yang membatik di rumah masing-masing diberi target pengerjaan batik, seperti sistem borongan.
2.3.2. Batik Motif Medan
Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa Batik Motif Medan adalah bagian dari Motif Sumatera Utara. Di mana Batik Motif Medan yang
berkembang dengan satu usaha di bidang yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda, yaitu Batik Motif Sumatera Utara yang kemudian berkembang lagi
menjadi lembaga pelatihan membatik pertama yang disahkan oleh Diknas. Di tempat inilah rumah batik yang pertama di kota Medan atau bahkan di Sumatera
Utara, yang pengerjaannya langsung dilakukan di tempat. Karena ada beberapa rumah batik yang disebut-sebut sebagai tempat produksi batik akan tetapi
pengerjaannya tidak dilakukan di sana, melainkan di Pulau Jawa, yang kemudian hasilnya dikirim ke Medan.
Industri rumah Batik Motif Medan dipegang oleh menantu Ibu Nurcahaya Nasution, yaitu Bapak Edi Gunawan 42 tahun beserta istrinya yang
merupakan PNS di RS Haji Adam Malik Medan. Jadi industri batik ini sepenuhnya dikontrol dan ditanggungjawabi oleh Pak Edi. Sebelumnya Pak Edi
berprofesi sebagai seorang kontraktor, yang kemudian berhenti setelah menjalankan industri rumah batik ini.
Rumah bercat warna putih dan berpagar hitam yang beralamat di Jl. Bersama, Gang. Musyawarah No. 2, Tembung adalah rumah industri Batik
Motif Medan. Begitu kita memasuki gerbang rumah, akan kita dapati sebuah ruangan kecil yang dihubungkan dengan ruang tengah rumah dengan pintu
dorong, di dalamnya ada sebuah meja, beberapa kursi, dispenser air mineral,
Universitas Sumatera Utara
serta beberapa kain batik yang tergantung pada sebuah gantungan kain dari rotan. Begitu melihat, bisa ditebak bahwa ruangan ini adalah sebuah ruangan
kerja. Pada dinding ruangan itu ada sebuah logo, yang ternyata logo Batik Motif Medan yang dilukis.
Di ruangan tersebut terdapat kain batik yang masih merupakan bakal baju tergantung dengan berbagai macam motif dan warna. Motif-motif yang bagus
dan menarik, dengan pemilihan warna yang kreatif. Ada yang berwarna ungu muda, kuning, merah, orange, biru, biru dongker yang tentunya masing-masing
dengan motif-motif yang berbeda juga. Kebetulan kain batik yang tergantung di sana merupakan motif-motif Batik Medan yang populer dan yang paling banyak
diminati, seperti motif simeol-meol, motif rumbak-rumbak, motif kencana pelana kuda, dan motif gimbang.
Di rumah inilah tempat produksi Batik Motif Medan, di mana rumah tersebut juga merupakan rumah kediaman milik pengusaha Batik Motif Medan,
yaitu Pak Edi Gunawan beserta istri dan tiga orang anak-anaknya. Di rumah tersebut, masing-masing tempat membuat batik dibedakan menurut tahapan-
tahapannya. Kegiatan yang meliputi memotif, mencanting, dan menembok dilakukan pada sebuah ruangan kecil terpisah dari rumah yang terletak di
sebelah kiri rumah tersebut. Di tempat inilah penulis menemui tiga orang wanita muda sedang melakukan pekerjaan masing-masing sambil mengobrol ketika
datang pertama sekali. Seorang wanita sedang memotif, dan dua orang lainnya sedang menembok batik.
Sedangkan tempat untuk pencucian, perebusan, pelorodan, serta penjemuran kain terletak di belakang rumah. Di tempat ini ada sebuah bak
panjang yang berisi air serta tiga buah ember besar, beberapa buah jemuran kain
Universitas Sumatera Utara
yang terbuat dari besi seperti pipa. Dalam bak itu, dua orang wanita sedang mencuci kain batik sambil asyik bercerita. Kedua wanita itu adalah ibu rumah
tangga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari rumah batik tersebut. Tampak di sana, dalam ember besar itu berisi kain yang direndam, yang merupakan proses
pewarnaan yang pertama. Dan pada pipa penjemuran, tampak beberapa helai
kain batik dijemur.
Tidak lama kemudian datang lima orang siswi yang ternyata sedang praktek kerja lapangan di rumah batik tersebut. Para siswi tersebut berasal dari
SMK Negeri I Berastagi, Tanah Karo. Di Medan, mereka tinggal di rumah kost masih di lingkungan rumah batik tersebut. Mereka akan melakukan praktek
membatik di sana hingga awal bulan Juni. Beberapa saat mengobrol dengan para karyawan, kemudian selang beberapa menit penulis bertemu dengan
pemilik rumah industri batik tersebut, yaitu seorang pria yang boleh dikatakan masih muda, seorang pria yang berusia 42 tahun yaitu Bapak Edi Gunawan.
Gambar 1. Rumah Batik Motif Medan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Logo Batik Motif Medan
Jiwa ramah dan terbuka sebagai seorang wirausahawan muda tampak pada Bapak ini. Beliau menerima kedatangan penulis dengan hangat, dan siap
melayani atas apa yang penulis butuhkan. Gaya berbicara Pak Edi juga tampak sebagai seorang yang telah memiliki relasi dan pengalaman positif. Malah
selama penelitian, tak jarang Bapak ini membuat lelucon seolah-olah penulis dengan beliau telah lama kenal dan telah menjadi teman dekat. Intinya pada
tahap pertama dengan Bapak ini, keakraban langsung terasa, dan rapport yang baik tersebut mempermudah penulis untuk melakukan penelitian dan
memperoleh data yang dibutuhkan. Penasaran akan kegiatan membatik yang dipaparkan pemilik, penulis
melihat dan mendokumentasikan masing-masing kegiatan membatik yang dilakukan. Di belakang rumah, penulis menemui dua orang karyawan yang
sedang mencuci dan menjemur kain batik sambil bercerita, dan keduanya merupakan wanita yang sudah berumahtangga. Kemudian kegiatan mencanting,
menembok penulis lihat di sebelah kiri rumah, dan karyawannya keseluruhan adalah ibu-ibu rumahtangga yang merupakan masih tetangga dengan Bapak
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Usaha yang beliau jalankan ini ternyata memberikan efek positif bagi ibu-ibu rumahtangga di sekitarnya, yaitu memberikan lapangan pekerjaan bagi
mereka. Kegiatan di industri Batik Motif Medan ini lebih fokusnya kepada
produksi batik, karena berbeda dengan industri rumah Batik Motif Sumatera Utara yang membuka Lembaga Keterampilan Pelatihan. Akan tetapi disebutkan
Pak Edi, jika ada pun orang lain yang ingin belajar batik di tempat usaha miliknya, tetap akan dilayani.
2.3.3. Lokasi-lokasi Tempat Pembuatan Batik Motif Medan