82
5.2.2 Pemilihan Model Persamaan
Berdasarkan hasil estimasi koefisien data panel pada kelompok Kuadran I dan III maupun Kuadran II dan IV dapat disusun model persamaan regresi.
Model persamaan untuk kelompok Kudran I dan III sebagai berikut:
Persamaan 3 diatas mengindikasikan bahwa pada kelompok Kuadran I dan III variabel penduduk, PDRB dan kontribusi sektor dan pendidikan mempunyai
dampak positif dalam penyerapan tenaga kerja. Sementara variabel tamat SMP dan UMR mempunyai dampak negatif. Nilai koefisien negatif pada
menunjukkan besarnya penyerapan tenaga kerja yang terjadi pada kelompok
wilayah ini. Analisis lebih lanjut terkait dengan respon masing-masing variabel terhadap penyerapan akan disajikan pada sub bab tersendiri.
E
it
= -18,7804 + 0,9305 ln PENDUDUK
it
+ 0,0864 ln PDRB
it
+ 0,0000
0,0000 0,0023
0,1796 AGRISHARE
it
+ 0,1848 INDUSTRISHARE
it
+ 0,0000
0,0000 0,0000
0,1847 TAMBANGSHARE
it
+ 0,1724 KONSTRUKSHARE
it
+ 0,0000
0,0000 0,0000
0,1991 DAGANGSHARE
it
+ 0,1928 TRANSPORHARE
it
+ 0,0000
0,0000 0,0000
0,1640 KEUANGANSHARE
it
+ 0,1971 JASASHARE
it
– 0,0000
0,0000 0,0000
0,0046 SMP
it
+ 0,0024 SMA
it
+ 0,0187 PT
it
– 0,0929
0,2873 0,0000
0,0574 ln UMR
it
+ 0,017280……………………………………..……3 0,0005
83 Model persamaan untuk kelompok Kudran II dan IV:
Persamaan 4 diatas mengindikasikan bahwa pada kelompok Kuadran II dan IV variabel penduduk, PDRB dan kontribusi Sektor Pertanian, Konstruksi,
perdagangan, Jasa, tamat pendidikan perguruan tinggi dan UMR mempunyai dampak positif dalam penyerapan tenaga kerja. Sementara Sektor Industri,
Pertambangan, AngkutanTransportasi tidak signifikantidak berdampak pada penyerapan tenaga kerja diwilayah ini. Sementara variabel tamat SMP dan SMA
mempunyai dampak negatif.
5.2.3 Analisis Lintas Sektor dan Respon Variabel 5.2.3.1 Respon Penduduk
Dari Tabel 5.8 dan Tabel 5.9 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Setiap
pertumbuhan penduduk sebesar 1 persen akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja sekitar 0,93 persen pada wilayah Kuadran I dan II, dan 0,74 persen pada
wilayah Kuadran II dan IV, ceteris paribus. Hasil ini menunjukkan perlunya pemerintah perlu mengendalikan jumlah penduduk agar tidak menjadi beban
pembangunan tetapi ―mengelolanya‖ menjadi modal pembangunan. Revitalisasi E
it
= -0,0208 + 0,7397 ln PENDUDUK
it
+ 0,2481 ln PDRB
it
+ 0,9743
0,0000 0,0023
0,0111 AGRISHARE
it
+ 0,0032 INDUSTRISHARE
it
+ 0,0363
0,4897 0,0027 TAMBANGSHARE
it
+ 0,0029 KONSTRUKSHARE
it
+ 0,5744
0,06467 0,0163
DAGANGSHARE
it
+ 0,0093 TRANSPORHARE
it
+ 0,0005
0,2221 0,0036 JASASHARE
it
– 0,0168 SMP
it
- 0,0219 SMA
it
- 0,4257
0,0000 0,0000
0,0093 PT
it
+ 0,0905 ln UMR
it
+ 0,017280…………………………..….4 0,2312
0,0001
84 progam keluarga berencana perlu digalakan kembali setelah ―mati suri‖ sejak era
reformasi.
5.2.3.2 Respon PDRB
Dari kedua tabel tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan kontribusi sektor industri terhadap PDRB sebanyak 1 persen akan berdampak pada
penyerapan tenaga kerja sekitar 864 orang pada wilayah Kuadran I dan II, dan 2.481 orang pada wilayah Kuadran II dan IV, ceteris paribus. Hasil ini
menunjukkan perlunya pemerintah memelihara momentum agar ekonomi tetap tumbuh mengingat dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja.
