commit to user 61
diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci teknik jigsaw ini adalah interdependence
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja
sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jigsaw adalah suatu sistem pembelajaran yang memfokuskan pada keaktifan
siswa dan siswa dituntut untuk saling bekerjasama antar satu dengan yang lain dan mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi dalam atas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Aronson 2000: 36 mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif jigsaw sebagai berikut:
1 Membentuk kelompok jigsaw yang teerdiri dari lima atau enam siswa. Anggota kelompok hendaknya berbeda secara kelamin, budaya, kelas,
dan kemampuan. 2 Menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok
hendaknya dipilih yang paling dewasa di antara yang lain. 3 Membagi materi menjadi lima atau enam bagian.
4 Meminta siswa untuk mempelajari satu bagian. Yakinkan bahwa siswa hanya mendapat satu bagian dan mempelajari bagian mereka sendiri.
5 Memberi waktu pada siswa untuk membaca bagiannya agar mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Dalam langkah ini siswa tidak perlu
menghafal materinya. 6 Membentuk kelompok sesaat kelompok ini disebut kelompok ahli.
Siswa yang memilliki bagian yang sama membentuk satu kelompok dan mendiskusikan agar mereka benar-benar paham.
7 Mengembalikan siswa dalam kelompok asalnya kelompok jigsaw masing-masing.
commit to user 62
8 Memberi waktu kepada setiap siswa untuk menjelaskan apa yang mereka peroleh dalam kelompok ahli dan siswa dibeeri kesempatan untuk
bertanya dan meminta penjelasan. 9 Guru dapat berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk
mengawasi prosesnya. Guru dapat memberikan bantuan penjelasan atau mengintervensi secara tidak langsung.
10 Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan tes atau kuis agar mereka sadar bahwa pelajaran berlangsung serius bukan hanya bermain.
Berbeda dengan pendapat di atas, Anita Lie 2005: 69-70 menjelaskan cara penggunaan jigsaw sebagai berikut :
1 Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan dibagikan menjadi empat bagian.
2 Sebelum bahan pelajaran dibagikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam pelajaran hari itu.
3 Siswa dibagi dalam kelompok berempat. 4 Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan
siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya. 5 Kemudian, siswa disuruh membacamengerjakan bagian mereka masing-
masing. 6 Setelah selesai siswa saling berbagi mengenai bagian yang
dibacadikerjakan masing-masing. 7 Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar memberikan bagian
cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
8 Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara kelompok atau dengan
seluruh kelas. Kedua langkah di atas pada dasarnya hampir sama, akan tetapi
terdapat sedikit perbedaan, yaitu pada langkah-langkah yang diungkapkan Anita Lie, kelompok ahli hanya dibentuk ketika materi yang diberikan dirasa
commit to user 63
sangat sulit, sehingga perlu adanya diskusi kelompok ahli untuk membahas bagian yang sulit tersebut.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa teknik jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap
anggota kelompok dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Siswa dituntut saling ketergantungan positif terhadap kelompoknya. Dalam hal ini
kunci teknik jigsaw adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang lain. Jadi guru merupakan fasilitator kegiatan belajar, bukan sebagai
pusat atau segala informasi, dengan demikian siswa akan memiliki kesempatan untuk berkembang dalam berbagai kemampuan dan juga akan
meingkatkan kreativitas siswa. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-
manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru,
kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal
dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima
perbedaan. Namun, ironisnya, metode pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan di Indonesia walaupun orang Indonesia sangat
membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Penerapan Metode Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan