Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Ringan Di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi Tahun 2014

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN RINGAN DI PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI BEKASI TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh

DEWI INDAH SARI SIREGAR 1110101000023

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) Skripsi, Juli 2014

Dewi Indah Sari Siregar, NIM: 110101000023

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Ringan Di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi Tahun 2014

xvi + 99 Halaman + 11 Tabel + 5 Bagan + 7 Lampiran ABSTRAK

PT Aqua Golden Mississippi Bekasi adalah produsen air minum dalam kemasan bermerk Aqua. Dalam setiap proses produksinya terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan ringan merupakan kasus yang paling sering terjadi. Menurut data kecelakaan kerja bulan Maret 2014 terjadi 34 kecelakaan ringan dan berdasarkan hasil wawancara dengan safety officer masih banyak kasus yang tidak dilaporkan. Penelitian ini dilakukan karena melihat tingginya kasus kecelakaan kerja ringan, pada tahun 2013 yaitu sebanyak 10 kasus P3K dan 11 kasus kerusakan material. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap SOP), faktor manajemen (reward and punishment, sosialisasi k3 , dan pengawasan), dan faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping). Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dan observasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja produksi shift pagi di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014 yang berjumlah 106 pekerja, dimana sampelnya menggunakan sampel jenuh. Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan ringan sebanyak 58,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada lima variabel yang berhubungan dengan kecelakaan ringan yaitu variabel pengetahuan (p value 0,000), sikap (p value 0,002), kepatuhan terhadap prosedur (p value 0,000), pengawasan (p value 0,02), dan housekeeping (p value 0,035). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel usia, jenis kelamin, lama kerja, reward and punishment, sosialisasi K3, dan unit kerja dengan (p value > 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan sebaiknya perusahaan meningkatkan pengawasan, mengadakan safety talk, meningkatkan pelatihan, dan meningkatkan inspeksi housekeeping dengan sistem 5S.

Kata kunci : kecelakaan ringan, manajemen, pekerja, lingkungan kerja. Daftar bacaan: 1995-2014


(6)

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduated Thesis, July 2014

Dewi Indah Sari Siregar, NIM: 1110101000023

Relating Factors of Minor Accident in PT Aqua Golden Missisippi Bekasi Year 2014

xvi + 99 Pages+ 11 Tables + 5 Images+ 7 Appendices ABSTRACT

PT Aqua Golden Mississippi Bekasi is a company that produce mineral water branded Aqua. There is the possibility of accidents in any production process. Minor accident is the most common case. According to the occupational accidents report on March 2014 there are 34 cases of near miss, and based on interviews with safety officer, many cases are not reported. This study was conducted because of the high of minor accidents in the 2013 as many as 10 first aid cases and 11 cases material damage.

This study is the quantitative research using cross-sectional study design. Researched factors are worker factors (age, sex, work periode, knowledge, attitudes, and adherence to SOP), management factors (reward and punishment, socialisation of safety, and supervision), and workplace factors (work unit and housekeeping). The research used questionnaire and observation as primary data. The population of this research was entire morning shift worker of PT Aqua Golden Mississippi Bekasi in 2014 numbered 106 workers, and the sample methode used total sampling. The research was conducted in May 2014.

The result showed that minor accident experienced worker is 58,5%. Bivariate analysis showed that there were five variables significantly associated with minor accident were knowledge (p value 0.000), attitude (p value 0.002), adherence to SOP (p value 0.000), supervision (p value 0.020), and housekeeping (p value 0.035). However the unrelated variables are age, sex, work periode, reward and punishment, socialization of safety, and work unit (p value> 0.05).

Based on these results, the recommendation are the company should improve supervision, conduct safety talk, improve safety training, and conduct a thorough inspection of housekeeping with 5S system.

Keyword: minor accident, management, worker, workplace Reading list: 1995-2014


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Dewi Indah Sari Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 18 Desember 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Asal : Jl. Sisingamangaraja No. 195 Padangsidimpuan, Sumatera Utara

Alamat domisili : Jl. Nubala No 62 Ciputat Timur, Tangerang Selatan Telp/HP : 081290108351

Email : dewiindahsiregar@gmail.com

PENDIDIKAN

1997-1998 : TK Fatayat NU Padangsidimpuan, Sumatera Utara 1998-2004 : SD Negeri 200202 Padangsidimpuan, Sumatera Utara 2004-2007 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, Sumatera Utara 2007-2010 : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, Sumatera Utara 2010-Sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan di PT. Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada :

1. Orang Tua, mama tercinta atas kasih sayang yang berlimpah dan dukungan yang luar biasa dan teruntuk almarhum papa tercinta yang selalu menjadi motivator bagi penulis dalam menyelesaikan studi S1 ini.

2. Bpk. Prof. DR. (HC) dr. MK. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Febrianti, MSi sebagai Kepala Prodi Kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK., selaku penanggungjawab peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekaligus penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Raihana Nadra Alkaff, MMA dan Ibu Izzatu Millah, M.KKK selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh staff SHE, Bapak Jaka Sunarna dan Ibu Ni Made Sulin yang telah memberikan bimbingan, nasihat, pengarahan, dan membantu penelitian ini. 8. Pihak PT Aqua Golden Mississippi Bekasi yang telah menerima penulis


(9)

viii

9. Abang, kakak dan adik-adikku tercinta “Bang Hengki, Kak Yanti, Kak Epi, Bang Raja, Andika, Lisa dan Adam” yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kebabers “Eliza, Siva, Tika, Dillah, Mawar, Anin, Furi” yang senantiasa memberikan senyuman dan menjadi tempat bersandar penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman kontrakan “Annis, Yuni, Tuti, Fitri, Yuli” yang menjadi tempat berbagi dalam menyelesaikan skrispsi ini.

12. Ferdian Abdi, Ade Handayani dan Mardiyah Hardiyanti yang memberikan dorongan, saran dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman K3 2010 “Kiki, Sinta, Asri, Dini, Evi, Iqbal” dan teman-teman K3 lainnya yang menjadi tempat berbagi ilmu dan pengalaman.

14. Teman-teman Kesmas 2010 yang menjadi teman seperjuangan dan teman berbagi ilmu dan pengalaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan perkembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja pada umumnya.

Jakarta, Juli 201


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK ... LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR LAMPIRAN ... DAFTAR SINGKATAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 1.4 Tujuan ... 1.4.1 Tujuan Umum ... 1.4.2 Tujuan Khusus ...

1.5 Manfaat Penelitian ... 1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan ...

1.5.2 Bagi Perusahaan ... 1.5.3 Bagi Peneliti ... 1.6 Ruang Lingkup ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Kecelakaan Kerja ...

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ... 2.1.2 Kecelakaan Dalam Konteks K3 ... 2.1.2.1Near miss ... 2.1.2.2Accident ...

i ii iv v vi vii ix xiii xiv xv xvi 1 1 4 5 6 6 6 7 7 7 7 8 9 9 10 10 10 11


(11)

x

2.1.2.3Incident ... 2.1.3 Rasio Kecelakaan ... 2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan ... 2.1.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan... 2.1.5.1 Teori Loss Causation Models... 2.1.5.2 International Labour Organization (ILO) ... 2.2 Faktor Karakteristik Pekerja ... 2.2.1 Usia ... 2.2.2 Jenis kelamin ... 2.2.3 Lama kerja ... 2.2.4 Pengetahuan ... 2.2.5 Sikap ... 2.2.6 Kepatuhan Terhadap SOP ... 2.3 Faktor Manajemen ... 2.3.1 Reward And Punishment ... 2.3.2 Sosialisasi K3 ... 2.3.3 Pengawasan ... 2.4 Faktor Lingkungan Kerja ... 2.4.1 Unit Kerja ... 2.4.2 Housekeeping ... 2.5 Kerangka Teori ... BAB III KERANGKA KONSEP ... 3.1 Kerangka Konsep ... 3.2 Definisi Operasional ... 3.3 Hipotesis Penelitian ... BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 4.1 Desain Penelitian ... 4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 4.3 Populasi Dan Sampel ...

4.3.1 Populasi ... 4.4.2 Sampel ...

11 11 14 17 18 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 26 26 26 28 29 29 31 36 37 37 37 38 38 38


(12)

xi

4.4 Cara Pengumpulan Data ... 4.5 Pengolahan Data ... 4.6 Instrumen Penelitian ... 4.6.1 Coding Instrumen ... 4.6.2 Validasi dan Uji Reliabilitas ... 4.7 Analisis Data ... 4.7.1 Analisis Univariat ... 4.7.2 Analisis Bivariat ... BAB V HASIL ... 5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 5.2 Hasil Penelitian ... 5.2.1 Analisis Univariat ...

