Pola Konsumsi menurut Tipologi Wilayah Pola Konsumsi menurut Kelompok Pengeluaran

tinggi masih cukup terbatas. Seberapa besar kontribusi suatu rumahtangga dalam mengakses sektor pendidikan sangatlah tergantung pada tingkat pendapatan. Tabel 2. Angka Partisipasi Murni berdasarkan Jenjang Pendidikan, th 2000-2005 Jenjang Pendidikan 2000 2002 2004 2005 Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas 92,4 61,7 39,5 92,7 60,9 36,8 93,0 65,2 42,9 93,2 65,2 41,7 Sumber : Tinjauan World Bank untuk Pendidikan hasil Susenas Sektor kesehatan Indonesia sudah mengalami peningkatan sepanjang beberapa tahun terakhir ini. Meskipun demikian kinerja sistem kesehatan belum cukup memadai untuk mencapai sasaran sektor kesehatan. Hal ini terlihat dari tingkat pemanfaatan layanan kesehatan di Indonesia yang masih rendah dan tingkat pelayanan publik yang masih inefisien. Infrastruktur, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan yang buruk terutama di wilayah terpencil dan pedesaan memberikan dampak penurunan partisipasi masyarakat untuk berobat World Bank, 2007. Partisipasi masyarakat yang masih rendah terlihat dari besaran kontribusi pengeluaran untuk biaya kesehatan yang rendah dibandingkan pengeluaran lainnya seperti untuk biaya pendidikan dan transportasi. Data BPS tahun 2007 menunjukkan persentase pengeluaran rata-rata untuk sektor kesehatan sekitar 2, masih rendah dibandingkan sektor pendidikan sekitar 3-4 dan transportasi sekitar 4-7.

4.3. Pola Konsumsi menurut Tipologi Wilayah

Pola pengeluaran konsumsi masyarakat di daerah perkotaan dan pedesaan cenderung berbeda. Keterbatasan sarana dan prasarana membuat pola konsumsi di daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan di perkotaan. Secara umum tingkat pendapatan yang lebih baik akan membuat masyarakat perkotaan dapat membelanjakan lebih banyak dibandingkan masyarakat pedesaan yang memiliki pendapatan jauh lebih rendah. Dari data diperoleh bahwa rata-rata pengeluaran komoditi terpilih daerah perkotaan mengalami peningkatan dari tahun 2007 sd 2008, begitu juga rata-rata pengeluaran komoditi terpilih padi-padian, ikandagingtelursusu, sayur buah, pendidikan, kesehatan, barang tahan lama daerah pedesaan juga mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata pengeluaran rumahtangga sebulan yang terbesar terjadi di perkotaan seperti gambar di bawah ini: 614458 1015238 384580 564820 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 mean 2007 mean 2008 urban rural Sumber : Susenas, data diolah Perbedaan pola konsumsi yang terjadi secara total maupun berdasarkan tipologi wilayah menunjukkan bahwa intensitas permintaan terhadap kebutuhan barang dan jasa antara daerah perkotaan dan pedesaan cukup berbeda jauh.

4.4. Pola Konsumsi menurut Kelompok Pengeluaran

Semakin tinggi pengeluaran biasanya semakin baik pula pola konsumsi masyarakat, termasuk asupan kecukupan gizinya. Secara teori semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula proporsi konsumsi non makanan. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan pendapatan dialihkan untuk konsumsi selain barang kebutuhan pokok. Dari data komoditi terpilih menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola pengeluaran makanan dan non makanan yang cukup signifikan. Terjadi perbedaan Gambar 2. Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga menurut Tipologi Wilayah pengeluaran makanan dan non makanan yang cukup tinggi di pedesaan jika dibandingkan dengan perbedaan yang cukup rendah di perkotaan, seperti gambar berikut: 62.73 80.07 37.27 19.93 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Urban Rural Makanan Non Mak Sumber : Susenas, data diolah Di daerah perkotaan urban persentase rata-rata pengeluaran rumatangga untuk kelompok makanan padi-padian, ikandagingtelursusu, sayuran buahan sebesar 62,73 dan kelompok non makanan pendidikan, kesehatan, barang tahan lama sebesar 37,27. Sebaliknya di daerah pedesaan rural persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga kelompok makanan sebesar 80,07 dan kelompok non makanan sebesar 19,93. Ini menunjukkan bahwa kontribusi pengeluaran non makanan masih tinggi di perkotaan, sedangkan kontribusi pengeluaran makanan paling tinggi terjadi di pedesaan. Sesuai teori ekonomi maka hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat pedesaan masih mengutamakan konsumsi pokok yaitu konsumsi makanan dibandingkan non makanan. Sebaliknya masyarakat perkotaan mengalokasikan tambahan pendapatan selain bahan pokok untuk membeli atau mengkonsumsi komoditi lainnya seperti sektor pendidikan dan kesehatan.

4.5. Pola Konsumsi menurut Pendidikan Kepala Rumahtangga