Tabel 7. Elastisitas Harga Sendiri Beberapa Komoditi
Tingkat Pendidikan Padi
2
an Ikandaging
Telursusu Pendidikan Kesehatan
SMA -0,471
-1,042 -1,889
-1,862 Perkotaan
≥ SMA -0,645
-1,241 -0,985
-1,127 SMA
-0,664 -1,539
-3,035 -1,228
Pedesaan ≥ SMA
-1,086 -0,418
-3,096 -0,487
5.3.2. Elastisitas Harga Silang
Pada Lampiran 2 dan 3, nilai elastisitas silang yang bertanda negatif dan positif, dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 bentuk hubungan antar kelompok
komoditi, yaitu substitusi dan komplemen. Di daerah perkotaan bentuk substitusi dan komplemen terjadi antara beberapa komoditi makanan dengan non makanan seperti
komoditi ikandagingtelursusu dan pendidikan yang terjadi di perkotaan, yang secara ekonomi berarti bahwa peningkatan biaya pendidikan akan menaikkan permintaan
konsumsi ikandagingtelursusu baik di perkotaan maupun pedesaan, dan jika terjadi peningkatan harga ikandagingtelursusu akan menurunkan permintaan konsumsi
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan konsumsi makanan berprotein masih baik dengan mengutamakan konsumsi makanan
dibandingkan non makanan. Sedangkan bentuk komplemen terjadi seperti antara padi- padian dan pendidikan, secara ekonomi artinya peningkatan harga padi-padian
terutama bahan pokok menyebabkan terjadinya penurunan permintaan konsumsi pendidikan, dan sebaliknya peningkatan biaya pendidikan akan menurunkan
permintaan padi-padian. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih mengutamakan komoditi bahan pokok, sedangkan sektor pendidikan sifatnya relatif
tergantung harga komoditi lainnya. Di perkotaan substitusi terjadi misalnya pada komoditi kesehatan dan ikandagingtelursusu, artinya jika terjadi kenaikan biaya
kesehatan, akan meningkatkan konsumsi ikandagingtelursusu, dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih menginginkan akses sektor kesehatan.
Tabel 8 memperlihatkan bahwa untuk komoditi padi-padian terjadi hubungan komplementer dengan komoditi lainnya, kecuali dengan komoditi barang tahan lama
terjadi hubungan substitusi komplemen di daerah perkotaan, yang artinya bahwa secara umum kenaikan harga padi-padian akan mendorong terjadinya penurunan
permintaan komoditi lainnya. Secara ekonomi hal ini mengindikasikan bahwa secara umum pengaruh tingkat pendapatan yang lebih baik mendorong rumahtangga
perkotaan mempunyai kemampuan untuk mengkonsumsi komoditi non makanan seperti barang tahan lama, dimana peningkatan harga barang tahan lama akan
menurunkan konsumsi bahan pokok. Untuk daerah pedesaan hubungan substitusi komplemen terjadi antara padi-
padian dan kesehatan, yang berarti bahwa peningkatan harga padi-padian akan meningkatkan permintaan sektor kesehatan. Untuk komoditi ikandagingtelursusu
dan padi-padian terjadi hubungan komplemen, yang secara ekonomi berarti bahwa peningkatan harga salah satu komoditi akan menurunkan permintaan komoditi
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di pedesaan relatif masih sulit menjangkau komoditi pokok padi-padian ikandagingtelursusu apabila terjadi
kenaikan harga salah satu komoditi tersebut. Kondisi ini dapat disebabkan oleh tingkat pendapatan yang secara umum relatif rendah di pedesaan. Sedangkan untuk
komoditi sayur buah dan kesehatan terjadi hubungan substitusi, artinya peningkatan harga sayur buah di pedesaan dapat meningkatkan permintaan sektor kesehatan,
sebaliknya peningkatan biaya kesehatan akan meningkatkan permintaan sayur buah. Dapat disimpulkan bahwa untuk komoditi non makanan seperti pendidikan
umumnya juga terjadi komplemen di perkotaan yang artinya peningkatan biaya pendidikan akan menurunkan permintaan komoditi lain, kecuali dengan
ikandagingsusutelur dan barang tahan lama terjadi substitusi komplemen yang artinya peningkatan biaya pendidikan akan meningkatan permintaan komoditi
ikandagingtelursusu dan barang tahan lama. Untuk komoditi kesehatan di perkotaan umumnya juga terjadi komplemen yang berarti peningkatan biaya kesehatan akan
menurunkan permintaan komoditi lain, kecuali dengan sayur buah substitusi komplemen yang berarti peningkatan harga sayur buah akan meningkatkan
permintaan akses kesehatan. Hal yang tidak berbeda terjadi di pedesaan. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa masyarakat perkotaan memiliki kesadaran yang relatif
lebih baik untuk makanan berprotein dan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi non makanan yang lebih baik dibandingkan masyarakat di
pedesaan.
