Pati Edible Film Analisis jaringan tanaman lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan pemanfaatan patinya sebagai edible film dengan penambahan gliserol dan karagenan

Timur dan Madagaskar, ke Asia Tenggara dan Selatan termasuk Indonesia dan negara di kawasan Malaysia, sampai timur laut Australia, Mikronesia, Polinesia and kepulauan Ryukyu Duke et al. 2006. Tanaman lindur mampu membantu menstabilkan tanah, melindungi pantai, dan sebagai habitat aneka fauna. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang. Pepagan kulit batang dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit dan pengawet jala ikan yang baik karena mengandung tanin rata-rata antara 28,5 –32,2 Glen 2005. Selain itu penduduk Solomon memanfaatkan papagan untuk menyembuhkan luka bakar. Di pulau-pulau kecil Indonesia digunakan untuk mengobati diare dan demam, sementara di Kamboja dimanfaatkan sebagai anti malaria Duke et al. 2006. Penduduk di pulau-pulau terpencil memanfatkan daun mudanya sebagai lalap atau sayuran. Bagian dalam hipokotil buah lindur dapat dimakan manisan kandeka, dicampur dengan gula. Penduduk Indonesia bagian timur memanfaatkan buah lindur sebagai sumber pangan saat musim paceklik tiba Glen 2005.

2.2 Pati

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi sebagai granula semi kristalin dari bahan polimer. Dalam bentuk aslinya tepung pati merupakan butir-butir kecil yang disebut granula pati. Granula pati mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda- beda tergantung dari jenis patinya Swinkle 1985. Granula pati tersusun atas tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan bahan antara yang merupakan komponen minor berupa lemak dan protein. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas di bawah suhu gelatinisasi. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-1,4-D- glukosa sedangkan amilopektin terdiri dari struktu r bercabang dengan ikatan α- 1,6-D-glukosa sebanyak 4-5 berat total Winarno 2008. Konsentrasi amilosa berpengaruh terhadap karakteristik gel yang terbentuk. Gel yang mengandung banyak amilosa mempunyai karakteristik mekanik film yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan gel yang kaya akan amilopektin Leloup et al. 1991. 4 Pati dapat diekstrak dengan berbagai cara, berdasarkan bahan baku dan penggunaan dari pati itu sendiri. Pati dapat diproses dengan cara ekstraksi yang terdiri perendaman, disintegrasi, dan sentrifugasi. Perendaman dilakukan dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang diatur untuk menghambat reaksi biokimia misal perubahan warna. Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan pati dari komponen lainnya Cui 2005.

