Pengukuran Respon Perubahan Variabel Cakupan Penelitian Komoditi

b. Model LA-AIDS dengan kepala rumahtangga tamat ≥ SMA menengah ke atas, yaitu rumahtangga dengan pendidikan kepala rumahtangga yang tamat SMA dan tamat PT

3.4. Pengukuran Respon Perubahan Variabel

Pengukuran respon perubahan variabel disini merupakan besaran elastisitas yang meliputi respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat perubahan harga elastisitas harga sendiri, respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat perubahan harga komoditi lainnya elastisitas silang, respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat terjadinya perubahan tingkat pendapatan elastisitas pendapatanpengeluaran. Elastisitas pendapatan diukur melalui pendekatan elastisitas pengeluaran, dimana pengeluaran dimaksud adalah total pengeluaran untuk komoditi terpilih. Di samping itu secara spesifik diukur juga respon perubahan permintaan komoditi akibat terjadinya perubahan karakteristik sosial ekonomi, seperti perubahan tingkat pendidikan, perubahan jumlah anggota rumahtangga, perubahan jumlah anak yang masih sekolah, dan lain sebagainya. Berdasarkan model yang diformulasikan di atas, maka nilai elastisitas berdasarkan model di atas adalah : a. Own-Price Elasticity : 1 − − = i i i ii ii w w E β γ b. Cross-Price Elasticity : i j i ij ij w w E β γ − = c. Income Elasticity : 1 + = i i iy w E β d. Elastisitas Karakteristik Sosial Ekonomi : i ik iSk w E θ = Karena pengeluaran dimaksud adalah pengeluaran komoditi terpilih, maka untuk mengukur seberapa besar pengaruh pengeluaran komoditi terpilih terhadap total pengeluaran rumahtangga digunakan formula pendekatan sebagai berikut: f T Y a Y ln ln η + = dimana: f Y = total pengeluaran komoditi terpilih T Y = total pengeluaran rumahtangga i η = elastisitas pengeluaran komoditi terpilih

3.5. Cakupan Penelitian Komoditi

Cakupan penelitian meliputi rumahtangga yang dijadikan sampel kor dan modul konsumsi Susenas Februari di seluruh di Propinsi Banten tahun 2007 2008. Dipilihnya propinsi Banten seperti yang dijelaskan pada pendahuluan adalah karena masih kurang optimalnya pengaruh pertumbuhan ekonomi yang cukup baik terhadap peningkatan kualitas hidup yang erat kaitannya dengan pola konsumsi. Rumahtangga sampel tersebut dibedakan menurut daerah perkotaan dan pedesaan. Oleh karena tidak semua rumahtangga mengkonsumsi setiap kelompok makanan sesuai asumsi dari model, maka dilakukan justifikasi nilai konsumsi terhadap beberapa rumahtangga yang dalam penelitian ini tidak mengkonsumsi seluruh kelompok makanan dimaksud. Justifikasi nilai pengeluaran konsumsi lebih difokuskan pada nilai pengeluaran konsumsi yang rata-rata merefleksikan gambaran konsumsi suatu komoditi di wilayah tertentu, seperti proksi nilai pengeluaran konsumsi daerah perkotaan akan berbeda dengan proksi nilai pengeluaran konsumsi daerah pedesaan. Pengeluaran konsumsi disini merupakan pengeluaran selama sebulan yang diproksikan secara rata-rata. Nilai harga untuk komoditi makanan merupakan harga implisit yang dihasilkan dari proksi total pengeluaran terhadap total konsumsi. Untuk beberapa komoditi dilakukan konversi satuan, sehingga setiap kelompok persamaan memiliki satuan yang sama. Berbeda dengan komoditi makanan, proksi harga untuk komoditi non makanan memang berbeda karena tidak semua komoditi ini dikonsumsi secara rutin oleh rumahtangga, sehingga proksi harga juga dicoba didekati dengan harga implisit. Cakupan komoditi makanan dalam penelitian adalah hanya komoditi padi- padian, ikandagingtelursusu, dan sayuranbuahan. Cakupan komoditi non makanan dalam penelitian adalah hanya komoditi pendidikan, kesehatan, dan barang tahan lama. Komoditi padi-padian merupakan komoditi utama yang dikonsumsi masyarakat, khususnya beras. Beras sebagai bahan kebutuhan pokok sehari-hari memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan pola konsumsi terkait tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebagai pelengkap konsumsi, komoditi sayuran dan buahan masih relatif stabil, dikarenakan ketersediaan komoditi sayur dan buah relatif masih baik. Komoditi ikandagingtelursusu adalah komoditi berprotein tinggi, dan berdasarkan data preferensi komoditi ini cenderung terus meningkat. Kendala utama dari akses mendapatkan komoditi ini adalah masalah ketersediaan atau stok. Berkurangnya stok akibat berbagai faktor, menyebabkan harga komoditi ini meningkat tajam, sehingga menurunkan permintaan atau konsumsi. Sektor pendidikan dan kesehatan merupakan sektor yang menjadi perhatian serius pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai program di bidang pendidikan seperti BOS Bantuan Operasional Sekolah, sekolah gratis, beasiswa, Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat, dan posyandu ditujukan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan program pemerintah di bidang pendidikan dapat diukur dari peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan, seperti semakin berkurangnya buta huruf, lulusan perguruan tinggi yang terus bertambah, dsb. Di lain pihak sektor kesehatan merupakan sektor penentu keberhasilan pemerintah lainnya. Kesejahteran masyarakat dapat dinilai dari fisik yang sehat dan kuat.

3.6. Klasifikasi Perkotaan Pedesaan