masih didominasi oleh tamatan SD, kemudian disusul oleh jumlah penduduk yang tidak tamat SD. Suatu fenomena yang sangat disayangkan melihat bahwa
di daerah tersebut dekat ke inti kota dan di daerah tersebut masih banyak lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari perguruan tinggi hingga sekolah dasar.
TABEL 3 TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK
Pendidikan Jumlah
Penduduk buta aksara dan huruf latin -
Penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan kelompok bermain 100 orang Anak dan penduduk cacat fisik dan mental
- Penduduk sedang SDsederajat
- Penduduk tamat SDsederajat
2.884 orang Penduduk tidak tamat SDsederajat
2.100 orang Penduduk sedang SLTPsederajat
1.561 orang Penduduk tamat SLTPsederajat
1.472 orang Penduduk sedang SLTAsederajat
1.326 orang Penduduk tidak tamat SLTPsederajat
1.200 orang Penduduk tamat SLTAsederajat
1.276 orang Sumber: Kantor Kelurahan Tembung 2012
2.2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BATIK
2.2.1. Sejarah Dan Perkembangan Batik Di Indonesia
Hingga saat ini kepastian tentang asal mula batik masih menimbulkan perdebatan. Ada pihak yang mengatakan bahwa batik memang berasal dari
Indonesia, namun ada juga yang mengatakan bahwa batik berasal dari luar Indonesia, dimana seni batik itu dikenalkan kepada nenek moyang bangsa
Indonesia oleh para pendatang yang datang berdagang ke Indonesia. Adapun pendapat tersebut didukung dengan adanya pernyataan bahwa batik berasal dari
Mesir dan Persia. Menurut Endik, itulah sebabnya cara pembuatan dan penghiasan batik tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga ada di Thailand,
India, Jepang, Srilanka, dan Malaysia. Purba dkk, 2005 : 46
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, pihak yang mengatakan bahwa batik adalah murni seni milik suku bangsa Indonesia, mengatakan bahwa bentuk kesenian tersebut tidak
ada hubungannya dengan batik yang ada di negara-negara lain. Pernyataan itu didukung dengan pendapat dari Wilastronegoro yang mengatakan bahwa :
“...melihat dari cara pembuatan, corak-corak, serta hiasan- hiasan yang tertuang pada batik Indonesia tidak mempunyai
kesamaan dengan cara pembuatan, corak-corak, serta hiasan- hiasan yang ada pada batik asing. Alat dan pola hiasan batik
Indonesia benar-benar mencerminkan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia. Kalau pola itu berbentuk hiasan, maka
hiasan itu juga yang terdapat di Indonesia.” Purba dkk, 2005 : 46
Dari sumber-sumber tentang batik, diperoleh bahwa batik telah ada semenjak zaman kerajaan Majapahit sekitar tahun 400 M. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu berakhir atau sekitar tahun 1920.
Widyosiswoyo, 2008 : 90 Batik kemudian berkembang pada zaman Belanda antara tahun 1840
hingga 1940. Batik yang dihasilkan disebut dengan “ Batik Belanda”. Ketika itu batik ini hanya dibuat oleh masyarakat Belanda dan Indo-Belanda di daerah
pesisiran di Pekalongan. Ciri khas dari Batik Belanda tersebut adalah kehalusan, ketelitian, dan keserasian pembatikannya. Di samping itu yang membuatnya
semakin indah adalah ragam hiasnya yang sebagian besar menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
aneka bunga yang dirangkai menjadi buket atau pohon bunga dengan ragam hias burung.
Berdasarkan tulisan Doellah
9
Pada zaman Jepang ada dikenal batik Jawa Baru atau batik Jawa Hokokai
selain pengaruh budaya Belanda, budaya Cina juga terdapat pada batik pesisir utara Jawa Tengah yang dikenal dengan
batik yang disebut dengan nama Lok Can. Suku bangsa Cina mulai membuat batik pada awal abad ke-9. Adapun ragam hias yang terdapat batik Cina adalah
satwa mitos Cina, seperti naga, ragam hias yang berasal dari keramik Cina kuno, serta ragam hias berbentuk mega dengan warna merah atau, merah dan biru.
Batik Cina juga mengandung ragam hias buketan, terutama batik Cina yang dipengaruhi Batik Belanda. Pola-pola batik Cina dimensional, suatu efek yang
diperoleh karena penggunaan perbedaan ketebalan dari satu warna dengan warna lain dan isian pola yang sangat rumit.
10
9
Affriliyani Purba, Gazalba Saleh, Andriana Krisnawati, TRIPs – WTO dan Hukum HKI Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hal. 46
10
Ibid., hal. 48
. Batik-batik tersebut diproduksi oleh perusahaan batik di Pekalongan antara tahun 1942-1945 dengan pola dan warna yang sangat dipengaruhi oleh
budaya Jepang, meskipun latar masih menggambarkan pola keraton. Batik Hokokai hadir dengan penataan dua pola yang berlainan pada sehelai kain batik.
Batik ini terkenal rumit karena selalu menampilkan isen pola dan isen latar mungil dalam tata warna yang banyak. Ragam rona dan warnanya kuat, yakni
warna-warna kuning, lembayung, merah muda, dan merah yang merupakan warna-warna yang secara jelas menggambarkan nuansa dan citra rasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan selanjutnya, Batik Indonesia lahir sekitar tahun 1950. Secara teknis batik ini berupa paduan antara pola batik keraton dan batik
pesisiran. Batik tradisional bisa dibagi dua yaitu, batik keraton dan batik pesisiran. Batik keraton adalah batik yang tumbuh dan berkembang di
lingkungan keraton dengan dasar-dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual dan pemurnian diri, serta memandang manusia dalam
konteks harmoni dengan semesta alam yang tertib. Sedangkan batik pesisiran adalah batik yang tumbuh dan berkembang di luar dinding keraton.
Keberadaannya batik ini tidak dibawah kendali dan dominasi keraton.
11
a. Batik Tradisional
Ragam hias dari Batik Indonesia adalah masukan dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Didukung kemampuan untuk berkreasi oleh masyarakat
Indonesia yang menggeluti kerajinan batik, hingga sekarang telah banyak menghasilka batik yang ragam hias serta motifnya yang indah dan tak terbatas.
Beranjak dari kreativitas tersebut, hampir tiap-tiap daerah di Indonesia telah memiliki batik sendiri, yang kebanyakan dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya
dan geografis daerah pembatikan itu berada.
2.2 .2. Jenis-jenis Batik