2.3 Edible Film

Edible Film adalah suatu lapisan tipis dan kontinu, terbuat dari bahan- bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan coating atau diletakkan antara komponen makanan film yang berfungsi sebagai penghalang terhadap transfer massa misalnya, kelembaban, oksigen, lipid dan zat terlarut Hui, 2006. Fungsi edible film adalah sebagai penghambat perpindahan uap air, menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. Bahan – bahan yang biasa digunakan dalam pembentukan edible film adalah protein, polisakarida, lemak, waxes dan turunannya Canes et al. 1998. Komponen utama penyusun edible film dapat digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu hidrokoloid, lipid, dan komposit gabungan hidrokoloid dan lipid. Hidrokoloid dapat berupa protein, turunan selulosa, alginat, pektin, pati dan polisakarida lain. Lipid yang umum digunakan antara lain lilin waxes, gliserol, dan asam lemak. Edible film dengan komponen campuran komposit dapat berupa film emulsi lipid hidrokoloid atau beberapa bilayer film dengan satu muka film hidrofilik dan muka lain yang hidrofobik Donhowe dan Fennema 1994. Ruan et al. 1998 menyatakan bahwa film dari bahan dasar lipid mempunyai laju transmisi uap air dan kekuatan mekanik yang rendah, sedangkan protein dan karbohidrat bersifat kuat tapi laju transmisi uap airnya tinggi. Komposit film yang merupakan gabungan dari protein dan lipid atau gabungan dari karbohidrat dan lipid, mempunyai laju transmisi yang lebih rendah dibandingkan film dengan bahan dasar protein dan karbohidrat, tapi memiliki kekuatan mekanik yang lebih kuat dibandingkan dengaan film yang berbahan dasar lipid. Iwata et al. 2000 menyatakan protein sebagai komponen penyusun 5 edible film memiliki banyak kelebihan diantaranya protein mengandung asam- asam amino yang dibutuhkan tubuh, dan edible film yang dihasilkan dari bahan dasar protein dapat digunakan untuk mengurangi kehilangan kelembaban, membatasi absorpsi O 2 , dan mengurangi perpindahan lemak. Menurut Gennadios 1990 keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan edible film dibandingkan dengan penggunaan pengemas tradisional non-edible adalah: 1 edible film dapat langsung dikonsumsi bersama produk yang dikemas sehingga tidak ada sampah kemasan; 2 jika edible film tidak dapat dikonsumsi, maka film masih dapat didegradasi oleh bakteri sehingga mengurangi polusi lingkungan; 3 edible film dapat meningkatkan sifat-sifat organoleptik produk pangan karena didalamnya dapat ditambahkan flavor, pewarna, dan pemanis; 8 edible film cocok digunakan untuk mikroenkapsulasi flavor pangan dan leaving agent; 9 edible film dapat dipakai bersama-sama non-edible sebagai lapisan dalam untuk mencegah migrasi komponen kimia berbahaya ke dalam makanan. Pada umumnya edible film yang terbuat dari polisakarida hidrokoloid mempunyai sifat penghambatan terhadap gas yang lebih baik daripada terhadap uap air Baldwin et al. 1995. Edible film yang larut dalam air memiliki penghalang lebih buruk dibandingkan dengan edible film yang larut dalam pelarut selain air. Hal ini terjadi karena uap air tidak dapat larut dengan cepat pada edible film yang larut dalam pelarut selain air. Menurut Krochta et al. 1994, permeabilitas dipengaruhi oleh sifat kimia bahan, struktur polimer, kondisi uji, dan sifat dari bahan yang akan berdifusi. Untuk memperbaiki sifat tersebut biasanya polisakarida dikombinasikan dengan beberapa pangan fungsional yaitu resin, platicizer, surfaktan, minyak, lilin dan emulsifier yang memiliki fungsi memberikan permukaan yang halus dan mencegah kehilangan uap air Krochta et al.1994. Kemampuan edible film dalam melindungi pangan dapat ditingkatkan dengan penambahan zat antioksidan dan antimikroba pada film. Edible film dapat menambah flavor, nutrisi carrier, dan lain-lain pada produk pangan yang 6 dikemas untuk meningkatkan kualitas pangan. Selain itu dengan penggunaan edible film dapat memberikan penampakan produk yang dikemas menjadi halus, berwarna, tidak berminyak, tidak lengket dan tidak terjadi pemudaran warna pada permukaan produk Kroctha 2002. Menurut Donhowe dan Fannema 1994, beberapa metode dalam pembuatan edible filmcoating adalah: 1 Dipping Metode ini merupakan aplikasi dari coating. Produk yang akan di-coating dicelupkan ke dalam larutan yang akan digunakan sebagai bahan coating. Metode ini sudah digunakan, diantaranya sebagai pengemaspelapis pada produk daging, sayur, dan buah-buahan. 2 Spraying Metode ini menggunakan larutan bahan yang akan di-coating dengan cara disemprotkan, kemudian dikeringkan sehingga lapisan dapat menempel pada produk dengan baik. 3 Casting Casting atau penuangan, merupakan metode yang digunakan dalam pembuatan edible film. Metode ini diawali dengan pembuatan larutan bahan pembentuk film, kemudian dituangkan dalam cetakan dengan ketebalan tertentu, yang kemudian dilanjutkan dengan pengeringan. Setelah kering film diangkat dari cetakan dan siap untuk diaplikasikan. Dengan metode ini ketebalan film dapat dikontrol sehingga dihasilkan film dengan ketebalan yang lebih rata.

2.4 Plasticizer