A. Gambaran Kecelakaan Ringan... B. Gambaran Faktor Pekerja ... C. Gambaran Faktor Manajemen ... D. Gambaran Faktor Lingkungan Kerja ... 5.2.2 Analisis Bivariat ... ...

A. Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan... B. Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Ringan... C. Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Ringan... BAB VI PEMBAHASAN ... 6.1 Keterbatasan Penelitian ... 6.2 Kecelakaan Ringan...... 6.3 Hubungan Faktor Pekerja Dengan Kecelakaan Ringan ... 6.3.1 Hubungan Usia Dengan Kecelakaan Ringan ... 6.3.2 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kecelakaan Ringan ... 6.3.3 Hubungan Lama Kerja Dengan Kecelakaan Ringan ... 6.3.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Kecelakaan Ringan ... 6.3.5 Hubungan Sikap Dengan Kecelakaan Ringan... 6.3.6 Hubungan Kepatuhan Terhadap Prosedur Dengan Kecelakaan Ringan ... 6.4 Hubungan Kecelakaan RinganDengan Faktor Manajemen ...

38 39 39 39 43 45 45 45 47 47 54 54 54 54 56 57 59 59 61 63 66 66 66 68 68 71 72 75 78 80 82


(13)

xii

6.4.1 Hubungan Kecelakaan RinganDengan Reward and Punishment ... 6.4.2 Hubungan Kecelakaan RinganDenganSosialisasi K3 ... 6.4.3 Hubungan Kecelakaan RinganDengan Pengawasan ... 6.5 Hubungan Kecelakaan RinganDengan Faktor Lingkungan Kerja ... 6.5.1 Hubungan Kecelakaan RinganDengan Unit Kerja ... 6.5.2 Hubungan Kecelakaan RinganDengan Housekeeping ... BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 7.1 Simpulan ... 7.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

82 85 89 91 91 93 97 97 98 100 105


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen ... Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... Tabel 5.1 Distribusi Kecelakaan Ringan ... Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja ... Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen ... Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Kerja ... Tabel 5.5 Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan ... Tabel 5.5 Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Ringan ... Tabel 5.7 Hubungan Unit Kerja dengan Kecelakaan Ringan ... Tabel 5.8 Hubungan Housekeeping dengan Kecelakaan Ringan ...

34 46 48 50 50 52 53 55 58 60 61


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja Heinrich ... Bagan 2.2 Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja Bird ... Bagan 2.3 Piramida Perbandingan Kecelakaan Hse Malaysia ... Bagan 2.4 Kerangka Teori ... Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...

13 14 15 31 33


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian ... 2. Kuesioner Penelitian ... 3. Pedoman Observasi Sosialisasi K3 dan Housekeepig ... 4. Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 5. Output Univariat ... 6. Output Bivariat ... 7. Gambar Hasil Observasi ...

100 101 108 110 111 114 122


(17)

xvi

DAFTAR SINGKATAN AS/NZS : Australian/New Zealand Standart

DK3N : Dewan Keselamatan dan Kesehatan Nasional HSE : Health and Safety Environment

ILO : International Labour Organization

JSA : Job Safety Analysis

K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja MSDS : Material Safety Data Sheet

NSC : National Safety Council


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 3 Tahun 1998 kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Menurut Soebroto (2009) tingkat kecelakaan fatal di negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara industri. Di negara berkembang kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi dibidang pertanian, perkayuan, pertambangan dan industri.

Menurut data ILO (2013) tercatat lebih dari 2,34 juta orang di dunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit akibat kerja. Menurut Jamsostek (2012) terjadi kecenderungan peningkatan kecelakaan kerja. Pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus kecelakaan kerja, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 terdapat 99.491 kasus dan tahun 2012 terdapat 103.000 kasus. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi di lingkungan industri.

Masih tingginya angka kecelakaan kerja akibat K3 di lingkungan perusahaan masih sering diabaikan dan dianggap tidak penting. Di Indonesia hanya 2,1% dari 15.000 perusahaan berskala besar yang menerapkan Sistem Manajemen K3. Menurut survei yang dilakukan oleh ILO dalam DK3N (2007) Indonesia merupakan negara kedua terbawah


(19)

2

dari 100 lebih negara yang disurvei dalam hal tingkat daya saing dan pencapaian K3.

Menurut Silalahi (1985) dalam Wardhani (2008) kecelakaan kerja mempunyai tingkat kategori keparahan yang berbeda-beda yaitu “ringan”, “sedang”, dan “parah”. Namun kecelakaan dari kategori apapun harus dianggap penting oleh manajemen termasuk dalam kategori ringan. Menurut Dupont International Company (2011) kecelakaan kerja adalah kejadian yang menghasilkan kerusakan atau cedera. Berdasarkan penelitian HSE Malaysia dalam Borg (2002) terlihat rasio terjadinya kecelakaan dengan perbandingan 1:12:60, dimana setiap 60 near miss dapat berakibat 12 kecelakaan cedera ringan atau 1 cedera serius.

Beberapa penelitian menyebutkan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja. Arifin (2005) dalam penelitiannya terhadap pekerja di PT Bukaka Teknik Utama Cilengsi menyatakan ada hubungan antara pelatihan, sosialisasi K3, dan kepatuhan menjalankan prosedur terhadap tingginya kejadian kecelakaan kerja. Yuniarti (2006) dalam penelitiannya terhadap pekerja di PT Indo-Bharat Rayon menyatakan ada hubungan pengetahuan dan kebijakan K3 terhadap kecelakaan kerja. Selanjutnya Hernawati (2008) dalam penelitiannya terhadap pekerja pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor menyatakan ada hubungan umur dan unit kerja dengan kecelakaan kerja.

Berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Danone pada bulan Januari 2014 terjadi dua kali kecelakaan fatal di salah satu PT Aqua Group yaitu Aqua Mekarsari yang berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil


(20)

3

investigasi penyebab dari kecelakaan adalah kelalaian pekerja yang tidak mematuhi SOP. PT Aqua Mekarsari memiliki karakterikstik yang berbeda dengan PT Aqua Golden Mississippi Bekasi terutama pada luas lokasi serta peralatan kerja yang digunakan. PT Aqua Mekarsari merupakan pabrik terbesar dan telah menggunakan mesin canggih yang dimana setiap penggunaaannya memiliki risiko kecelakaan yang lebih berat.

Selanjutnya berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Golden Mississippi Bekasi bulan Januari-Februari 2014 terjadi sekitar 34 kecelakaan ringan dengan berbagai kejadian seperti terjatuh, terpeleset, kesandung, hingga kesetrum. Dari hasil pelaporan insiden penyebabnya yaitu terburu-buru, lantai licin, tidak fokus, becanda, tidak memakai alat pelindung diri, dan mengantuk. Selanjutnya berdasarkan hasil analisa audit behaviour pada bulan Januari 2014 terdapat sekitar 217 risiko kecelakaan kerja dengan kategori temuan terbanyak adalah kelalaian dalam prosedur dan housekeeping sebanyak 93 temuan.

Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di PT Aqua Golden Missisisipi Bekasi pada bulan Februari 2014 diperoleh hasil bahwa kecelakaan ringan merupakan kejadian yang sering terjadi. Menurut hasil wawancara peneliti dengan safety officer masih terdapat beberapa kasus yang tidak dilaporkan oleh korban maupun saksi yang melihat kejadian. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran pekerja dengan menganggap kecelakaan ringan adalah hal biasa. Berdasarkan hal ini, dapat dilihat bahwa penerapan pencegahan kecelakaan kerja belum maksimal dilaksanakan.


