commit to user 39
arus situasi dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik dan perkembangan cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur,
dan fulgar. Sejalan dengan pendapat Herman J. Waluyo, Asul Wiyanto 2002: 7 mengutarakan pendapatnya bahwa farce adalah drama yang
menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan, ceritanya berpola komedi, gelak-tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan, yang
ditonjolkan adalah kelucuan agar penonton senang. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa farce adalah
drama yang bertujuan memancing gelak-tawa penonton melalui kata dan perbuatan.
2. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata ”ajar” yang berarti aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku mempunyai arti yang sangat
luas, yaitu perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau berpengetahuan dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti Lisna
Herawati, 2009: 7. Dalam definisi lain, Moh. Uzer Usman 2005: 5, berpendapat bahwa belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Lebih lanjut, Purwanto 2009: 38 mengungkapkan bahwa
belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Senada dengan
hal tersebut, di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan tersebut. Oemar Hamalik 2001: 36 menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan suatu latihan, melainkan perubahan kelakuan. Senada dengan pendapat Oemar Hamalik, Gino 1997: 31 mengutarakan
commit to user 40
bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang diarahkan
kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari.
Sementara itu, Burton dalam Aunurrahman, 2009: 35 mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Lain halnya dengan Witherington, ia mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau suatu pengertian. Dalam definisi yang lain, Abdilah berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu. Meski para ahli memberikan definisi pembelajaran yang beragam,
tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa, yang
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya, sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dari dan oleh siswa. Oleh sebab itu, melalui proses pembelajaran, guru harus berupaya
secara optimal menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar.
Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan 2006: 260 dinyatakan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dilaksanakan
untuk membantu peserta didik mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam KTSP tersebut. Agar proses dan hasil
belajar dapat terkonsepsi dengan baik, seorang guru dituntut mampu
commit to user 41
menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas. Tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran,
menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Wina Sanjaya 2008: 215 mengungkapkan bahwa dalam konteks implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, mengajar bukan hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Hal ini mengisyaratkan
bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan
meningkatkan mutu kehidupan peserta didik Menurut Wina Sanjaya
2008: 219-223 terdapat makna pembelajaran yang ditunjukkan oleh beberapa ciri sebagai berikut:
1 Pembelajaran adalah proses berpikir Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan
pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak
datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya.
2 Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dari penggunaan otak secara
maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak perlu dikembangkan
secara optimal dan seimbang. 3 Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada asumsi bahwa
sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.
Bertolak dari definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran, yaitu terjadinya proses interaksi peserta didik dengan pendidik serta
commit to user 42
lingkungannya untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga tingkat pembelajaran yang berkualitas dapat tercapai dengan memperhatikan proses
dan hasil yang di capai siswa.
b. Optimalisasi Peran Guru dalam Proses Pembelajaran