Tabel 8. Elastisitas Harga Silang Beberapa Komoditi
Harga komoditi Permintaan
komoditi Padi
2
an Ikandaging
telursusu Sayur
buah Pendidikan
Kesehatan Barang
tahan lama Perkotaan
Padi
2
an -0,260
-0,200 -0,098
-0,056 -0,055
Ikandaging telursusu
-0,103 -0,051
0,037 -0,031
-0,042 Sayur buah
-0,261 -0,206 -0,096
-0,038 -0,040
Pendidikan -0,195 -0,065 -0,197
-0,154 -0,104
Kesehatan -0,196 -0,363 0,519 -0,123
-0.034 Barang
tahan lama 0,235 0,059 0,070 0,018 -0,116
Pedesaan Padi
2
an -0,386
-0,337 -0,033
-0,095 -0,075
Ikandaging telursusu
-0,420 0,077
0,009 0,024
-0,020 Sayur buah
-0,246 -0,012 -0,056
0,002 -0,027
Pendidikan -0,837 -0,038 0,029
-0,064 -0,004
Kesehatan 0,343 0,069 0,044 -0,091
-0,009 Barang
tahan lama 0,695 -0,030 0,500 0,054 -0,026
Tabel 8 menunjukkan bahwa di daerah perkotaan pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok makanan padi-padian, ikandagingtelursusu, sayur
buah terhadap permintaan kelompok makanan secara umum sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi komoditi makanan relatif masih terjangkau oleh
masyarakat di perkotaan. Sedangkan pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok non makanan pendidikan, kesehatan, barang tahan lama terhadap
perubahan permintaan kelompok makanan secara umum masih relatif rendah dibandingkan perubahan harga diantara komoditi makanan.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan harga komoditi secara silang terhadap komoditi makanan di perkotaan tidak terlalu berpengaruh besar. Disamping
itu pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok makanan padi-padian,
ikandagingtelursusu, sayur buah terhadap perubahan permintaan kelompok non makanan secara umum relatif lebih besar dibandingkan terhadap kelompok makanan.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi komoditi non makanan relatif terjangkau oleh masyarakat di perkotaan, bahkan beberapa bernilai positif yang berarti konsumsi non
makanan di perkotaan masih dapat terpenuhi. Sedangkan pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok non makanan pendidikan, kesehatan, barang tahan lama
terhadap perubahan permintaan kelompok non makanan secara umum masih relatif rendah dibandingkan perubahan harga diantara komoditi non makanan. Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan harga komoditi secara silang terhadap komoditi non makanan di perkotaan masih tidak terlalu berpengaruh besar.
Di daerah pedesaan pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok makanan padi-padian, ikandagingtelursusu, sayur buah terhadap perubahan
permintaan kelompok makanan sendiri secara umum cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kenaikan harga komoditi makanan relatif berdampak
pada perubahan yang relatif besar terhadap konsumsi komoditi makanan lainnya. Sehingga konsumsi komoditi makanan di pedesaan dapat dikatakan cukup rentan,
atau ketahanan pangan di pedesaan masih belum stabil Sedangkan pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok non makanan pendidikan, kesehatan,
barang tahan lama terhadap perubahan permintaan kelompok makanan secara umum masih relatif rendah dibandingkan perubahan harga diantara komoditi makanan.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan harga komoditi khususnya makanan secara silang terhadap komoditi makanan di pedesaan cukup berpengaruh
besar. Disamping itu pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok makanan padi-padian, ikandagingtelursusu, sayur buah terhadap perubahan permintaan
kelompok non makanan sendiri secara umum cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kenaikan harga komoditi makanan relatif berdampak pada perubahan
yang relatif besar terhadap konsumsi komoditi non makanan. Sedangkan pengaruh perubahan harga komoditi diantara kelompok non makanan pendidikan, kesehatan,
barang tahan lama terhadap perubahan permintaan kelompok non makanan secara umum masih relatif rendah dibandingkan perubahan harga diantara komoditi
makanan. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan harga komoditi khususnya makanan secara silang terhadap komoditi non makanan di pedesaan cukup
berpengaruh besar.
5.4. Elastisitas Pengeluaran