(21)

4

PT Aqua Golden Mississippi Bekasi merupakan pabrik dengan ukuran lokasi yang paling kecil dibandingkan dengan PT Aqua lainnya. Dalam proses produksinya tidak banyak menggunakan mesin dan peralatan berat, sehingga risiko kecelakaan yang sering terjadi menurut data kecelakaan kerja Januari-Februari adalah kecelakaan ringan. Perusahaan tersebut telah menyadari bahwa pekerja adalah asset utama. Oleh karena itu, mereka harus memperhatikan aspek K3 untuk setiap pekerja guna mengurangi angka kecelakaan kerja. Penerapan aspek K3 yang konsisten dan secara berkesinambungan adalah wujud komitmen nyata PT Aqua Golden Missisipi Bekasi. Komitmen nyata tersebut yaitu melakukan investigasi untuk semua jenis kecelakaan kerja, melakukan pengawasan, sosialisasi K3, memberikan pelatihan K3, dan membuat prosedur kerja aman. Selain itu terdapat kebijakan manajemen yaitu reward and punishment kepada pekerja yang berkontribusi terhadap pencegahan kecelakaan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

PT Aqua Golden Missisippi Bekasi memiliki jumlah pekerja dan staff sebanyak 207. PT Aqua Golden Missisippi Bekasi merupakan pabrik yang pertama kali berdiri dari PT Aqua Group. Pekerja memiliki keragaman pengetahuan, keterampilan, dan tingkat kepatuhan terhadap peraturan yang ada. Berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Goden Mississippi Bekasi terjadi kecelakaaan kerja serius pada tahun 2009, serta pada tahun 2013 tejadi 10 kasus P3K dan 11 kasus yang menyebabkan kerusakan material. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis angka kecelakaan


(22)

5

ringan cukup tinggi dan terdapat temuan-temuan kelalaian oleh pekerja yang menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan dan dicari solusi perbaikan serta pencegahannya. Atas dasar pemikiran di atas maka penulis ingin mengetahui “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan Di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi Tahun 2014.”

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi?

b. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi?

c. Bagaimana gambaran faktor manajemen (reward and punishment, sosialisasi K3, pengawasan) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi? d. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja (unit kerja dan

housekeeping) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi?

e. Apakah ada hubungan antara faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi? f. Apakah ada hubungan antara faktor manajemen (reward and

punishment, sosialisasi K3, pengawasan) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi?


(23)

6

g. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi Tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.

b. Mengetahui gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.

c. Mengetahui gambaran faktor manajemen (reward and punishment, sosialisasi K3, pengawasan) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.

d. Mengetahui gambaran faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.

e. Mengetahui hubungan antara faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi.


(24)

7

f. Mengetahui hubungan faktor manajemen (reward and punishment, sosialisasi K3, pengawasan) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi.

g. Mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Menambah literatur di perpustakaan FKIK UIN Jakarta dan sarana pengembangan pengetahuan tentang ilmu K3.

1.5.2 Manfaat Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang efektif untuk pencegahan kecelakaan kerja.

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan teori kesehatan dan keselamatan kerja, serta sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.


(25)

8 1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi Tahun 2014”. Penelitian ini akan dilakukan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi pada bulan April-Mei 2014. Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka kecelakaan ringan sehingga dapat mengetahui apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan ringan tersebut agar menjadi salah satu cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang lebih berat. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan Cross Sectional (potong lintang) melalui data primer dengan penyebaran kuesioner dan observasi.


(26)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (2006) kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga karena tidak terdapat unsur kesengajaan dan tidak diharapkan karena disertai kerugian material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai yang paling berat. Menurut AS/NZS 4801 (2001) kecelakaan kerja adalah setiap kejadian tidak terencana dan tidak terkontrol yang disebabkan oleh manusia, faktor situasi atau lingkungan atau merupakan kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang menggangu proses kerja yang mungkin berakibat atau tidak berakibat cedera, kesakitan, kerusakan, dan kerugian lainnya.

Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja di industri dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :

a. Kecelakaan industri (Industrial Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.

b. Kecelakaan di dalam perjalanan (Community Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.


(27)

10 2.1.2 Kecelakaan Dalam Konteks K3

Menurut Bird and Germain (1996) dalam konteks K3 ada tiga jenis kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan, yaitu incident (insiden), accident (kecelakaan), dan nearmiss (kejadian hampir celaka).

2.1.2.1 Near Miss

Menurut OHSAS 18001 (2007) near miss adalah insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja ataupun kefatalan (kematian). Akan tetapi pada dasarnya near miss menunjukkan potensi kecelakaan yang akan terjadi. Menurut Dupont International Company (2011) near miss adalah kejadian yang tidak menghasilkan kerusakan atau cedera tapi memiliki potensi untuk menghasilkan kerusakan ataupun cedera. Sekitar 75% dari kecelakaan berasal dari near miss yang dibiarkan.

Selanjutnya menurut Borg (2002) dalam penelitiannya menggunakan metode Loss Causation Models menyatakan jika setiap near miss dilaporkan dan diidentifikasi maka 2 penyebab langsung, 2 penyebab dasar dan satu kesalahan sistem akan diketahui. Selanjutnya jika 60 near miss dilaporkan maka 300 penyebab akan teridentifikasi. Maka dengan demikian terjadinya kecelakaan yang lebih parah dapat dicegah.


(28)

11 2.1.2.2 Accident

Menurut Germain (1998) accident mengacu pada kejadian yang menimbulkan kerugian. Selanjutnya menurut Dupont International Company (2011) accident adalah peristiwa tidak diinginkan yang menimbulkan kematian, sakit akibat penyakit, luka-luka/kerugian, kerusakan alat yang menyebabkan kerugian.

2.1.2.3 Incident

Menurut Germain (1998) incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan kerugian, disebut dapat karena bisa menimbulkan atau tidak menimbulkan kerugian. Selanjutnya menurut Dupont International Company incident adalah peristiwa yang dapat atau tidak menghasilkan kerugian atau kerusakan yang tidak dinginkan (termasuk hampir celaka, kecelakaan). Sehingga dapat disebutkan bahwa kejadian near miss dan accident merupakan suatu incident.

2.1.3 Rasio Kecelakaan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Heinrich dalam Bird dan Germain (1990) yang dikutip oleh Sialagan (2008) tentang perbandingan angka kecelakaan dijelaskan bahwa perbandingan kejadian kecelakaan yaitu 300:29:1 yang berarti bahwa 300 near


(29)

12

miss dapat menimbulkan 29 kejadian cedera ringan, atau 1 kejadian cedera serius/fatal. Heinrich menjelaskan bahwa suatu hal yang sama yang menyebabkan near miss dapat menyebabkan cedera serius di waktu mendatang. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada piramida berikut ini:

Gambar 2.1

Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja

1 : Cedera serius/fatal

29: Cedera ringan

300: Near miss

Sumber : The Heinrich Triangle dalam Sialagan (2008)

Selain itu Bird (1969) dalam Sialagan (2008) melakukan analisis yang sama, tidak hanya cedera namun memasukkan penyakit yang diderita akibat kecelakaan dan kerusakan barang. Dari hasil penelitiannya diperoleh perbandingan 600:30:10:1 yang berarti bahwa 600 near miss dapat menimbulkan 30 kejadian kerusakan barang, 10 cedera atau penyakit ringan, atau 1 cedera atau penyakit serius/fatal. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada piramida berikut ini:


(30)

13 Gambar 2.2

Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja

1 Cedera atau penyakit serius/fatal 10 Cedera atau penyakit ringan

30 Kerusakan barang

600 Near miss

Sumber : Bird (1969) dalam Sialagan (2008)

Selanjutnya studi oleh HSE Malaysia (1997) dalam Borg (2002) diperoleh perbandingan 60:12:1 yang berarti bahwa setiap 60 near miss dapat menyebabkan 12 kerusakan barang, atau 1 cedera. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada piramida berikut:

Gambar 2.3

Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja

1 Cedera

12 kerusakan barang

60 Near miss


(31)

14

Dari rasio-rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dasar antara kejadian kecelakaan fatal, kejadian kecelakaan ringan dan near miss. Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam pencegahan kecelakaan adalah memfokuskan pada semua kejadian dengan tidak mengabaikan kejadian near miss. Investigasi harus dilakukan pada semua level kejadian.

