Kondisi Makro Ekomomi POTENSI WILAYAH 4.1 Penduduk, PDRB dan Masalah Ketenagakerjaan

56 Tabel 4.8: Pertumbuhan penyerapan pekerja Sektor Jasa menurut provinsi 2002- 2009 Sumber: Sakernas 2002-2009. BPS

4.2 Kondisi Makro Ekomomi

Secara umum, dalam 8 tahun terakhir perkembangan ekonomi Indonesia relatif stabil. Ekonomi tumbuh relatif cukup tinggi berkisar 5 persen per tahun. Konstribusi Sektor Pertanian masih mendominasi perekonomian Indonesia diikuti Aceh 173.154 331.508 9,72 Sumatera Utara 499.072 699.048 4,93 Sumatera Barat 186.460 286.660 6,34 Riau 194.572 405.035 11,04 Jambi 128.688 173.470 4,36 Sumatera Selata 246.828 337.275 4,56 Bengkulu 84.765 101.065 2,54 Lampung 252.989 326.077 3,69 Bangka Belitun 30.254 73.366 13,49 DKI Jakarta 774.183 1.009.914 3,87 Jawa Barat 1.638.528 2.457.099 5,96 Jawa Tengah 1.648.720 1.836.971 1,56 DI Yogyakarta 270.709 335.425 3,11 Jawa Timur 1.798.524 2.347.461 3,88 Banten 374.620 521.762 4,85 Bali 242.145 280.467 2,12 Nusa Tenggara 184.689 247.358 4,26 Nusa Tenggara 127.555 204.745 6,99 Kalimantan Bar 154.979 215.151 4,80 Kalimantan Ten 92.148 115.009 3,22 Kalimantan Sela 225.209 247.456 1,35 Kalimantan Tim 222.142 223.673 0,10 Sulawesi Utara 100.638 162.876 7,12 Sulawesi Tenga 119.790 155.077 3,76 Sulawesi Selata 296.333 419.339 5,09 Sulawesi Tengg 65.540 138.687 11,30 Gorontalo 35.862 72.051 10,48 Maluku 46.993 72.313 6,35 Maulu Utara 41.331 59.914 5,45 Papua 102.768 145.263 5,07 Indonesia 10.360.188 14.001.515 4,40 2002 2009 LPP Provinsi 57 oleh Sektor Perdagangan, Jasa dan Industri. Kondisi makro ekonomi yang lain seperti inflasi, nilai tukar, maupun tingkat suku bunga juga relatif stabil. Inflasi dapat dikendalikan dengan kisaran dibawah 2 digit per tahun dan gejolak harga terjadi biasanya bersifat sementara dan biasanya dipicu karena adanya hari raya keagaamaan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika maupun mata uang asing lainnya juga relatif stabil selama kurun waktu tersebut. Rupiah sempat mengalami tekanan sekitar tahun 2009 sebagai imbas dari krisis ekonomi di Amerika serikat yag dipicu oleh kasus sub-prime mortgage yang terjadi pada awal tahun 2008 Mei 2008. Kasus sub-prime mortgage adalah kasus gagal bayar dari industri perumahan di Amerika Serikat. Kasus ini menyebabkan jatuhnya perusahaan-perusahaan penjaminan keuangan dunia seperti Merill Lynch dan beberapa perusahaan penjaminan lainnya di Amerika. Selanjutnya, kasus ini juga menyebabkan jatuhnya beberapa harga saham perusahaan penjaminan multi-nasional. Kejatuhan perusahaan penjaminan perumahan dan anjloknya saham-saham besar dunia menyebabkan bangkrutnya lembaga keuangan penjamin kredit perumahan tidak hanya yang berasal dari Amerika sendiri namun juga yang berasal dari beberapa negara maju lainnya di Eropa dan Asia antara lain Jepang, Cina dan Korea Selatan. Dampak dari krisis global 2008, pada akhirnya, menurunkan penerimaan negara maju sehingga daya beli masyarakatnya juga mengalami penurunan. Penurunan penerimaan negara-negara maju dan menurunnya daya beli masyarakatnya, selanjutnya menyebabkan permintaan terhadap berbagai komoditas dunia juga menurun. Daya beli yang melemah di negara-negara maju yang merupakan konsumen utama