Kreatifitas Dalam Motif EKONOMI DAN INDUSTRI KREATIF DI KOTA MEDAN

pemerintah Sumatera Utara gubernur, ke perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah yang berpotensi seperti Pertamina. Proposal yang beliau layangkan ada yang mendapatkan respon dari instansi dituju. Lembaga Pelatihan dan Keterampilan membatik yang didirikan beliau adalah sebagian bentuk bantuan dari Dinas Pendidikan. “LKP ini ada berkat bantuan dari Dinas Pendidikan Nak. Trus disahkan oleh Dinas Koperasi. Makanya di tempat ibu ini gak uma tempat membuat batik, tapi juga tempat untuk berlatih membatik. Siapa aja yang mau berlatih, silahkan datang saja, gak ada dipungut biaya.” Selain dari Dinas Pendidikan dan Dinas Koperasi, usaha milik Ibu ini juga memperleh perhatian dari pihak pemerintah. Bentuk bantuan yang diterima tidaklah hanya berupa bantuan materi, akan tetapi ke bentuk konsumsi produknya. Contohnya, instansi-instansi yang melakukan pemesanan kepada beliau untuk dijadikan dinas dan seragam kantor. Pemesanan datang dari Pemko Medan, sekolah-sekolah, jajaran-jajaran di kecamatan, dan lainnya.

3.3.1. Kreatifitas Dalam Motif

Pemilihan motif-motif yang dituangkan ke dalam batik motif Medan memerlukan ide dan kreatifitas yang nilainya tinggi. Pelaku usaha harus bisa melihat keadaan pasar dan selera konsumen yang senantiasa mengalami perubahan yang cepat. Nilai seni tinggi juga dibutuhkan dalam menilai dan memandang suatu motif yang akan dibuat. Misalnya dengan mengetahui motif apakah yang paling terkenal dari satu etnis tertentu, atau bisa juga dengan mencari tahu dan membandingkan motif apakah yang paling layak dibuat menjadi corak suatu kain. Universitas Sumatera Utara Pada batik motif Medan motif yang dituangkan bukanlah hasil gambaran dari si pelaku usaha. Melainkan motif-motif tersebut di ambil dari motif-motif serta gambar-gambar yang sudah ada sejak dulu yang merupakan hasil interpretasi masyarakat jaman dahulu, dimana motif- motif dan gambar-gambar itu menjadi warisan kepada masyarakat sekarang. Motif-motif tersebut diambil dan di lukiskan kembali kedalam kain, yang nantinya akan disebut sebagai batik motif Medan. Hak cipta atas motif-motif itu telah dimiliki oleh masyarakat yang mewarisinya. Maka si pelaku usaha hanya bisa melakukan modifikasi, stelasi, dan inovasi pada motif-motif itu. Motif-motif yang sudah ada sejak dulu dibuat ke dalam kain dengan memperhatikan lintas etnis yang akan menggunakannya. Motif yang dibuat semenarik mungkin supaya masyarakat lebih tertarik dan tidak terkesan monoton.