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan

Menurut ILO (1989) dalam Hiperkes (2008) klasifikasi kecelakaan adalah sebagai berikut:

1. Klasifikasi menurut tipe kecelakaan a. Orang terjatuh

b. Terpukul benda jatuh

c. Tersentuh/terpukul benda yang tidak bergerak d. Terjepit di antara dua benda

e. Gerakan dipaksakan f. Terkena suhu ekstrim g. Tersengat arus listrik

h. Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi i. Lain-lain kecelakaan yag tidak masuk golongan ini 2. Klasifikasi kecelakaan menurut benda

a. Mesin


(32)

15

2) Gigi tranmisi mesin

3) Mesin pemotong/pembentuk logam 4) Masin kayu

5) Mesin pertanian 6) Mesin pertambangan

7) Lain-lain yang tidak termsuk golongan ini b. Alat pengangkat dan sarana angkutan

1) Mesin dan perlengkapan pengangkat 2) Pengangkut di atas rel

3) Alat pengangkut lainnya selain di atas rel 4) Pengangkut udara

5) Pengangkut perairan 6) Lain-lain sarana angkutan c. Perlengkapan lainnya

1) Bejana tekanan

2) Dapur, oven, pembakaran 3) Pusat-pusat pendinginan

4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak termasuk peralatan listrik

5) Alat-alat listrik tangan

6) Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik 7) Tangga, jalur landai


(33)

16

d. Material, bahan dan radiasi 1) Bahan peledak

2) Serbuk, gas, cairan dan bahan kimia 3) Pecahan terpelanting

4) Radiasi 5) Lain-lain e. Lingkungan kerja

1) Di luar gedung 2) Di dalam gedung 3) Di bawah tanah f. Lain-lain

1) Hewan 2) Lain-lain

3. Klasifikasi menurut jenis luka-luka a. Fraktur/retak

b. Dislokasi c. Terkilir

d. Gegar otak dan luka di dalam lainnya e. Amputasi dan anukleasi

f. Luka-luka lainnya g. Luka-luka ringan h. Memar dan remuk i. Terbakar


(34)

17 j. Keracunan

k. Pengaruh cuaca l. Sesak napas m. Akibat arus listrik n. Akibat radiasi

o. Luka-luka majemuk lainnya p. Lain-lain luka

4. Klasifikasi kecelakaan menurut lokasi luka pada bagian a. Kepala

b. Leher c. Badan d. Tangan e. Tungkai f. Aneka lokasi g. Luka-luka umum h. Luka-luka lainnya

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan Heinrich (1980) dalam Suma’mur (2006) menjelaskan bahwa suatu hal yang sama yang menyebabkan kecelakaan ringan dapat menyebabkan cedera serius di waktu mendatang. Beberapa teori menyebutkan tentang penyebab kecelakaan kerja sebagai berikut.


(35)

18

2.1.5.1 Teori Loss Causation Models

Teori Loss Causation Model berisi petunjuk yang memudahkan untuk memahami bagaimana menemukan faktor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1996) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan yang terdiri dari:

a. Lack of Control (kurang kendali) Penyebab lack of control yaitu:

i. Inadequate programme, yaitu program yang tidak bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup. ii. Inadequate programme standards, yaitu standar tidak

spesifik, standar tidak jelas atau tidak baik.

iii. Inadequate compliance-with standards, yaitu kurangnya pemenuhan standar.

b. Basic Causes, yaitu penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh personal factor seperti kondisi pekerja, dan job factor seperti unit kerja.

c. Immediate Causes, yaitu penyebab langsung terjadinya kecelakaan, meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi. Faktor sub-standard diantaranya tindakan tidak aman seperti tidak mematuhi standar operasional prosedur,


(36)

19

dan faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi dan pencahayaan.

d. Accident, yaitu kecelakaan yang ditimbulkan.

e. Loss, yaitu kerugian yang ditimbulkan dari terjadinya kecelakaan.

2.1.5.2 International Labour Organization (ILO)

Menurut ILO (1998) faktor-faktor penyebab kecelakaan kerjayaitu:

a. Faktor pekerja yaitu usia, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jam kerja, shift kerja, sikap, perilaku, kelelahan, dan kondisi fisik pekerja. b. Faktor manajemen yaitu kebijakan organisasi atau

manajemen, sosialisasi K3, SOP, pelatihan, dan pengawasan.

c. Faktor lingkungan kerja yaitu housekeeping, pencahayaan, ventilasi, kebisingan, dan warna peringatan, tanda, label.

Beberapa penelitian menyebutkan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja. Arifin (2005) dalam penelitiannya terhadap pekerja di PT Bukaka Teknik Utama, Cilengsi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelatihan, sosialisasi K3, dan kepatuhan menjalankan prosedur terhadap tingginya kejadian kecelakaan kerja. Hernawati (2008) dalam penelitiannya terhadap pekerja area pertambangan PT Antam Tbk


(37)

20

UBPE Pongkor menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dan unit kerja dengan kecelakaan kerja. Yuniarti (2006) dalam penelitiannya terhadap pekerja di PT Indo-Bharat Rayon menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan kebijakan K3 terhadap kecelakaan kerja. Dari beberapa hasil penelitian tersebut terdapat pola penyebab kecelakaan kerja yang sama yaitu faktor manajemen, faktor pekerja dan faktor lingkungan kerja.

2.2 Faktor Karakteristik Pekerja

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

2.2.1 Usia

Menurut Suma’mur (2006) pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Dengan bertambahnya usia seseorang maka akan semakin waspada untuk menghindari kecelakaan kerja. Menurut penelitian Hernawati (2008) pekerja berusia muda memiliki kecenderungan terjadinya kecelakaan kerja.


(38)

21 2.2.2 Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan secara fisik dan psikis, sehingga analisa kecelakaan kerja selalu melihat jenis kelamin sebagai bagian yang penting. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan bisa dilihat dari fisik seperti kemampuan otot, daya tahan tubuh, postur dan sebagainya. Sehingga akan dapat berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja tertentu. Menurut penelitian Jawawi (2008) pekerja dengan jenis kelamin perempuan lebih sering mengalami kecelakaan kerja.

2.2.3 Lama Kerja

Menurut Sajidi (2001) pekerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan mempunyai lebih banyak pengalaman dalam bekerja dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya belum terlalu lama. Selanjutnya menurut Suma’mur (2006) dalam suatu perusahaan pekerja-pekerja baru yang kurang berpengalaman sering mendapatkan kecelakaan, sehingga diperlukan perhatian khusus. Hal ini memungkinkan bahwa pekerja yang masa kerjanya lebih lama akan lebih kecil mengalami kecelakaan kerja dibanding dengan pekerja yang masa kerjanya belum terlalu lama. Menurut penelitian Lubis (2000) menyatakan bahwa pekerja yang memiliki masa kerja baru lebih sering mengalami kecelakaan kerja.


(39)

22 2.2.4 Pengetahuan

Menurut Green (2005) pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang dalam bertindak. Perilaku seseorang yang didasari pengetahuan akan lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa didasari pengetahuan. Menurut ILO (1998) pengetahuan yaitu pemahaman pekerja mengenal tipe-tipe risiko yang terdapat di tempat kerja, sumber pajanan dan faktor-faktor berbahaya yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan atau cedera, sesuai dengan tugasnya. Menurut penelitian Yuniarti (2006) pengetahuan dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Selanjutnya menurut penelitian Yanti (2011) pengetahuan pekerja yang baik dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

2.2.5 Sikap

Menurut Azwar (2007 sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan metode Skala Likert. Metode ini yaitu dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap dengan rentang satu sampai empat yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Menurut penelitian Kurniawati (2013) pekerja yang memiliki sikap negatif lebih sering mengalami kecelakaan kerja.


(40)

23 2.2.6 Kepatuhan Terhadap Prosedur

Menurut Geller (2001) kepatuhan adalah salah satu bentuk perilaku yang dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepatuhan terhadap prosedur yang berkaitan dengan keselamatan wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Menurut penelitian Arifin (2005) kepatuhan menjalankan prosedur berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja.

2.3 Faktor Manajemen

Menurut OHSAS 18001 (2007) sistem manajemen K3 merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola risiko. Menurut Andi (2005) anggapan tentang kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi atau manajemen. Pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.


(41)

24 2.3.1 Reward And Punishment

Menurut Skinner dalam Santrock (2007) reward merupakan pengembalian yang bersifat positif dari perilaku yang diharapkan, bisa berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, bisa berupa teguran, penundaan kenaikan gaji, dan penurunan jabatan. Menurut ILO (1998) reward and punishment merupakan salah satu kebijakan manajemen yang dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. 2.3.2 Sosialisasi K3

Menurut ILO (1998) sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari propaganda atau kampanye K3 yang merupakan salah satu jenis kependidikan selain pendidikan dan pelatihan. Meski cara ini terbatas nilainya dalam merangsang dan menggairahkan orang untuk bekerja dengan aman tetapi cara ini masih dipakai secara luas di berbagai negara. Menurut penelitian Arifin (2005) sosialisasi K3 mempunyai hubungan terhadap terjadinya kecelakaan kerja.

Dalam UU No 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat b disebutkan bahwa salah satu kewajiban pengurus adalah memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada


(42)

25

tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

2.3.3 Pengawasan

J.M Black (1971) dalam Utommi (2007) menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitu memberi tugas, menyediakan intruksi, pelatihan dan nasihat kepada individu juga termasuk mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan. Menurut Utommi (2007) tujuan dari pengawasan yaitu memotivasi pekerja bekerja secara benar dan memastikan pekerja tahu bagaimana melakukan pekerjaannya.

