sehingga akan mempermudah gerakan molekul polimer dan bekerja menurunkan suhu transisi gelas, suhu kristalisasi, atau suhu pelelehan dari suatu polimer
Sperling 1992. Kester dan Fannema 1989 menyatakan bahwa plasticizer dapat ditambahkan pada pembuatan edible coating, untuk mengurangi kerapuhan,
meningkatkan fleksibilitas, dan ketahanan film terutama jika disimpan pada suhu rendah.
Jenis plasticizer yang biasanya ditambahkan antara lain; gliserin, gliserol, trietil glikol, asam lemak, dan monogliserin yang diasetilisasi. Salah satu
plasticizer yang digunakan dalam penelitian ini adalah gliserol. Plasticizer ini merupakan senyawa alkohol polianhidrat dengan tiga gugus hidroksil dalam satu
molekul alkohol trivalen. Rumus kimia gliserol adalah C
3
H
8
O
3
dengan nama kimia 1,2,3-propanatriol. Berat molekul gliserol adalah 92,10 dan titik didih
sebesar 204 °C Winarno 2008. Gliserol efektif digunakan sebagai plasticizer pada hidrofilik film. Penambahan gliserol akan mengahasilkan film yang lebih
fleksibel dan halus. Menurut Gontard et al.1993 gliserol dapat meningkatkan permeabilitas film terhadap uap air karena sifat gliserol yang hidrofilik. Gliserol
mempunyai sifat mudah larut dalam air, meningkatkan kekentalan larutan, mengikat air dan menurunkan aw Lindsay 1985. Selain itu gliserol juga bersifat
humektan dan bagian dari aksi plasticizing yang berasal dari kemampuannya untuk menahan air pada film tersebut Kristanoko 2000.
2.5 Karagenan
Karegenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester, kalium, magnesium, natrium, dan kalsium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa
kopolimer dengan ikatan glikosidik α-1,3 dan β-1,4 Angka dan Suhartono 2000.
Karagenan dibuat dari rumput laut yang dikeringkan, rumput laut diayak untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti pasir dan kemudian dicuci. Sumber
karagenan yang umum dijumpai adalah Kappaphycus cottonii, Eucheuma spinosum, Gigartina sp. Melalui perlakuan dengan larutan basa selulosa dalam
karagenan akan terpisah Angka dan Suhartono 2000. Larutan karagenan yang didapat dipekatkan melalui evaporasi, kemudian dikeringkan dan dipisahkan lagi
menurut spesifikasinya. Penggunaan karagenan dalam jumlah yang lebih besar 8
menyebabkan kemampuan mengikat air yang lebih baik sehingga memberikan matrik gel yang dapat meningkatkan sifat mekanik dari pengemas. Menurut
Carriedo 1994, gel yang dihasilkan dari karagenan dapat digunakan dalam pelapisan makanan. Dalam bidang industri karaginan berfungsi sebagai
stabilisator , thickener bahan pengental, pembentuk gel dan lai-lain. Karagenan dapat diperoleh dari hasil pengendapan rumput laut yang dihancurkan dengan
alkohol, pengeringan dengan alat drum dryer dan dengan proses pembekuan. Beberapa sifat yang berperan penting dalam karagenan antara lain;
kelarutan, stabilitas pH, pembentukan gel, dan viskositas. Karagenan larut dalam air, kelarutannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tipe karagenan, pengaruh
ion, suhu, komponen organik larutan, dan pH. Semua karagenan larut dalam air panas terutama pada suhu 70 °C. Dalam air dingin hanya lamda-karagenan,
garam sodium dari kappa-karagenan, dan iota-karagenan yang dapat larut Gliksman 1983.
2.6 Pemeriksaan Histologi Tumbuhan
Jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur, dan fungsi yang sama Nugroho et al. 2006. Ilmu yang mempelajari struktur internal
tanaman disebut histologi tanaman. Histologi tumbuhan umumnya dikaji melalui teknik mikroskopis. Kajian objektif untuk mengidentifikasi histologi pada
tanaman diukur dalam gambaran mikroskopis. Morfologi sel digambarkan dengan ukuran sel dan bentuk dan dengan ketebalan dinding sel Guillemin et al. 2004.
Metode umum untuk mempelajari jaringan diantaranya metode beku, metode seloidin, metode parafin, metode pananaman rangkap. Metode parafin
banyak digunakan karena hampir semua matriks jaringan dapat dipotong baik bila menggunakan metode ini. Kelebihan metode parafin diantaranya irisan dapat jauh
lebih tipis dibandingkan dengan menggunakan metode beku atau metode seloidin. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan
metode ini dan prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin Suntoro 1983.
Metode pembuatan preparat terlebih dahulu dilakukan sebelum mempelajari hitologi tanaman. Metode pembuatan preparat dapat dibagi menjadi
9
tiga macam yaitu preparat segar, preparat utuh whole mount dan preparat yang dilakukan dengan proses penanaman embedding. Pembuatan preparat segar
dilakukan dengan pembuatan sayatan tipis melintang dan diletakkan pada gelas objek kemudian diwarnai. Pembuatan preparat utuh merupakan metode
pembuatan preparat sampel secara utuh biasanya untuk tanaman dengan ukuran kecil. Tahapan untuk preparat ini terdiri atas fiksasi bertahap, penggunaan silol
berseri, pewarnaan, inkubasi, dehidrasi dan perekatan ke gelas preparat kemudian dilakukan penutupan. Proses pembuatan preparat embedding terdiri atas gelatin
embedding, parafin embedding, nitrocellulose embedding, double embedding, dan embedding pada plastik Keirnan 1990, diacu dalam Kristiono 2009.
2.7 Persiapan Preparat Dengan Metode Parafin