5.2.3.3 Respon Share Sektor
Respon positif yang ditunjukkan oleh share sektor terhadap penyerapan tenaag kerja perlu ditingkatkan uatamanya lebih memfokuskan pertumbuhan
sektor-sektor padat karya seperti sektor pertanian dan sektor lainnya yang relatif lebih banyak menyerap tenaga kerja. Sama halnya dengan sektor industri,
kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB juga berpengaruh terhadap kurangnya daya serap tenaga kerja.
Ada 8 lapangan usahasektor yaitu pertanian, industri, konstruksi, pertambangan, angkutan, keuangan, perdagangan dan jasa di Kuadran I dan III
dan 7 sektor di Kuadran I dan III yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Koefisien positif menunjukkan adanya kontribusi sektor-
sektor tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja meskipun dengan tingkat penyerapan yang berbeda antar sektor.
5.2.3.4 Respon Variabel Pendidikan
Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan yang ditamatkan juga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Pengaruh
tersebut berbeda antar jenjang pendidikan mulai jenjang SMP sampai perguruan tinggi. Tamatan perguruan tinggi mempunyai pengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja di wilayah Kuadran I dan III. Tidak satupun jenjang pendidikan mempunyai pengaruh positif di wilayah Kuadran II dan IV. Meskipun
pengaruh variabel pendidikan ini relatif kecil, hal ini tetap perlu dicermati mengingat setiap tahunnya jumlah siswa tamat sekolah menurut jenjang
pendidikan relatif besar jumlahnya.
85
5.2.3.5 Respon UMR
Tabel 4 dan Tabel 5 juga menunjukkan bahwa variabel UMR berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Setiap kenaikan UMR 1 unit akan
mengakibatkan turunnya penyerapan tenaga kerja sebesar 574 orang di wilayah Kuadran I dan III. Sebaliknya akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja
sebesar 905 orang di wilayah Kuadran II dan IV. Adanya tuntutan kenaikan UMRP baik pada level provinsi maupun kabupatenkota tiap tahunnya yang
dimaksudkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kaum buruh, disisi lain sebagian justru berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Dalam
penetapan kenaikan UMRP harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja sehingga pihak perusahaanpengusaha dapat meningkatkan
produksinya atau meningkatkan output perusahaan sementara dari sisi buruh dapat hidup lebih layak decent living.
5.2.3.6 Analisis Model Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja
Hasil analisis dari model ekonometrika yakni estimasi model persamaan regresi penyerapan tenaga kerja dirangkum pada Tabel 5.8 dan 5.9 script
program dan data yang digunakan serta hasil analisis model ekonometrika lengkap dapat dilihat pada lampiran. Hasil analisis memperlihatkan bahwa setiap variabel
independen masing-masingnya memiliki p-value yang lebih kecil dari level signifikansi
=0,05, yang berarti bahwa setiap variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu proporsi penduduk yang
bekerja. Selain itu, model ini mampu menjelaskan keragaman penyerapan tenaga kerja dengan baik, hal ini dirunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model R-
square dugaan cukup tinggi yaitu sebesar 99.4 persen untuk estimasi provinsi-
provinsi yang berada di Kuadran I dan IIIdan 99.8 persen untuk estimasi di Kuadran II dan IV.
5.2.4 Analisis Lintas Sektor Menurut Wilayah Kuadran
Untuk memperoleh gambaran lebih mendalam potensi dan pengaruh dari setiap variabel makroekonomi dari setiap kuadran maka dilakukan analisis lintas
sektor untuk mengetahui efektifitas dari setiap variabel tersebut.
86
5.2.4.1 Wilayah Kuadran I
Secara umum wilayah Kuadran I merupakan wilayah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja relatif tinggi. Sektor riil
pertambangan dan industri kecuali pertanian yang umumnya padat karya tumbuh relatif cepat dalam menyerap tenaga kerja. Demikian pula Sektor
Perdagangan, Angkutan dan Jasa juga tumbuh relatif tinggi dengan rata-rata pertumbuhan di atas 4 persen per tahun selama kurun waktu 2002-2009.
