Dampak Alokasi Fiskal dan Skema Reforestasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat

6 Intensitas kejahatan sebagai ukuran bagi keefektivan I baik yang berada di subwilayah hulu maupun hilir meningkat secara nyata atas peningkatan pendapatan pajak dan retribusi daerah. Belanja aparatur dapat meningkatkan secara nyata terhadap intensitas kejahatan di subwilayah hulu tetapi tidak untuk di hilir. Sebaliknya belanja untuk investasi publik dalam menurunkan intensitas kejahatan. Belanja untuk bantuan sosial dapat secara nyata menurunkan intensitas kejahatan di kedua subwilayah ini. Variabel [RZ] juga secara nyata telah menurunkan intensitas kejahatan di subwilayah hulu maupun hilir. 7 Hasil kenaikan PAD melalui peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah akan lebih efektif untuk meningkatkan capaian tingkat kesejahteraan jika dibelanjakan menurut Alokasi 2 yaitu 75 untuk belanja publik dan 25 sisanya untuk belanja bantuan sosial dari pada Alokasi 2 yaitu 100 untuk belanja publik. 8 Apabila skema reforestasi berhasil dilakukan sampai total 250 ribu ha atau sekitar 14,34 persen dari total luas Provinsi Lampung dengan distribusi untuk hutan rakyat di subwiayah hulu 2X : hutan rakyat di hilir 3X dan sisanya secara merata di hutan negara, maka akan berdampak pada peningkatan PAD melalui peningkatan pajak dan retribusi daerah pemerintah Provinsi Lampung sampai 15 tanpa menciderai capaian NTP dan HDI secara nyata dengan suatu syarat bahwa hasil peningkatan pajak dan retribusi daerah tersebut dibelanjakan menurut Alokasi 2. 9 Secara agregat variabel RZ berperan positif nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Provinsi Lampung [HDI].

6.2 Saran

Adapun saran yang relevan untuk disampaikan adalah: 1 Perlu melakukan penelitian lanjutan yang dikhususkan pada pengungkapan hubugan antara faktor-faktor endogenik dengan nilai ekonomi yang dibangkitkan oleh jasa lingkungan akibat pulihnya fungsi intrinsik hutan. 2 Perlu melakukan penelitian di wilayah lain yang memiliki permasalahan serupa seperti Jakarta terhadap Bopunjur, Semarang terhadap Ungaran- Salatiga, Surabaya terhadap Malang ataupun wilayah lainnya. 3 Perlu melakukan penelitian lebih lanjut yang difokuskan pada karakterisasi faktor Entrepreneurship berserta lingkungann budayanya, utamanya pada kalangan industriawan kecil dikaitkan pula dengan potensi ekonomi lokal. DAFTAR PUSTAKA Affandi, M. I. 2009. Peran agroindustri dalam perekonomian wilayah ProvinsiLampung: Analisis keterkaitan antarsektor dan aglomerasi industri. Disertasi, SPs IPB, Bogor. Acs Z. and D. Storey. 2004. Introduction: Entrepreneurship and economic development. Regional Studies, 38: 871-877. Agarwal R., D.B. Audretsch and M.B Sarkar. 2007. The process of creative