3.3.1.1. Cara Pembuatan Batik

Penulis memaparkan cara pembuatan batik berdasarkan pengalaman yang sudah penulis peroleh selama di lapangan. Pembuatan batik tulis dan batik cap hanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada saat pembuatan pola ataupun pemotifan. Pola motif pada batik tulis harus dilukis terlebih dahulu menggunakan pensil, sedangkan pola motif pada batik cap tinggal dicap dengan menggunakan alat cap batik yang terbuat dari tembaga. A. Alat Dan Bahan Membuat Batik Alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat batik adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Kain putih, baik itu kain primisima, katun, atau sutera. Ukuran kain untuk membuat kemeja adalah 2,5 meter x 1,5 meter. b. Malam atau lilin, yang terbuat dari campuran gondorukem mata kucing, getah damar, lemak hewan, kote ampas sarang lebah. Malam ada dua yaitu, malam tulis putih, dan malam tembok hitam. c. Kompor kecil, digunakan untuk mencairkan malam. d. Pewarna tekstil, yang pastinya terbuat dari bahan kimia. Dalam satu pewarna terdapat dua unsur supaya warnanya menjadi bagus, yaitu naftol dan garam pewarna. Misalnya, pewarna warna ungu memiliki naftol dan garam pewarna yang berbeda dari pewarna merah. e. Alat cap, digunakan apabila membuat batik cap. Alat cap batik ini berbentuk seperti setrika arang, namun dasarnya persegi panjang dan terbuat dari tembaga yang pada dasarnya telah berbentuk suatu motif, di mana apabila ditempelkan ke atas kain akan meninggalkan motif yang telah berbentuk. f. Alat canting, yaitu alat yang menyerupai gayung mini dan memiliki corong. Gunanya untuk mencanting atau menembok kain dengan menggunakan malam atau lilin. B. Proses Pembuatan Batik Proses pembuatan batik yang dituliskan pada bagian ini adalah proses pembuatan yang peneliti lihat secara langsung juga yang telah dilakukan, walaupun tidak semua tahap bisa dilakukan karena membutuhkan kehati-hatian serta keterampilan yang tinggi, misalnya Universitas Sumatera Utara dalam hal mencanting serta menembok kain batik. Selama melakukan penelitian, penulis memperhatikan bahwa proses membuat sehelai batik memang membutuhkan waktu yang tidak singkat, dan membutuhkan kesabaran, kehati-hatian, kejelian, serta keterampilan. Cara mudah mempelajari batik adalah melukiskan di atas sehelai saputangan, karena saputangan memiliki ukuran yang kecil, jadi masih mudah untuk dilukis, demikian menurut informan yang berprofesi sebagai karyawan yang tugasnya merebus-mencuci-mewarnai di industri batik tersebut. Adapun proses pembuatan batik adalah sebagai berikut: a. Memotif Pada batik tulis memotif dilakukan dengan cara melukis terlebih dahulu dengan menggunakan pensil di atas kain putih yang bisa berupa kain katun, bisa juga dengan sutera dengan ukuran kain 2,5 meter x 1,5 meter. Sebelum ditulis sebaiknya kainnya dicuci terlebih dahulu supaya lurus. Cara lain untuk membuat motif pada batik tulis adalah dengan cara menjiplak motif yang telah digambar pada sehelai kertas, dan meletakkan kertas tersebut di bawah kain tersebut, dan kita tinggal mengikuti gambarnya. Sedangkan pada batik cap motifnya dibuat dengan cara dicap. Pemotifan dengan menggunakan alat cap harus dilakukan di atas busa yang basah namun telah dibungkus dengan plastik bening. Di samping itu, ada juga batik yang dimotif dengan dicolet. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Kain yang dimotif dengan cara dicolet b. Mencanting Mencanting menggunakan alat canting dan malam yang telah dipanaskan sampai mencair menggunakan kompor dengan api kecil. Mencanting membuat gambar tepinya yang nanti setelah dilakukan pencucian pertama akan menjadi warna putih. Gambar 4. Mencanting kain batik dengan menggunakan malamlilin Universitas Sumatera Utara c. Pewarnaan Pertama Pewarnaan pertama dilakukan untuk mewarnai dasar kain. Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan ke dalam air. Gambar 5. pewarnaan pada sebuah bak berisi air dan pewarna d. Menembok Menembok dikenal juga dengan mengeblok, yaitu proses yang dilakukan untuk menghindari warna dasar masuk ke dalan isian motif, atau dengan kata lain untu menghindari penyebaran warna yang nantinya bisa membuat warna batik tersebut jelek, maka ditembok dengan menggunakan malam tembok. Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Batik yang telah diwarnai pertama, dikeringkan, kemudian ditembokdiblok dengan menggunakan malamlilin e. Pewarnaan Kedua Pewarnaan kedua dilakukan supaya warna dasarnya jadi masuk ke motifnya. Lalu warna pencelupan kedua ini menjadi warna batik tersebut. f. Pelorodan Pelorodan dilakukan dengan cara merebus kain batik, gunanya untuk menghilangkan malam hingga bersih. Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Kain yang telah diwarnai kedua kali, direbus lalu dijemur dilorodkan. g. Penyempurnaan Pada tahap ini, kain yang sudah dilorod kemudian dijemur, dan kemudian setelah kering hasilnya adalah sehelai kain batik.