Tabel 5.10: Beberapa indikator sosial ekonomi Kuadran I, 2002-2009
Seperti yang terlihat pada Tabel 5.10 terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di wilayah Kuadran I sebesar 2,78 persen per tahun.
Angka ini jauh diatas rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 persen per tahun. Penyerapan tenaga kerja terjadi pada beberapa sektor unggulan dimana
Sektor Pertambangan menyerap tenaga kerja dengan rata-rata pertumbuhan sebesar hampir 17 persen per tahun. Indikator makroekonomi provinsi ini juga
mengalamai pertumbuhan yang luar biasa dimana selama kurun waktu tersebut rata-rata perumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 sekitar 5,85
Parameter 2002
2009 LPP
Penduduk yang bekerja 14.369.684
17.411.631 2,78
Pertanian 6.257.126
6.558.429 0,67
Pertambangan 104.443
311.757 16,91
Industri 1.318.763
1.523.543 2,08
Listrik, Gas dan Air 46.889
26.769 -7,70
Konstruksi 539.853
751.062 4,83
Dagang 3.063.162
4.089.078 4,21
Angkutan 838.822
1.151.087 4,62
Keuangan 318.846
420.809 4,04
Jasa 1.894.030
2.637.241 4,84
Jumlah penduduk 36.400.347
39.563.885 1,20
PDRB juta 397.803,78
592.377,26 5,85
Inflasi 11,6
3,4 -15,96
SD 30,7
27,3 -1,66
SMP 17,8
17,9 0,05
SMA 19,7
21,9 1,50
PT 4,1
6,5 6,64
UMR 000 409,4
872,2 11,41
87 persen per tahun dan inflasi dapat diturunkan dari 11,6 persen tahun 2002 menjadi
sekitar 3,4 persen tahun 2009 atau dengan rata-rata penurunan sebesar hamper 16 persen per tahun. Demikian pula indikator yang berkaitan langsung dengan
kesejahteran buruh yaitu UMR yang mengalami kenaikan rata-rata 11,4 persen per tahun.
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dimana selama kurun waktu tersebut mereka yang menamatkan
perguruan tinggi mengalami kenaikan sebesar 6,6 persen per tahun. Di tingkat pendidikan dasar mereka yang menamatkan pendidikan SD mengalami penurunan
sebesar 1,6 persen dalam arti semakin sedikit mereka yang duduk di jenjang SD karena jumlah mereka yang sedang sekolah di jenjang tersebut sudah semakin
berkurang. Berdasarkan data empiris dari provinsi-provinsi yang berada di Kuadran I menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja terjadi di hamper semua
sektor kecali Listrik Gas dan Air yang mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi-provinsi di wilayah ini sedang mengalami
pertumbuhan yang pesat. Tabel 5.11: Hasil estimasi koefisien data panel Kuadran I
Dilihat dari sisi analisis ekonometrika menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, Industri, Konstruksi, Keuangan dan Jasa mempunyai kontribusi positif terhadap
penyerapan tenaga kerja pada wilayah ini. Hanya Sektor Listrik, Gas dan Air mempunyai kontribusi negatif dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor rril relatif masih tumbuh cepat di wilayah ini lihat Tabel 5.9. Hal inilah yang menyebabkan penyerapan tenaga kerja relatif tinggi di wilayah ini.
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Intersep 9,6978
0,0000 9,6978
0,0000 9,6978
0,0000 PERTANIAN
0,1197 0,0000
0,1197 0,0000
0,1197 0,0000
INDUSTRI 0,0023
0,0000 0,0023
0,0000 0,0023
0,0000 LISTRIK, GAS AIR
-0,6341 0,0000
-0,6341 0,0000
-0,6341 0,0000
KONSTRUKSI 0,2466
0,0000 0,2466
0,0000 0,2466
0,0000 KEUANGAN
0,1192 0,0000
0,1192 0,0000
0,1192 0,0000
JASA 0,0960
0,0000 0,0960
0,0000 0,0960
0,0000 Variabel
PLS FEM
REM
88
5.2.4.2 Wilayah Kuadran II
Wilayah ini mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi dibawah rata-rata nasional tetapi mempunyai rata-rata penyerapan tenaga kerja diatas rata-rata
nasional. Sektor riil pertanian, pertambangan dan industri tumbuh relatif cepat dalam menyerap tenaga kerja. Sementara sektor lainnya kecuali keuangan juga
tumbuh relatif tinggi dengan rata-rata pertumbuhan antara 2-10 persen per tahun.