Bird dan Germain (1996) menyebutkan bahwa supervisor (pengawas) memiliki posisi kunci dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap keterampilan, dan kebiasaan, akan keselamatan setiap karyawan dalam suatu area tanggung jawabnya. Para pengawas mengetahui lebih baik daripada pihak lain mengenai diperhatikannya individu-individu, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan, keterampilan dalam bekerja. Menurut penelitian Mauliku (2002) pengawasan dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.


(43)

26 2.4 Faktor Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja atau tempat kerja menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 ayat 1 pasal 2 ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Sedangkan tempat kerja menurut OHSAS 18001 (2007) ialah lokasi manapun yang bekaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi (perusahaan).

2.4.1 Unit Kerja

Menurut Azwar (2007) unit kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah institusi barang atau jasa yang menjadi lokasi seseorang pekerja melakukan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara unit kerja dengan kecelakaan kerja.

2.4.2 Housekeeping

Menurut Suma’mur (2009) housekeeping atau ketatarumahtanggaan merupakan upaya perusahaan dalam menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman dan nyaman, meliputi penyimpanan peralatan kerja, pembuangan sampah industri, dan ruangan kerja yang kering dan bersih. Housekeeping


(44)

27

dianggap sebagai kegiatan pencegahan sekaligus sebagai upaya pengendalian. Prinsip umum housekeeping bukan sekedar kebersihan tempat kerja melainkan juga mengupayakan penempatan peralatan yang tepat,sesuai dan benar, mengutamakan proses kerja berlangsung aman dan agar kegiatan dapat berlangsung optimal, efisien dan efektif serta pencegahan kecelakaan kerja.


(45)

28 2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan diatas, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Teori Loss Causation Models Bird dan Germain (1996) dan ILO (1998) yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4

Skema Kerangka Teori

Faktor Pekerja a. Usia

b. Jenis kelamin c. Lama kerja d. Pendidikan e. Pengetahuan f. Keterampilan g. Jam kerja h. Shift kerja i. Sikap

j. Kepatuhan terhadap prosedur

k. Kelelahan

l. Kondisi fisik pekerja

Faktor Lingkungan a. Housekeeping

b. Kebisingan, ventilasi, suhu, pencahayaan

c. Unit kerja Faktor Manajemen

a. Kebijakan manajemen b. Sosialisasi K3

c. SOP

d. Pelatihan kerja e. Pengawasan

Kecelakaan Ringan


(46)

29 BAB III

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang digunakan mengacu pada Teori Loss Causation Models Bird dan Germain (1996) dan ILO (1998). Penyebab kecelakaan ringan adalah faktor pekerja, faktor manajemen, dan faktor lingkungan. Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel independen ini meliputi faktor pekerja (lama kerja, usia, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap SOP) dan faktor manajemen (reward and punishment, sosialisasi K3, dan pengawasan) serta faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping). Variabel dependen yaitu kecelakaan ringan. Beberapa faktor seperti pelatihan, SOP, pendidikan, jam kerja, shift kerja, kondisi fisik pekerja tidak diteliti dalam penelitian ini karena bersifat homogen. Faktor warna peringatan, tanda, dan label tidak diteliti karena telah disediakan diseluruh area kerja sesuai kebutuhan masing-masing. Sedangkan kebisingan, ventilasi, suhu, dan pencahayaan tidak diteliti karena tidak melebihi NAB. Dalam skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:


(47)

30 Gambar 3.1

Skema Kerangka Konsep

Faktor pekerja  Lama kerja  Usia

 Jenis kelamin  Pengetahuan  Sikap

 Kepatuhan terhadap SOP

Faktor manajemen  Kebijakan

manajemen (Reward and Punishment)  Sosialisasi K3  Pengawasan

Kecelakaan Ringan

Faktor lingkungan kerja  Unit kerja


(48)

31 3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Kecelakaan ringan

Kejadian yang dialami responden seperti kesetrum, terjatuh, terpeleset, dan kejadian lainnya yang menimbulkan luka/cedera ringan yang terjadi selama 6 bulan terakhir penelitian.

Kuesioner B6-B7

Wawancara 0. Pernah 1. Tidak pernah

Ordinal

2 Lama kerja Lamanya responden bekerja di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi.

Kuesioner A4

Wawancara 0. Baru, jika ≤ median 1. Lama, jika > median

Ordinal

3 Usia Lamanya waktu hidup pekerja yang dihitung dari lahir sampai tahun 2014.

Kuesioner A2

Wawancara 0. Muda, jika ≤ median 1. Tua, jika > median

Ordinal

4 Jenis kelamin Perbedaan biologis responden Kuesioner A3

Wawancara 0. Perempuan 1. Laki-laki


(49)

32 5 Pengetahuan Pemahaman responden terhadap

penyebab kecelakaan kerja, kebijakan K3, dan SOP.

Kuesioner C8-C16

Wawancara 0. Pengetahuan rendah, jika skor jawaban tepat dari pertanyaan pengetahuan ≤ mean 1. Pengetahuan tinggi, jika

skor jawaban tepat dari pertanyaan pengetahuan > mean

Ordinal

6 Sikap Respon responden terhadap risiko kecelakaan kerja, prosedur, kebijakan keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan kerja.

Kuesioner D17-D26

Wawancara 0. Sikap negatif, jika skor jawaban dari pertanyaan sikap ≤ mean

1. Sikap positif, jika skor jawaban dari pertanyaan sikap > mean


(50)

33 7 Kepatuhan

terhadap prosedur

Tindakan pekerja untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan peraturan dan prosedur kerja yang ditetapkan.

Kuesioner E27-E33

Wawancara 0. Tidak patuh, jika responden menjawab tidak pada salah satu pertanyaan

1. Patuh, jika responden menjawab iya pada semua pertanyaan

Ordinal

8 Reward dan

punishment

Imbalan, balasan atau hukuman yang diterima pekerja jika melakukan tindakan sesuai atau tidak sesuai prosedur dan peraturan yang ada.

Kuesioner G40-G43

Wawancara 0. Reward and punisment rendah, jika skor jawaban dari pertanyaan Reward and punisment≤ mean 1. Reward and punisment

tinggi, jika skor jawaban dari pertanyaan Reward and punisment > mean


(51)

34 9 Sosialisasi K3 Penyampaian informasi mengenai

keselamatan kerja di tempat kerja melalui media cetak.

Kuesioner H44-H53

& Pedoman observasi

Wawancara

Observasi oleh peneliti

0. Sosialisasi rendah, jika skor jawaban dari pertanyaan sosialisasi K3 ≤ mean

1. Sosialisasi tinggi, jika skor jawaban dari pertanyaan sosialisasi K3 > mean

Ordinal

10 Pengawasan Tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam mendukung pekerja melakukan pekerjaan sesuai prosedur dan peraturan yang ada.

Kuesioner I54-I60

Wawancara 0. Pengawasan rendah, jika skor jawaban dari pertanyaan pengawasan ≤ mean

1. Pengawasan tinggi, jika skor jawaban dari pertanyaan pengawasan > mean


(52)

35 11 Unit kerja Bagian atau divisi tempat pekerja

bekerja.

Kuesioner A5

Wawancara 1. Hod 2. Iss 3. Hr 4. Wt 5. Teknik 6. Sps

7. Pretreatment 8. Gudang

Ordinal

12 Housekeeping Kondisi ketatarumahtanggan

lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan ringa di sekitar tempat kerja.

Kuesioner J61-J69

& Pedoman Observasi

Wawancara

Observasi oleh peneliti

0. Housekeeping tidak

kondusif, jika skor jawaban dari pertanyaan houseekeping≤ mean 1. Housekeeping kondusif,

jika skor jawaban dari pertanyaan housekeeping > mean


(53)

36 3.3 Hipotesis

a. Ada hubungan antara faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap prosedur) dengan kecelakaan ringan PT Aqua Golden Missisipi Bekasi. b. Ada hubungan antara faktor manajemen (reward and

punishment, sosialisasi K3, dan pengawasan) dengan kecelakaan ringan PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.

c. Ada hubungan antara faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping) dengan kecelakaan ringan PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.


(54)

37 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen dalam satu waktu. Menurut Murti (2006) metode cross sectional yaitu mempelajari variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP ), faktor manajemen (reward and punishment, sosialisasi K3, dan pengawasan), dan faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecelakaan ringan.

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi, Jawa Barat pada Bulan April-Mei 2014.


