Simulasi Dampak Perubahan Harga terhadap Permintaan Komoditi

disini adalah sektor yang bersifat formal dan bukan informal. Bantuan sekolah dengan biaya gratis di pedesaan dapat dimungkinkan memberikan kontribusi peningkatan partisipasi sekolah relatif lebih baik khususnya masyarakat berpendapatan rendah di pedesaan. Hal ini bertolak belakang untuk masyarakat berpendapatan rendah di perkotaan yang mungkin belum mendapatkan pelayanan optimal, yang didukung juga oleh fakta bahwa elastisitas persentase anak sekolah yang negatif. Tabel 11. Elastisitas Karakteristik Sosial Ekonomi Komoditi Pendidikan Tingkat Pendidikan Jart Usia Prblt Prsek SMA -0,277 0,931 -0,053 -0,124 Perkotaan ≥ SMA -0,015 0,685 0,113 0,198 SMA 0,056 -0,060 0,020 0,224 Pedesaan ≥ SMA 0,017 0,713 0,035 0,140 Ket: Jart = Jumlah Anggota Rumahtangga Usia = Usia Kepala Rumahtangga Prblt = Proporsi Balita Prsek = Persentase Anak Sekolah

5.6. Simulasi Dampak Perubahan Harga terhadap Permintaan Komoditi

Pengeluaran konsumsi khususnya konsumsi makanan pokok merupakan salah satu diantara aspek dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah bidang ekonomi yang memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung ke masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah akan mempengaruhi tingkat konsumsi makanan. Diantara kebijakan tersebut seperti kebijakan harga secara mikro mempengaruhi konsumsi rumahtangga, dan secara makro mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Kebijakan lain diantaranya kenaikan harga minyak atau BBM secara nyata akan menurunkan aktifitas dan produksi, yang selanjutnya akan menurunkan pendapatan masyarakat secara riil karena harga atau biaya produksi semakin meningkat dan pada akhirnya terjadi peningkatan harga barang dan jasa. Untuk itu diperlukan simulasi untuk melihat sejauh mana dampak kenaikan harga terhadap perubahan permintaan komoditi. Komoditi yang dijadikan dasar simulasi adalah komoditi padi-padian, ikandagingtelursusu, dan pendidikan. Pemilihan komoditi padi-padian disebabkan komoditi ini merupakan komoditi pokok masyarakat yang umumnya dikonsumsi secara rutin setiap hari oleh rumahtangga, sehingga perubahan harga padi-padian khususnya beras akan memberikan dampak yang signifikan terhadap besaran konsumsi. Komoditi daging masih merupakan sentra permasalahan yang dihadapi Indonesia. Impor ternak daging sapi adalah salah satu upaya pemerintah dalam menjaga keseimbangan harga pasar. Di samping itu pangsa produksi daging ayam ras terhadap total produksi daging nasional adalah sekitar 57 per tahun Daud, 2006. Hasil kajian menunjukkan bahwa preferensi terhadap kelompok telur dan susu masih lebih tinggi dibandingkan kelompok padi-padian khususnya di perkotaan Rahmi, 2001. Sedangkan komoditi pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional, sehingga aspek-aspek yang berkaitan dengan perubahan biaya pendidikan khususnya sekolah sangat berpengaruh kepada tingkat partisipasi masyarakat. Tabel 12. Persentase Perubahan Permintaan Komoditi dengan Kenaikan Harga Komoditi sebesar 5 Tingkat Pendidikan Padi 2 an Ikandaging telursusu Pendidikan SMA -2,36 -5,21 -9,45 Perkotaan ≥ SMA -3,23 -6,20 -4,93 SMA -3,32 -7,70 -15,17 Pedesaan ≥ SMA -5,43 -2,09 -15,48 Nilai elastisitas harga sendiri secara matematis merupakan rasio antara persentase perubahan jumlah permintaan komoditi dengan persentase perubahan harga komoditi. Tabel 12 adalah simulasi kenaikan harga sebesar 5. Hasil simulasi menunjukkan bahwa sektor pendidikan merupakan sektor yang memberikan dampak yang sangat tinggi jika biaya pendidikan mengalami kenaikan sebesar 5. Kelompok masyarakat menengah ke bawah merupakan kelompok yang paling besar mengalami efek negatif kenaikan harga dengan kisaran sekitar 9,45 di perkotaan dan 15,17 di pedesaan. Secara umum terlihat bahwa dampak kenaikan biaya pendidikan paling besar terjadi di pedesaan. Kenaikan harga komoditi ikandagingtelursusu secara umum masih memberikan efek negatif yang relatif besar khususnya untuk masyarakat menengah ke bawah di pedesaan. Persentase konsumsi ikandagingtelursusu di perkotaan yang relatif besar baik untuk kelompok menengah ke bawah maupun menengah ke atas di perkotaan menyebabkan perbedaan efek kenaikan harga komoditi dimaksud tidak jauh berbeda.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Penelitian

Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Harga komoditi pada umumnya mempengaruhi secara signifikan tingkat konsumsi untuk setiap kelompok komoditi baik pada komoditi makanan maupun komoditi non makanan, meskipun terdapat beberapa yang tidak signifikan 2. Pendapatanpengeluaran pada umumnya mempengaruhi secara signifikan tingkat konsumsi untuk setiap kelompok komoditi baik pada komoditi makanan maupun komoditi non makanan, meskipun terdapat beberapa yang tidak signifikan. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan fasilitas berupa sarana serta akses untuk memperoleh barang masih sulit seperti di pedesaan, sehingga konsumen belum mampu mengoptimalkan kepuasannya. 3. Konsumsi padi-padian makanan masih merupakan komoditi yang utama baik di perkotaan maupun di pedesaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka nilai elastisitas pendapatan cenderung inelastis, artinya semakin tinggi pendidikan maka tambahan pendapatan cenderung lebih banyak dialokasikan untuk mengkonsumsi barang selain barang kebutuhan pokok yang utama. 4. Di daerah perkotaan konsumsi telur, daging, susu cenderung lebih tinggi dibandingkan di daerah pedesaan dan memiliki pengaruh yang berarti terhadap karakteristik sosial ekonomi dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat elastisitas pendapatanpengeluaran yang sebagian lebih besar dan elastis, serta tingkat elastisitas pengeluaran yang sebagian cenderung elastis. 5. Di daerah perkotaan untuk rumahtangga dengan pendidikan kepala rumahtangga menengah ke bawah atau berpendapatan rendah, konsumsi pendidikan masih sangat rendah Hal ini ditunjukkan oleh tingkat elastisitas pendidikan yang cenderung lebih inelastis dibandingkan tingkat elastisitas pendidikan untuk rumahtangga menengah ke atas. 6. Semakin besar jumlah anggota rumahtangga dan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka jumlah permintaan terhadap komoditi ikandagingtelursusu di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.