Analisis Parameter Regresi HASIL PENELITIAN

Untuk itu uji simetri terhadap model difokuskan kepada model berdasarkan pendidikan menengah ke bawah dan pendidikan menengah ke atas dan juga dibedakan menurut perkotaan dan pedesaan. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh atau dampak yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang membedakan pola konsumsi di perkotaan dan di pedesaan. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan melalui model analisis yang digunakan akan menjawab bagaimana perilaku rumahtangga sesungguhnya di dalam membelanjakannya pendapatannya. Oleh sebab itulah model yang digunakan dalam penelitian ini adalah unrestricted model, dan berdasarkan hasil uji simetri terhadap data yang terdiri atas uji simetri antara beberapa komoditi terpilih menunjukkan bahwa peluang data dari komoditi tersebut saling simetri adalah lebih kecil dari 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum peluang untuk tidak simetri lebih besar dari 0,5 atau hasil uji cenderung signifikan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa secara umum nilai elastisitas dari restricted model tidak berbeda jauh dengan unrestricted model, dan unrestricted model masih dapat dijelaskan secara empiris dan teoritis. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa unrestricted model relatif masih baik dan dapat digunakan. Dari model juga dapat disimpulkan bahwa prilaku konsumen rumahtangga menengah ke atas kepala rumahtangga berpendidikan tamat ≥ SMA cenderung kurang rasional dalam membelanjakan pendapatannya, khususnya jika terjadi kenaikan harga. Sebaliknya prilaku konsumen rumahtangga menengah ke bawah kepala rumahtangga berpendidikan tamat SMA relatif lebih rasional dalam membelanjakan pendapatannya.

5.2. Analisis Parameter Regresi

Model AIDS pada kelompok komoditi makanan dan non makanan merupakan sebuah sistem persamaan permintaan yang secara ekonometrik diestimasi dengan metode SUR. Berdasarkan Lampiran 1 nilai Chi-sq yang signifikan secara statistik menunjukkan pada sistim persamaan tersebut, variabel seperti harga, pengeluaran, jumlah anggota rumahtangga dan variabel sosial ekonomi lain yang dinyatakan dalam dummy variable secara serentak dapat menjelaskan variabel proporsi pengeluaran pada setiap kelompok komoditi. Nilai t hitungPz menunjukkan bahwa tidak semua variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel proporsi. Nilai R-sq untuk model secara umum bervariasi pada setiap kelompok komoditi makanan dan non makanan baik secara total maupun secara terpisah di daerah perkotaan dan pedesaan, dimana yang paling besar yaitu 0,709 dan yang terkecil 0,254. Nilai R-sq menunjukkan besaran keragaman dari proporsi pengeluaran setiap kelompok komoditi dapat dijelaskan dengan cukup baik sekitar 25-70 oleh variabel bebas. Nilai R-sq untuk daerah perkotaan berkisar antara 0,508 sd 0,698, dan di pedesaan antara 0,254 sd 0,709. Sedangkan nilai R-sq untuk model berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumahtangga menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda dan cukup tinggi, sehingga karakteristik tingkat pendidikan cukup dapat menjelaskan keragaman permintaan komoditi makanan dan non makanan. Berdasarkan nilai koefisien hasil estimasi parameter regresi pada Lampiran 4 secara umum di daerah perkotaan dan pedesaan pengaruh nilai pengeluaran cukup signifikan terhadap besaran proporsi pengeluaran untuk setiap komoditi. Pengaruh harga komoditi secara umum banyak yang signifikan berpengaruh, khususnya harga komoditi padi-padian berpengaruh positif terhadap proporsi pengeluaran padi-padian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Hal ini disebabkan karena konsumsi padi-padian masih merupakan konsumsi makanan pokok. Pengaruh harga komoditi non makanan yaitu pendidikan, kesehatan, dan barang tahan lama menunjukkan hubungan yang positif terhadap porsi pengeluaran komoditi bersangkutan. Perbedaan terjadi dari nilai estimasi parameter yang lebih besar di perkotaan dibandingkan di pedesaan, dan ini cukup wajar karena kemampuan masyarakat perkotaan dalam mengkonsumsi non makanan lebih baik dibanding masyarakat pedesaan. Pengaruh pendapatanpengeluaran baik di daerah perkotaan maupun pedesaan terhadap proporsi pengeluaran komoditi sangat signifikan baik untuk komoditi makanan maupun non makanan. Berdasarkan bentuk hubungan pendapatan dengan besaran permintaan komoditi khususnya kelompok makanan terutama padi-padian, dari koefisien parameter untuk pendapatan terlihat bahwa secara umum hubungannya positif artinya jika terjadi kenaikan pendapatan, maka terjadi kenaikan permintaan kelompok makanan. Untuk rumahtangga menengah ke atas pendidikan kepala rumahtangga ≥SMA di perkotaan maupun di pedesaan, hubungannya adalah negatif artinya kenaikan pendapatan menyebabkan penurunan permintaan komoditi, khususnya padi- padian. Karakteristik sosial ekonomi yang menarik disini adalah bahwa secara umum pengaruh variabel sosial ekonomi yaitu jumlah anggota rumahtangga, umur kepala rumahtangga, proporsi balita, proporsi anak masih sekolah banyak yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap proporsi pengeluaran khususnya untuk komoditi makanan padi-padian, ikandagingtelursusu. Meskipun demikian di daerah perkotaan pengaruh yang signifikan lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa keragaman karakteristik sosial ekonomi di daerah perkotaan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan daerah pedesaan. Berdasarkan tanda koefisien, terlihat karakteristik jumlah anggota rumahtangga baik di perkotaan maupun di pedesaan berhubungan positif dengan komoditi padi-padian. Hal ini wajar karena semakin besar jumlah anggota rumahtangga, maka konsumsi makanan pokok akan naik. Berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumahtangga, terlihat bahwa umumnya karakteristik persentase jumlah anak masih sekolah berhubungan positif dengan konsumsi pendidikan. Hal yang spesifik terjadi di perkotaan untuk kepala rumahtangga berpendidikan menengah ke bawah atau berpendidikan rendah dimana hubungannya negatif, yang mengindikasikan bahwa rumahtangga miskin perkotaan atau berpendapatan rendah masih mengutamakan kebutuhan pokok dibandingkan kebutuhan pendidikan. 5.3. Elastisitas Harga 5.3.1. Elastisitas Harga Sendiri