(55)

38 4.3 Populasi Dan Sampel

4.3.1 Populasi

Menurut Murti (2006) populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. Anggota unit populasi disebut elemen populasi. Populasi dalam peneitian ini adalah seluruh pekerja produksi shift pagi di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi yang berjumlah 106. 4.3.2 Sampel

Menurut Murti (2006) sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau di ukur. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh dimana sampel adalah seluruh pekerja shift pagi yang berjumlah 106 orang. Alasan pengambilan sampel ini adalah karena berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Golden Mississippi Bekasi kecelakaan ringan paling sering terjadi pada pekerja shift pagi serta pihak manajemen PT Aqua Golden Mississippi Bekasi hanya memberikan izin peneliti untuk melakukan riset pada pekerja shift pagi.

4.4 Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner dan observasi oleh peneliti.


(56)

39 4.5 Pengolahan Data

Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data dengan urutan sebagai berikut:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban pada kuesioner dan memastikan bahwa semua variabel terisi .

b. Coding

Memberikan kode angka pada setiap variabel dalam kuesioner untuk mempermudah proses entry dan analisis data. c. Entry

Memasukkan data ke dalam program software statistik SPSS agar dapat dilakukan analisis data.

d. Cleaning

Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang telah di entry untuk memastikan tidak ada kesalahan data

4.6 Instrumen Penelitian 4.6.1 Coding Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Pertanyaan yang disajikan alternatif dua jawaban atau lebih. Serta terdapat pedoman observasi untuk variabel sosialisasi K3 dan housekeeping.

Untuk variabel kecelakaan ringan,dari tiap jawaban yang menjawab tidak diberi nilai 1 dan dikategorikan tidak


(57)

40

pernah. Selanjutnya yang menjawab iya diberi nilai 0 dan dikategorikan pernah mengalami kecelakaan ringan. Untuk variabel jenis kelamin yang menjawab laki-laki akan diberi nilai 0 dan perempuan diberi nilai 1. Sedangkan untuk variabel unit kerja, pekerja akan diminta menjawab kuesioner dengan mengisi sesuai unit kerjanya.

Untuk variabel lama kerja, jika jawaban dari pertanyaan lama kerja ≤ median dikategorikan baru dan diberi nilai 0, dan jika jawaban dari pertanyaan lama kerja > median dikategorikan lama dan diberi nilai 1. Nilai median digunakan karena berdasarkan analisis data tidak terdistribusi normal. Sedangkan untuk variabel usia jika jawaban dari pertanyaan usia ≤ median dikategorikan muda dan diberi nilai 0, sedangkan jika jawaban dari pertanyaan usia > median dikategorikan tua dan diberi nilai 1. Nilai median digunakan karena berdasarkan uji normalitas data terbukti tidak terdistribusi normal.

Untuk variabel pengetahuan, jawaban dari tiap pertanyaan yang jawabannya tepat benar diberi skor 1 dan yang jawabannya tidak tepat diberi skor 0. Jika skor jawaban dari pertanyaan pengetahuan ≤ mean dikategorikan pengetahuan rendah dan diberi nilai 0, sedangkan jika skor jawaban dari pertanyaan pengetahuan > mean dikategorikan pengetahuan tinggi dan diberi nilai 1.


(58)

41

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Untuk variabel kepatuhan terhadap prosedur, jika responden menjawab tidak pada salah satu pertanyaan atau lebih maka akan diberi nilai 0 dan dikategorikan tidak patuh, sedangkan jika responden menjawab iya pada semua pertanyaan akan diberi nilai 1 dan dikategorikan patuh.

Untuk variabel sikap menggunakan empat alternatif tanggapan dari setiap pernyataan kuesioner. Empat alternatif jawaban yang dikemukakan serta bobotnya yaitu sangat setuju (3), setuju (2), tidak setuju (1), sangat tidak setuju (0). Jika skor jawaban dari pertanyaan sikap ≤ mean dikategorikan memiliki sikap negatif dan diberi nilai 0, sedangkan jika skor jawaban dari pertanyaan sikap > mean dikategorikan memiliki sikap positif dan diberi nilai 1. Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Untuk variabel sosialisasi K3 dari tiap pertanyaan yang menjawab tidak mendapat skor 0 dan iya mendapat skor 1. Jika skor jawaban pertanyaan dari sosialisasi K3 ≤ mean dikategorikan sosialisasi K3 rendah dan diberi nilai 0. Sedangkan jika skor jawaban pertanyaan sosialisasi K3 > mean dikategorikan sosialisasi K3 tinggi dan diberi nilai 1.


(59)

42

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Untuk variabel housekeeping, pengawasasn, reward and punishment dari tiap pertanyaan yang menjawab tidak pernah mendapat skor (0), kadang-kadang (1), selalu (2). Jika skor jawaban pertanyaan dari housekeeping, pengawasan, maupun reward and punishment ≤ mean sebagai berikut:

a. Variabel housekeeping dikategorikan tidak kondusif dan diberi nilai 0.

b. Variabel pengawasan dikategorikan rendah dan diberi nilai 0.

c. Variabel reward and punishment dikategorikan rendah dan diberi nilai 0.

Sedangkan jika skor jawaban pertanyaan dari housekeeping, pengawasan, reward and punishment > mean dikategorikan sebagai berikut:

a. Variabel housekeeping dikategorikan kondusif dan diberi nilai 1.

b. Variabel pengawasan dikategorikan tinggi dan diberi nilai 1.

c. Variabel reward and punishment dikategorikan tinggi dan diberi nilai 1.


(60)

43

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Untuk observasi housekeeping dan sosialisasi K3 terdapat beberapa item yang diobservasi yaitu untuk housekeeping terdapat 7 item sedangkan sosialisasi K3 terdapat 9 item. Pada pedoman observasi terdapat pilihan jawaban iya dan tidak dimana cara menjawabnya dengan memberi tanda chekclist (√). Kemudian diberi skor 1 untuk jawaban iya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Berdasarkan hasil obeervasi dan kuesioner data yang didapat adalah sama. Data hasil observasi oleh peneliti sejalan dengan data hasil kuesioner dari responden.

4.6.2 Validasi dan Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang didahulukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini.

Tabel 4.1

Uji Validitas Instrumen Item

pertanyaan

R Hitung R Tabel Tindakan

Pengetahuan 1 0,856 0,6319 Valid

Pengetahuan 2 0,310 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Pengetahuan 3 0,272 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Pengetahuan 4 0,665 0,6319 Valid


(61)

44

Pengetahuan 5 0,665 0,6319 Valid Pengetahuan 6 0,856 0,6319 Valid Pengetahuan 7 0,856 0,6319 Valid Sikap 1 0,793 0,6319 Valid Sikap 2 0,793 0,6319 Valid Sikap 3 0,793 0,6319 Valid Sikap 4 0,853 0,6319 Valid Sikap 5 0,840 0,6319 Valid Sikap 6 0,793 0,6319 Valid Sikap 7 0,853 0,6319 Valid

Sikap 8 0,399 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Sikap 9 0,819 0,6319 Valid

Sikap 10 0.658 0,6319 Valid Kepatuhan 0,828 0,6319 Valid Reward 1 0,973 0,6319 Valid Reward 2 0,850 0,6319 Valid

Reward 3 0,373 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Reward 4 0,901 0,6319 Valid

Sosialisasi 1 0,884 0,6319 Valid Sosialisasi 2 0,718 0,6319 Valid Sosialisasi 3 0,856 0,6319 Valid

Sosialisasi 4 0,400 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Sosialisasi 5 0,222 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Sosialisasi 6 0,780 0,6319 Valid

Sosialisasi 7 0,310 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Sosialisasi 8 0,385 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Sosialisasi 9 0,884 0,6319 Valid

Pengawasan 1 0,935 0,6319 Valid

Pengawasan 2 0,411 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Pengawasan 3 0,325 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Pengawasan 4 0,684 0,6319 Valid

Pengawasan 5 0,695 0,6319 Valid Pengawasan 6 0,695 0,6319 Valid Pengawasan 7 0,717 0,6319 Valid Housekeeping 1 0,712 0,6319 Valid

Housekeeping 2 0,084 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Housekeeping 3 0,487 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Housekeeping 4 0,711 0,6319 Valid

Housekeeping 5 0,853 0,6319 Valid Housekeeping 6 0,798 0,6319 Valid

Housekeeping 7 0,275 0,6319 Ganti struktur pertanyaan Housekeeping 8 0,853 0,6319 Valid

Housekeeping 9 0,711 0,6319 Valid Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa beberapa item pertanyaan tidak valid sehingga perlu dilakukan


(62)

45

perubahan struktur pertanyaan pada masing-masing item yang tidak valid tersebut.

