pengeluaran makanan dan non makanan yang cukup tinggi di pedesaan jika dibandingkan dengan perbedaan yang cukup rendah di perkotaan, seperti gambar
berikut:
62.73 80.07
37.27 19.93
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
Urban Rural
Makanan Non Mak
Sumber : Susenas, data diolah
Di daerah perkotaan urban persentase rata-rata pengeluaran rumatangga untuk kelompok makanan padi-padian, ikandagingtelursusu, sayuran buahan
sebesar 62,73 dan kelompok non makanan pendidikan, kesehatan, barang tahan lama sebesar 37,27. Sebaliknya di daerah pedesaan rural persentase rata-rata
pengeluaran rumahtangga kelompok makanan sebesar 80,07 dan kelompok non makanan sebesar 19,93. Ini menunjukkan bahwa kontribusi pengeluaran non
makanan masih tinggi di perkotaan, sedangkan kontribusi pengeluaran makanan paling tinggi terjadi di pedesaan. Sesuai teori ekonomi maka hal ini mengindikasikan
bahwa masyarakat pedesaan masih mengutamakan konsumsi pokok yaitu konsumsi makanan dibandingkan non makanan. Sebaliknya masyarakat perkotaan
mengalokasikan tambahan pendapatan selain bahan pokok untuk membeli atau mengkonsumsi komoditi lainnya seperti sektor pendidikan dan kesehatan.
4.5. Pola Konsumsi menurut Pendidikan Kepala Rumahtangga
Tingkat pendidikan kepala rumahtangga dapat mempengaruhi pola konsumsi rumahtangga. Pendidikan kepala rumahtangga disini dibedakan berdasarkan kepala
Gambar 3. Persentase Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga menurut kelompok Makanan dan Non Makanan
rumahtangga berpendidikan menengah ke bawah SMA dan kepala rumahtangga berpendidikan menengah ke atas
≥SMA.
Tabel 3. Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga menurut Tingkat Pendidikan KRT Rp
Tingkat Pendidikan Perkotaan
Pedesaan Total
Makanan menengah ke bawah
menengah ke atas 418.655
592.698 366.913
531.971 386.827
591.642 Non Makanan
menengah ke bawah menengah ke atas
181.529 401.681
83.914 290.491
121.610 395.736
Sumber : Susenas, data diolah
Tabel 3 memperlihatkan rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk komoditi terpilih. Peningkatan konsumsi yang cukup signifikan terjadi untuk pengeluaran
barang non makanan di perkotaan dari kepala rumahtangga berpendidikan menengah bawah ke menengah atas. Sedangkan untuk pengeluaran makanan baik di perkotaan
maupun di pedesaan relatif tidak jauh berbeda antara tingkat pendidikan. Ini menunjukkan bahwa kelompok makanan masih merupakan kebutuhan pokok utama
baik kepala rumahtangga berpendidikan menengah ke bawah maupun berpendidikan menengah ke atas, sebaliknya untuk non makanan merupakan barang yang cukup
mewah terutama untuk kepala rumahtangga pendidikan menengah ke bawah khususnya di pedesaan.
Tabel 4 menunjukkan persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga terhadap total komoditi terpilih dan masing-masing kelompok makanan dan non makanan.
Untuk kelompok makanan terjadi perbedaan yang cukup berarti khususnya antara komoditi padi-padian dan ikandagingtelursusu. Di daerah perkotaan untuk
rumahtangga KRT berpendidikan menengah ke atas persentase kedua komoditi berbeda cukup jauh dimana komoditi ikandagingtelursusu jauh lebih tinggi. Di
daerah pedesaan komoditi padi-padian masih merupakan komoditi utama khususnya untuk rumahtangga dengan pendidikan kepala rumahtangga menengah ke bawah.
Tabel 4. Persentase Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga per Komoditi menurut Tingkat Pendidikan KRT
Pendidikan KRT Perkotaan Pedesaan
Total Komoditi
SMA ≥ SMA SMA ≥ SMA SMA ≥ SMA
Makanan padi-padian
ikndgingtlursusu sayur buah
11,69 16,16
8,72 5,13
15,27 5,80
26,02 15,02
11,19 12,08
17,81 8,80
18,77 15,59
9,94 5,69
15,47 6,04
Sub Total Makanan 36,57
26,20 52,22
38,69 44,30 27,21
Non Makanan pendidikan
kesehatan barang tahan lama
15,16 17,12
31,15 21,91
24,25 27,64
8,81 15,80
23,17 11,28
18,27 31,76
12,03 16,47
27,21 21,05
23,77 27,97
Sub Total Non Mak 63,43
73,80 47,78
61,31 55,70 72,79
Total 100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
Sumber : Susenas, data diolah
BAB V. HASIL PENELITIAN