prapat, Merbau Selatan, Pulau Raja, dan Aek Nabara. 87

4.3 Sarana dan Prasarana yang dibangun saat periode PT. Perkebunan