Tabel 4.2

Uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach’s alpha R Tabel Keterangan

0,974 0,6319 Reliabel

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari nilai r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item instrumen reliabel.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik data setiap variable yang diteliti. Penyajian data univariat berupa distribusi dan frekuensi variable tersebut. Untuk observasi housekeeping dan sosialisasi K3 akan menjadi data cross check untuk data dari kuesioner. 4.7.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini dengan uji Chi Square dengan melihat hubungan antara variabel kategorik independen dan variabel kategorik dependen. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini sebesar 95% dengan nilai α 0,05. Jika P value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P


(63)

46

value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.


(64)

47 BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Profil Perusahaan

PT Aqua Golden Mississippi adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi air minum dalam kemasan (AMDK) yang didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun 1973. PT Aqua Golden Mississippi beralamat di Jalan Raya Bekasi Km 27 Pondok Ungu Kec. Medan Satria Bekasi, Jawa Barat. PT Aqua Golden Mississippi Bekasi merupakan salah satu cabang perusahaan Aqua Group di bawah Perusahaan Danone yang mengaplikasikan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja berdasarkan Standar Dupont International Company bernama Wise yang memiliki 13 elemen yang wajib dilaksanakan, salah satunya adalah elemen Investigasi Kecelakaan. PT Aqua Golden Mississippi Bekasi terdiri dari 31 staff dan 176 pekerja produksi dengan 8 unit kerja yaitu HOD, ISS, SPS, HR, Water Treatment, Teknik, Gudang.

5.1.2 Gambaran Umum Proses Produksi

Dalam proses produksi terdapat beberapa langkah untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan terjamin dengan sangat mengutamakan GMP (Good Manufacturing Proces). Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan dari konsumen akan kualitas produk. PT Aqua Golden Mississippi Bekasi memproduksi


(65)

48

air minum dalam kemasan 750 ml dan kemasan galon. Berikut gambaran beberapa proses produksi di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi.

A. Proses Pretreatment dan Water Treatment

Air dari sumber dicek (pretreatment) keberadaan kandungan chlorinnya. Jika terdapat chlorine maka air akan ditolak dan dikembalikan ke sumber. Jika tidak mengandung chlorine maka air akan disalurkan ke storage tank. Setelah itu air akan melewati Cadrige Filter 40 mikron, selanjutnya melewati penyaringan Cadrige Filter 5 mikron serta Cadridge Filter 1 mikron. Hal ini dimaksudkan untuk menyaring mikroorganisme dengan ukuran 40 mikron, 5 mikron, hingga 1 mikron. Setelah melalui proses penyaringan mikroorganisme maka air kemudian berlanjut ke proses ultra violet dan injeksi ozone lalu ke proses mixing yang disebut sebagai proses water treatment. Selanjutnya produk masuk ke Finish Tank dan dialirkan ke masing-masing Filler yaitu Filler Galon dan Filler 750.

Air dari sumber Chlorine

Tolak dan kembali ke sumber

Ozone

Gambar 4.2

Bagan Proses Produksi Air

Cadridge filter 5 mikron Cadridge filter 40 mikron Storage tank Finish tank

Mixing Ultra Violet

Cadridge filter 1 mikron Filler


(66)

49 Keterangan Tambahan

Dikotakin : alat/mesin Tidak dikotakin : manusia

B. Proses Produksi Air Galon 19L (HOD) 1. Visual Control

Galon kosong dari konsumen dicek terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang produksi. Galon masuk ke proses visual control kosong diperiksa secara fisik, dikelompokkan menjadi:

a. Bau

b. Kotor bagian dalam c. Kotor bagian luar d. Lumut

e. Cat dan Label 2. Treatment Galon

Galon dari konsumen yang telah melalui proses visual control selanjutnya masuk ke proses treatment galon. Pada proses ini galon dicuci dan dibersihkan. Proses pencucian dan pembersihan galon dikerjakan manual oleh pekerja. Pada proses pencucian galon untuk kategori lumut dan bau diberi bahan tambahan yaitu HCl dengan kadar 5%-10%. Galon yang kotor bagian dalam dan kotor bagian luar dibersihkan dan disikat dengan sabun detergen biasa. Sedangkan galon yang ada cat dan label rusak akan


(67)

50

dibersihkan dan diilangkan catnya dengan pisau lalu label diganti dengan label yang baru.

3. Visual Control Galon

Galon dari konsumen yang sudah masuk ke tahap treatment kemudian diperiksa lagi di visual control galon seperti retak dasar, retak badan dan cat. Setelah itu galon yang sudah lolos dalam visual control galon akan masuk ke dalam mesin washer.

4. Washer

Galon yang telah melalui proses visual control galon baik galon bekas dari konsumen maupun galon baru yang diorder dari Citeurep akan dicuci dan dibersihkan lagi di dalam mesin washer dengan tambahan detergen Mipcip dengan suhu 55-75 C. Jika suhu yang digunakan semakin tinggi maka detergen yang digunakan akan semakin sedikit. Setelah itu galon menuju Filler untuk diisi dengan air produk.

5. Filler

Setelah galon dicuci dengan washer maka galon menuju Filler. Di dalam ruangan Filler hanya ada satu pekerja yang bertugas. Sebelum memasuki area Filler pekerja harus mandi di tempat yang sudah disediakan dan memakai jas khusus. Hal ini dimaksudkan agar pekerja


(68)

51

steril dan bebas dari bakteri dan virus sehingga produk terhindar dari kontaminasi.

6. Cupper

Galon yang telah diisi dengan air produk selanjutnya menuju mesin Cupper dimana galon diberi tutup. Untuk saat ini cupper atau penutup botol galon diproduksi oleh perusahaan lain dari Cikarang atau Tangerang.

7. Coding

Galon yang telah diberi tutup kemudian dikoding sebagai salah satu syarat produk dapat dipasarkan.

8. Visual Control

Kemasan galon dicek kembali pada proses visual control untuk memastikan apakah masih ada kekurangan atau cacat pada kemasan. Kemasan yang cacat akan direjek dan kemasan yang lolos visual control akan masuk ke proses Packing.

9. Packing

Kemasan galon yang sudah melalui proses visual control kemudian di Packing dan disusun ke dalam truk pengangkut untuk kemudian disalurkan ke konsumen.


(69)

52

Gallon masuk Visual gallon Treatment gallon

Visual control galon

Visual control Coding Packing Gambar 4.3

Bagan Proses Isi Ulang Galon Keterangan Tambahan

Dikotakin : alat/mesin Tidak dikotakin : manusia

C. Proses Produksi Kemasan 750 1. Infeed Botol

Botol kemasan 750 untuk saat ini botol berasal dari Bandung, untuk pengecekan kualitas dan hygine botol dilakukan langsung oleh pihak Aqua Bekasi baik sebelum dan sesudah masuk ke pabrik. Botol 750 yang tidak memenuhi syarat akan direjek dan dikembalikan ke supliyer dan botol yang memenuhi syarat akan disimpan di gudang.

2. Washer

Pada saat produksi botol 750 akan masuk ruang steril. Selanjutnya botol menuju mesin washer.Air untuk mencuci botol adalah air produk dengan lama pencucian sekitar 10 detik.

Washer Filler


(70)

53 3. Filler dan Cupper

Botol yang sudah dicuci akan langsung menuju Filler untuk diisi dengan air produk, sekaligus menuju cupper untuk penutupan botol. Pada proses ini hanya 2 pekerja yang bertugas. Pekerja sebelumnya harus masuk ruang steril dan diuap untuk memastikan pekerja bebas dari bakteri dan virus untuk menghindari kontaminasi produk. 4. Label

Setelah proses Filler dan Cupper selanjutnya kemasan produk 750 kemudian diberi label perusahaan yang dikerjakan secara manual.

5. Visual isi botol

Selanjutnya kemasan 750 akan menuju proses visual isi botol untuk memastikan apakah ada kemasan yang cacat atau rusak. Jika kemasan cacat atau rusak maka produk akan direjek sedangkan produk yang memenuhi syarat akan menuju proses selanjutnya.

6. Packing

Kemasan 750 yang lolos melalui proses visual isi botol kemudian dipacking dan disusun ke dalam kardus. Untuk saat ini kardus diorder dari Cikarang.

7. Palleting

Kardus yang telah terisi kemasan produk 750 kemudian masuk ke proses palleting kardus kemasan.


(71)

54

Setelah itu kardus yang berisi kemasan 750 siap dikirim dan disalurkan ke konsumen.

Infeed botol Labelling

Palleting Packing Visual Isi Botol

Gambar 4.4

Bagan Proses Produksi Kemasan 750 Keterangan Tambahan

Dikotakin : alat/mesin Tidak dikotakin : manusia

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Analisis Univariat

A. Gambaran Umum Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi

Distribusi kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1

Distribusi Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014

No Kecelakaan Ringan Jumlah Presentase

1 Iya 62 58,5

2 Tidak 44 41,5

Total 106 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami kecelakaan ringan lebih banyak yaitu berjumlah 62 orang (58,5%).