komoditas negara berkembang akan menurunkan permintaan terhadap berbagai produk yang diperdagangkan secara global. Penurunan permintaan akhirnya berujung pada penurunan harga produk-produk perdagangan internasional. Dampak yang dirasakan karena krisis ini sangat terasa di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pondasi makro ekonomi yang cukup kokoh mampu menahan hantaman badai, bahkan Indonesia merupakan satu-satuanya negara ASEAN yang pertumbuhan ekonominya tetap tumbuh positif. Bahkan dalam wilayah Benua Asia, Indonesia termasuk salah satu dari tiga negara yang pada tahun 2009 pertumbuhan ekonominya positif, semantara Negara-negara lainnya di benua ini mengalami penurunan pertumbuhan ekonominya. Gejolak harga yang terjadi di pasar dunia tidak berpengaruh begitu besar terhadap harga barang komoditi dalam negeri. Seperti yang 58 terlihat pada Tabel 4.9 laju inflasi di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dari sekitar 12 persen dua digit tahun 2002 turun menjadi 3,6 persen satu digit tahun 2009. Tabel 4.9: Inflasi menurut provinsi 2002 dan 2009 Sumber: BPS Bila dilihat pada tingkat provinsi angka inflasi tahun 2002 sangat bervariasi, yang terendah adalah Provinsi Lampung sekitar 8,2 persen dan tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tengah sekitar 16,8 persen. Kondisi berbeda pada tahun 2009 2002 2009 Aceh 12,80 3,73 Sumatera Utara 10,62 2,22 Sumatera Barat 11,44 2,05 Riau 12,59 3,94 Jambi 11,82 3,92 Sumatera Selatan 14,08 -1,14 Bengkulu 11,50 1,23 Lampung 8,21 1,45 Bangka Belitung 14,08 3,50 DKI Jakarta 11,23 4,70 Jawa Barat 13,22 2,28 Jawa Tengah 12,28 3,86 DI Yogyakarta 12,33 4,96 Jawa Timur 11,81 3,62 Banten 12,19 2,39 Bali 11,52 6,44 Nusa Tenggara Barat 11,97 0,45 Nusa Tenggara Timur 12,57 7,30 Kalimantan Barat 11,59 4,20 Kalimantan Tengah 10,48 2,19 Kalimantan Selatan 8,58 3,86 Kalimantan Timur 11,82 4,96 Sulawesi Utara 12,51 2,31 Sulawesi Tengah 16,78 5,73 Sulawesi Selatan 10,84 3,49 Sulawesi Tenggara 10,14 4,60 Gorontalo 12,51 4,35 Maluku 11,33 6,48 Maulu Utara 10,75 3,88 Papua 15,32 3,71 Indonesia 11,96 3,55 Inflasi Provinsi 59 Tahun Nilai Tukar RpUS Suku Bunga 2002 9.261 14,95 2003 8.571 9,94 2004 8.985 7,43 2005 9.751 9,18 2006 9.167 11,83 2007 9.136 8,60 2008 9.680 8,67 2009 10.398 7,15 dimana angka inflasi terendah terjadi di Sumatera Selatan sebesar -1,1 persen tanda minus menunjukkan terjadi deflasi di provinsi ini. Posisi tertinggi angka inflasi terjadi di Nusa Tenggaar Timur yaitu sebesar 7,3 persen. Kondisi ekonomi Indonesia yang cukup stabil membuat otoritas moneter menetapkaan tingkat suku bunga relatif rendah. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.10 terlihat bahwa tingkat suku bunga tahun 2002 sekitar 14,95 persen turun menjadi sekitar 7,15 persen per tahun atau mengalami penurunan sekitar 50 persen selama kurun waktu 2002-2009. Di bidang moneter nilai rupiah sedikit terdepresiasi selama kurun waktu tersebut yaitu dari sekitar 9.261 per US dolar menjadi 10.398 US dolar menjadi. Kondisi ini juga terjadi pada hampir semua mata uang dunia. Tabel 4.10: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan tingkat suku bunga 2002-2009 Sumber: Bank Indonesia BI

4.3 Peranan Pendidikan