3.3.1.2. Motif-motif Batik Motif Medan

Berdasarkan namanya yang membawa nama kota Medan, jadi jenis motif-motif yang tertuang pada batik tersebut juga “bernuansa” kota Medan. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang dikenal juga sebagai kota yang multietnis. Beranekaragam etnis tinggal dan menetap di kota yang lahir pada tanggal 1 Juli 1590. Walaupun konon Medan dikenal dengan sebutan tanah Deli, karena awalnya Melayu adalah etnis yang pertama di kota ini, namun sekarang ada banyak terdapat etnis dengan latar belakang budaya masing-masing. Adapun etnis-etnis yang ada di kota Medan adalah mulai dari Melayu, Jawa, Batak, Cina, Minangkabau, Aceh, Banjar, dan lain-lain. Etnis Batak masih terbagi lagi menjadi beberapa subsuku bangsa, yaitu Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Toba, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak. Adapun motif-motif yang dituangkan dalam batik Motif Medan adalah motif – motif, gambar-gambar, bentuk rumah adat khas dari berbagai etnis yang ada di kota Medan. Namun tidak dari semua etnis yang ada, melainkan beberapa etnis tertentu saja. Motif-motif yang dituangkan dalam Batik Motif Medan adalah sebagai berikut: a. Motif gorga Simeol-meol, Desa Naualu, dan Sitompi dalam bahasa Toba motif adalah gorga yang berasal dari Toba Universitas Sumatera Utara b. Motif Pahupahupa Tundal, dan rumbak-rumbak dari Simalungun, c. Motif Pangeret-eret dari Karo d. Motif Pucuk Rebung, Semut Beriring, Itik Pulang Petang ,serta Kencana Pelana Kuda dari Melayu e. Motif Mataniari dari Mandailing, serta f. Motif Niosolapiga, Niogama, dan motif bunga dari Nias. Berikut adalah gambar-gambar dari beberapa motif yang dituangkan dalam Batik Motif Medan. Gambar 8. Motif Gorga Simeol-meol Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Motif Rumbak-rumbak Gambar 10. Motif kencana Pelana Kuda Gambar 11. Motif Bunga Universitas Sumatera Utara Gambar 12. Motif dari Pakpak Dairi Gambar 13. Motif Pucuk Rebung Universitas Sumatera Utara Gambar 14. Motif Pahupahupa Tundal Gambar 15. motif Pangeret-eret dari Karo Bentuk-bentuk dan gambar-gambar yang diperoleh Ibu Nurcahaya dan Pak Edi didapatkan dari buku kumpulan tentang etnis-etnis Batak yang mereka pinjam dari perpustakaan umum daerah Sumatera Utara. Buku itu mereka pinjam dan memfotokopinya supaya motif yang diinginkan bisa digunakan sebagai motif pada batik yang akan dihasilkan. Beberapa motif atau gambar yang dianggap Universitas Sumatera Utara menarik kemudian digambar kembali untuk dikirim ke Jawa supaya menempahnya pada alat batik cap, yang nantinya siap digunakan untuk membuat batik cap. Sejauh ini, motif-motif yang dikreasikan ke dalam batik diminati oleh para masyarakat yang menjadi konsumen dan pelanggan. Motif yang paling disenangi dan diminati adalah motif Gorga Simeol-meol yang berasal dari etnis Batak Toba. Penuangan motif pada satu helai kain batik tidak hanya satu, untuk menghindari minat dari lintas etnis maka dibuatlah lebih dari satu motif yang mengisinya. Seperti pada sehelai kain batik yang sudah jadi yang motifnya berisikan motif dari Melayu dan Nias.

3.3.2. Kreatifitas Dalam Desain