B. Gambaran Umum Faktor Pekerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi

Distribusi responden pada faktor pekerja di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.


(72)

55

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014

No Faktor Pekerja Jumlah Presentase

1 Usia

Muda 60 56,5

Tua 46 43,3

2 Jenis Kelamin

Perempuan 44 41,5

Laki-laki 62 58,5

3 Lama kerja

Baru 57 53,8

Lama 49 46,2

4 Pengetahuan

Rendah 65 61,3

Tinggi 41 38,7

5 Sikap

Negatif 56 52,8

Positif 50 47,2

6 Kepatuhan terhadap SOP

Tidak patuh 73 68,9

Patuh 33 31,1

1. Usia

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki usia kategori muda lebih banyak yaitu berjumlah 60 orang (56,5%).

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu berjumlah 62 orang (58,5%).

3. Lama kerja

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki kategori baru bekerja lebih banyak yaitu berjumlah 57 orang (53,8%).


(73)

56 4. Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah lebih banyak yaitu berjumlah 65 orang (61,3%).

5. Sikap

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sikap negatif lebih banyak yaitu berjumlah 56 orang (52,8%).

6. Kepatuhan Terhadap SOP

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak patuh terhadap SOP lebih banyak yaitu berjumlah 73 orang (68,9%).

C. Gambaran Umum Faktor Manajemen di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi

Distribusi responden pada faktor manajemen di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014

No Faktor Manajemen Jumlah Presentase

1 Reward and punishment

Rendah 66 62,3

Tinggi 40 37,7

2 Sosialisasi K3

Rendah 62 58,5

Tinggi 44 41,5

3 Pengawasan

Rendah 61 57,5


(74)

57 1. Reward and Punishment

Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab reward and punishment rendah lebih banyak yaitu berjumlah 66 orang (62,3%).

2. Sosialisasi K3

Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab sosialisasi K3 rendah lebih banyak yaitu berjumlah 58 orang (58,5%). Selain itu berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa hal seperti tanda peringatan yang tidak jelas dan susah dibaca, job safety analysis yang sulit dibaca karena tulisan pada kertas sudah mulai pudar dan basah, serta poster kurang menarik dan kurang sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada.

3. Pengawasan

Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab pengawasan rendah lebih banyak yaitu berjumlah 61 orang (57,5%).

D. Gambaran Umum Faktor Lingkungan Kerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi

Distribusi responden pada faktor lingkungan kerjadi PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.


(75)

58

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lingkugan Kerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014 No Faktor Lingkungan Kerja Jumlah Presentase

1 Unit kerja

HOD 41 38,7

ISS 10 9,4

HR 7 6,6

WT 5 4,7

Teknik 10 9,4

SPS 17 16

Pretreatment 8 7,5

Gudang 8 7,5

2 Housekeeping

Tidak kondusif 55 51,9

Kondusif 51 48,1

1. Unit Kerja

Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa responden pada unit kerja HOD lebih banyak yaitu berjumlah 41 orang (38,7%).

2. Housekeeping

Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab housekeeping tidak kondusif lebih banyak yaitu berjumlah 55 orang (51,9%). Selain itu berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa hal seperti terhalangnya beberapa akses jalan oleh material yang mengganggu, jalanan licin dan ada genangan air, tidak dibedakannya tempat sampah untuk material cair dan padat, penempatan barang seperti galon yang melebihi kapasitas, serta beberapa material yang tidak digunakan tetap diletakkan di tempat kerja.


(76)

59 5.2.2 Analisis Bivariat

A. Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi

Hubungan faktor pekerja dengan kejadian near miss di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5

Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014

Faktor Pekerja Kecelakaan Ringan Total P value

Iya Tidak

N % N % N %

Usia

Muda 35 58,3 25 41,7 60 100 1,000 Tua 27 58,7 19 41,3 46 100

Jenis Kelamin

Laki-laki 32 51,6 30 48,4 62 100 0,132 Perempuan 30 68,2 14 31,8 44 100

Lama Kerja

Baru 33 57,9 24 42,1 57 100 1,000 Lama 29 59,2 20 40,8 49 100

Pengetahuan

Rendah 48 73,8 17 26,2 65 100 0,000 Tinggi 14 34,1 27 65,9 41 100

Sikap

Negatif 41 73,2 15 26,8 56 100 0,002 Positif 21 42,0 29 58 50 100

Kepatuhan Terhadap Prosedur

Tidak patuh 52 71,2 21 28,8 73 100 0,000 Patuh 10 30,3 23 69,7 33 100

1. Hubungan Usia Dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden yang berusia tua lebih banyak mengalami kecelakaan ringan (58,7%) daripada responden yang


(1)

125

10.Kecelakaan Ringan Berdasarkan Unit Kerja unitkerja * kecelakaan Crosstabulation

kecelakaan

Total iya tidak

unitkerja hod Count 23 18 41

% within unitkerja 56.1% 43.9% 100.0% % within kecelakaan 37.1% 40.9% 38.7%

iss Count 7 3 10

% within unitkerja 70.0% 30.0% 100.0% % within kecelakaan 11.3% 6.8% 9.4%

hr Count 1 6 7

% within unitkerja 14.3% 85.7% 100.0% % within kecelakaan 1.6% 13.6% 6.6%

wt Count 2 3 5

% within unitkerja 40.0% 60.0% 100.0% % within kecelakaan 3.2% 6.8% 4.7%

teknik Count 8 2 10

% within unitkerja 80.0% 20.0% 100.0% % within kecelakaan 12.9% 4.5% 9.4%

sps Count 11 6 17

% within unitkerja 64.7% 35.3% 100.0% % within kecelakaan 17.7% 13.6% 16.0%

pretreatment Count 5 3 8

% within unitkerja 62.5% 37.5% 100.0% % within kecelakaan 8.1% 6.8% 7.5%

gudang Count 5 3 8

% within unitkerja 62.5% 37.5% 100.0% % within kecelakaan 8.1% 6.8% 7.5%

Total Count 62 44 106

% within unitkerja 58.5% 41.5% 100.0% % within kecelakaan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.262a 7 .234

Likelihood Ratio 9.707 7 .206

Linear-by-Linear Association .639 1 .424

N of Valid Cases 106

a. 10 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,08.


(2)

126

11.Kecelakaan Ringan Berdasarkan Housekeeping

housrecord * kecelakaan Crosstabulation

kecelakaan

Total

iya tidak

housrecord tidak kondusif Count 38 17 55

% within housrecord 69.1% 30.9% 100.0%

% within kecelakaan 61.3% 38.6% 51.9%

kondusif Count 24 27 51

% within housrecord 47.1% 52.9% 100.0%

% within kecelakaan 38.7% 61.4% 48.1%

Total Count 62 44 106

% within housrecord 58.5% 41.5% 100.0%

% within kecelakaan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.291a 1 .021

Continuity Correctionb 4.422 1 .035

Likelihood Ratio 5.330 1 .021

Fisher's Exact Test .030 .018

Linear-by-Linear Association 5.241 1 .022

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,17. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

127

Lampiran Hasil Observasi Sosialisasi K3 dan Housekeeping

No Gambar Keterangan

1 Keterangan pada

tanda peringatan kurang jelas dan ditempatkan di

tempat yang

kurang strategis.

2 Poster basah dan

mulai pudar.

3 Poster kurang

menarik dan

tidak disesuaikan dengan kondisi pekerjaan.


(4)

128

4 Tanda

emergency exit route tertutupi. Akses jalan terhalang oleh tumpukan galon.

5 Terdapat

genangan air dan lantai licin. Akses jalan terhalangi pipa.

6 Lantai bolong

dan bocor. Terdapat genangan air.


(5)

129

7 Safety boot tidak

ditempatkan pada tempatnya. Tumpukan hasil belas botol galon menutupi jalan. Serbuk botol berceceran di lantai.

8 Serbuk botol

berceceran di lantai.

Serbuk botol ditempatkan di karung bekas bukan di tempat khusus.

Kardus diletakkan di tengan jalan.

9 Tumpukan botol

galon melebihi kapasitas tempat yang disediakan.


(6)

130

10 Material yang

tidak digunakan tidak

ditempatkan di tempat khusus.

11 Penyusunan

kabel-kabel tidak rapih dan

berdebu.

12 Material yang

tidak digunakan tidak dirapikan sehingga mengganggi akses jalan menuju area kerja.