Tabel 5.12: Beberapa indikator sosial ekonomi Kuadran II, 2002-2009
Indikator makroekonomi provinsi ini mengalami pertumbuhan yang relatif rendah dimana rata-rata pertumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan tahun
2000 dibawah 3 persen per tahun dan inflasi dapat diturunkan dari 11,9 persen tahun 2002 menjadi sekitar 4,4 persen tahun 2009 atau dengan rata-rata penurunan
sebesar 13,3 persen per tahun. Indikator yang berkaitan langsung dengan kesejahteran buruh UMR mengalami kenaikan rata-rata 13,7 persen per tahun.
Dari sisi sektor pendidikan penduduk provinsi ini juga mengalami perkembangan yang sangat pesat dimana selama kurun waktu tersebut mereka
Parameter 2002
2009 LPP
Penduduk yang bekerja 7.736.034
9.769.687 3,39
Pertanian 4.051.270
4.527.466 1,60
Pertambangan 78.701
253.746 18,20
Industri 592.099
683.611 2,07
Listrik, Gas dan Air 23.206
23.292 0,05
Konstruksi 254.873
486.621 9,68
Dagang 1.234.535
1.608.068 3,85
Angkutan 355.451
547.292 6,36
Keuangan 139.730
104.089 -4,12
Jasa 1.006.169
1.447.943 5,34
Jumlah penduduk 19.525.648
23.002.063 2,37
PDRB juta 277.966,90
335.145,42 2,71
Inflasi 11,9
4,4 -13,33
SD 30,9
27,2 -1,81
SMP 18,6
18,0 -0,41
SMA 18,8
21,9 2,19
PT 3,3
6,0 8,98
UMR 000 391,2
960,8 13,70
89
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Intersep -0,6452
0,0000 -0,6452
0,0000 -0,6452
0,0000 PERTANIAN
0,5430 0,0000
0,5430 0.0000
0,5430 0.0000
PERTAMBANGAN 0,0128
0,0000 0,0128
0.0000 0,0128
0.0000 INDUSTRI
-0,0434 0,0000
-0,0434 0.0000
-0,0434 0.0000
KONSTRUKSI 0,0216
0,0000 0,0216
0.0000 0,0216
0.0000 PERDAGANGAN
0,3138 0,0000
0,3138 0.0000
0,3138 0.0000
JASA 0,3025
0,0000 0,3025
0.0000 0,3025
0.0000 Variabel
PLS FEM
REM
yang menamatkan perguruan tinggi mengalami kenaikan sekitar 9 persen per tahun. Di tingkat pendidikan dasar mereka yang menamatkan pendidikan SD
mengalami penurunan sebesar 1,8 persen. Seperti terlihat pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari sisi analisis ekonometrika menunjukkan bahwa Sektor
Pertanian. Pertambangan, Konstruksi, Perdagangan, dan Jasa mempunyai kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada wilayah ini. Hanya
Sektor Industri mempunyai kontribusi negatif dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja relatif tinggi di wilayah ini
meskipun rata-rata pertumbuhan PDRB dibawah nasional. Tabel 5.13: Hasil estimasi koefisien data panel Kuadran II
5.2.4.2 Wilayah Kuadran III
Wilayah ini merupakan kebalikan dari wilayah Kuadran I yaitu mempunyai pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja dibawah
rata-rata nasional. Seperti terlihat pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor riil tumbuh relatif lambat dalam menyerap tenaga kerja. Sementara Sektor Listrik,
Gas dan Air serta Sektor Keuangan rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sekitar 10 persen per tahun.
Selama kurun waktu tersebut rata-rata pertumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 relatif tinggi yaitu sekitar 5,18 persen per tahun.
Tingkat inflasi dapat diturunkan dari 12,4 persen tahun 2002 turun menjadi 3,5 persen tahun 2009. Sementara itu, UMR mengalami kenaikan rata-rata hampir
11,4 persen per tahun selama kurun waktu tersebut.
