Kuat tarik Tensile Strenght

Tabel 5 Perbandingan karakteristik edible film dengan film lain Sumber Film Tebal film mm Kuat tarik Kgfcm 2 Persen E WVTR gm 2 24jam Hasil penelitian 2012 Pati buah lindur 0,13- 0,20 132,88- 168,33 17,77- 181,21 231,23 - 298,82 Suminto 2006 Gelembung renang 0,01 1173,33- 2311,11 1-1,55 69,3 Kumalasari 2005 Pati bongol pisang: G: PG 10: 2: 1 0,137 63,63 33,39 51,28 Noviariansyah 2004 Gelatin 0,122- 0,253 20,14-44,4 448,08- 1612,3 404,90- 693,37 Nurochmawati 2003 Karagenan 0,00084- 0,00092 0-14,50 0-15 - Harris 2002 Pati ubi kayu : G : CMC : BW 10: 3 : 1: 0,5 0,256 4,99 61,7 18,28 Nurdiana 2002 Kitosan 0,088- 0,098 76,56- 718,7 1,11- 13,53 448,08- 1612,3 Hikmat 1997 Pati sagu : G : CMC 1 : 0,5 : 0,05 0,079 15,29 138,65 592,71 Irma 1997 Pati aren : G : CMC 1: 3: 3 0,089 17,43 86,32 477,78 Bukle et al. 1987 PVC 0,150 - - 2270,24 Polypropylene 0,030 - - 314,15

4.4.2 Kuat tarik Tensile Strenght

Salah satu sifat mekanik yang penting dari edible film adalah tensile strength atau kuat tarik karena dapat merefleksikan ketahanan film dan kemampuan pengemas untuk mempertahankan kokompakan makanan. Nilai kuat tarik rata-rata edible film masing-masing dapat dilihat Gambar 16. Nilai kuat tarik formula A, C, D lebih kecil dibandingkan dengan nilai kuat tarik formula D, E, F. Dengan adanya penambahan konsentrasi karagenan akan meningkatkan nilai kuat tarik edible film, karena karagenan mampu 36 membentuk matriks polimer yang kuat dan menjadikan kekuatan tarik intermolekul semakin kuat pada edible film. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai kuat tarik antara formula B dan E, begitu pula antara formula C dengan F. Adanya penambahan gliserol akan mengakibatkan penurunan gaya intermolekul yang akan menyebabkan menurunnya kekuatan tarik yang terlihat antara formula A dan D. Penambahan gliserol yang akan larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah gerakan molekul polimer dan bekerja menurunkan suhu transisi gelas. Bila suhu transisi gelas diturunkan maka polimer yang terbentuk makin lunak sehingga kuat tariknya makin rendah. Menurut Park et al. 1996 adanya penambahan gliserol pada pembuatan edible film akan meningkatkan fleksibilitas film yang dihasilkan . Gambar 16 Histogram Kuat tarik Adanya penambahan gliserol, maka jumlah gugus –OH dalam polimer yang akan mengikat uap air semakin meningkat. Uap air inilah yang terikat dalam polimer yang akan menyebabkan film menjadi basah, lengket dan mudah putus Kumalasari 2005. Dengan adanya penambahan gliserol akan menyebabkan peningkatan CO 2 dan permeabilitas uap air Garcia et al. 2000. Adanya peningkatan konsentrasi karagenan akan mempengaruhi padatan terlarut dalam edible film. Gliserol dan karagenan akan larut dalam tiap-tiap rantai polimer dan mengisi semua ruang sehingga mengurangi gerakan molekul polimer dan akan menaikkan suhu transisi gelas. Bila suhu transisi gelas meningkat maka polimer 159,48 164,76 165,53 132,88 168,33 167,74 20 40 60 80 100 120 140 160 180 A B C D E F K u at t ar ik k gf cm 2 Formula yang terbentuk akan semakin keras dan kuat tarik yang terbentuk akan semakin tinggi Garcia et al.1999. Nilai kuat tarik hasil penelitian lebih besar dibandingkan dengan nilai kuat tarik edible film berbasis pati dari sagu, aren dan ubi kayu yaitu berturut-turut sebesar 0,147 Kgfcm 2 , 0,168 Kgfcm 2 dan 0,048 Kgfcm 2 . Hal ini menunjukan edible film hasil penelitian memiliki nilai kuat tarik yang baik dan dapat diaplikasikan pada produk pangan.

4.4.3 Persen elongasi persen pemanjangan