90
Parameter 2002
2009 LPP
Penduduk yang bekerja 41.737.045
46.095.796 1,43
Pertanian 17.034.003
17.713.825 0,56
Pertambangan 288.749
345.176 2,58
Industri 6.574.761
6.669.030 0,20
Listrik, Gas dan Air 54.115
102.097 9,49
Konstruksi 2.291.484
2.130.963 -1,03
Dagang 8.448.630
9.735.717 2,05
Angkutan 2.248.081
2.637.758 2,31
Keuangan 283.069
556.958 10,15
Jasa 4.514.153
5.742.548 3,50
Jumlah penduduk 93.539.549
102.014.450 1,25
PDRB juta 452.531,19
644.264,29 5,18
Inflasi 12,4
3,5 -16,42
SD 32,3
29,2 -1,46
SMP 14,7
16,1 1,33
SMA 14,9
18,3 2,97
PT 3,5
5,4 6,37
UMR 000 327,5
695,5 11,36
Tabel 5.14: Beberapa indikator sosial ekonomi Kuadran III, 2002-2009
Sektor pendidikan penduduk di wilayah ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dimana selama kurun waktu tersebut mereka yang menamatkan
perguruan tinggi mengalami kenaikan sebesar 6,4 persen per tahun. Di tingkat pendidikan dasar mereka yang menamatkan pendidikan SD mengalami penurunan
sebesar 1,5 persen per tahun. Dari sisi analisis ekonometrika seperti yang terlihat pada Tabel 5.15 menunjukkan bahwa sektor riil berdampak positif dala
menyerapan tenaga kerja meskipun dalam proporsi yang kecil. Demikian pila Sektor Keuangan, Perdagangan dan Jasa juga menunjukkan pola yang sama
dengan sektor riil. Dengan demikian wilayah ini meskipun mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi dibawah rata-rata nasional tetapi mempunyai tingkat
penyerapan tenaga kerja relatif rendah.
91 Tabel 5.15: Hasil estimasi koefisien data panel Kuadran III
5.2.4.4 Wilayah Kuadran IV
Wilayah kuadran yang terakhir ini mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi relatif tinggi yaitu sebesar 5,63 persen tetapi mempunyai rata-rata
penyerapan tenaga kerja relatif rendah yaitu sebesar l,84 persen lihat Tabel 5.16. Meskipun pertumbuhan ekonomi relatif tinggi namun bukan merupakan
pertumbuhan yang berkualitas. Dari sisi penyerapan tenaag kerja lintas sektor terlihat bahwa sektor riil tumbuh relatif lambat. Sektor Listrik, Gas dan Air serta
Sektor Keuangan tumbuh relatif tinggi dengan rata-rata pertumbuhan berkisar 5,5 dan 7,0 persen per tahun. Indikator makroekonomi seperti inflasi turun dari 12,0
persen tahun 2002 menjadi sebesar 2,9 persen tahun 2009. Sementara itu UMR mengalami kenaikan rata-rata hampir 13,1 persen per tahun.
Dari sisi sektor pendidikan penduduk provinsi ini juga mengalami perkembangan yang relatif pesat dimana selama kurun waktu tersebut mereka
yang menamatkan perguruan tinggi mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen per tahun. Di tingkat pendidikan dasar mereka yang menamatkan pendidikan SD
mengalami penurunan sebesar 1,8 persen. Dari sisi analisis ekonometrika seperti terlihat pada Tabel 5.17
menunjukkan bahwa terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor riil keculai pertanian. Sementara Sektor Perdangan, Angkutan dan Jasa
menunjukkan pengaruh positif dalam menyerap tenaga kerja. Secara umum, pada wilayah kuadran ini terjadi anomali antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja dimana pertumbuhan ekonomi yang dicapai kurang berpihak terhadap tenaga kerja.
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Intersep 3,7629
0,0006 3,7629
0,0012 3,7629
0,0012 PERTANIAN
0,1660 0,0000
0,1660 0,0000
0,1660 0,0000
INDUSTRI 0,0881
0,0000 0,0881
0,0000 0,0881
0,0000 PERTAMBANGAN
0,0946 0,0000
0,0946 0,0000
0,0946 0,0000
KEUANGAN 0,3891
0,0000 0,3891
0,0000 0,3891
0,0000 PERDAGANGAN
0,0630 0,0000
0,0630 0,0000
0,0630 0,0000
JASA 0,2113
0,0000 0,2113
0,0000 0,2113
0,0000 Variabel
PLS FEM
REM
92 Tabel 5.16: Beberapa indikator sosial ekonomi Kuadran IV, 2002-2009
Tabel 5.17: Hasil estimasi koefisien data panel Kuadran IV
Indikasi adanya anomali di beberapa provinsi yang berada pada wilayah Kuadran IV menunjukkan bahwa pertumbuhan yang terjadi hanya baru dalam
taraf kuantitas belum sampai pada struks tur maupun kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai semata-mata didorong oleh faktor konsumsi rumah tangga,
Sementara komponen investasi sebagai faktor pendorong penyerapan tenaga kerja masih minim. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja
Parameter 2002
2009 LPP
Penduduk yang bekerja 27.804.403
31.593.549 1,84
Pertanian 13.291.228
14.229.773 0,98
Pertambangan 188.746
228.816 2,79
Industri 3.624.374
3.739.256 0,45
Listrik, Gas dan Air 39.362
57.283 5,51
Konstruksi 1.187.704
1.242.049 0,64
Dagang 5.048.703
6.403.905 3,46
Angkutan 1.230.230
1.611.536 3,93
Keuangan 250.100
402.742 7,04
Jasa 2.945.836
3.784.109 3,64
Jumlah penduduk 61.390.880
66.370.279 1,12
PDRB juta 343.888,98
504.695,78 5,63
Inflasi 12,0
2,9 -18,28
SD 33,4
29,4 -1,80
SMP 17,2
18,6 1,06
SMA 15,9
19,6 3,02
PT 3,3
5,5 7,65
UMR 000 321,3
759,1 13,07
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Koefisien p-value
Intersep 8,3079
0,0000 8,3079
0.0000 8,3079
0.0000 PERTANIAN
0,0303 0,0000
0,0303 0.0000
0,0303 0.0000
INDUSTRI -0,1009
0,0000 -0,1009
0.0000 -0,1009
0.0000 PERTAMBANGAN
-0,1063 0,0000
-0,1063 0.0000
-0,1063 0.0000
PERDAGANGAN 0,1992
0,0000 0,1992
0.0000 0,1992
0.0000 ANGKUTAN
0,0748 0,0000
0,0748 0.0000
0,0748 0.0000
JASA 0,1470
0,0000 0,1470
0.0000 0,1470
0.0000 Variabel
PLS FEM
REM
93 dapat terjadi baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Pengaruh jangka
pendek terjadi bila pertumbuhan ekonomi dijadikan momentum pemerintah melakukan program intervensi dengan membuat program pembangunan
infrastruktur. yang bersifat padat karya. Sementara pengaruh jangka panjang dapat terjadi melalui jalur investasi di bidang pendidikan dimana manfaatnya akan
dirasakan pada masa yang akan datang. Dengan berputarnya roda perekonomian akan menggerakkan sektor-
sektor ekonomi yang saling terkait. Ekonomi akan tumbuh dinamis sehingga akan menyerap tenaga kerja. Pendapatan atau penghasilan akan meningkatkan
konsumsi rumah tangga. Meningkatkan konsumsi rumah tangga akan memicu meningkatnya produksi sehinga akan menyerapa lebih banyak tenaga kerja. Yang
perlu dijaga oleh pemerintah adalah mengawal indikator makroekonomi agar tetap dapat dikendalikan. Sebab meningkatnya konsumsi akan memicu kenaikan harga
barang sehingga akan memicu inflasi. Tingkat inflasi yang tidak dapat dikendalikan akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah maupun tingkat suku
bunga. Dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang tercermin melalui elastisitas tenaga
kerja keduanya dapat saling memperkuat sehingga pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula.
5.2.5 Pengujian Statistik
Untuk mengetahui pengaruh PDRB, kontribusi sektor terhadap PDRB, pendidikan, inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, dan UMR terhadap tingkat
penyerapan tenaga kerja, digunakanlah analisis regresi data panel. Dalam regresi data panel diperoleh tiga pendekatan, yaitu model common effect, fixed effect, dan
random effect. Model common effect mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun
waktu perilaku variabel bebas yaitu PDRB, kontribusi sektor terhadap PDRB, pendidikan, inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, dan UMR adalah sama untuk
masing-masing propinsi. Dengan demikian, intersep pada model estimasinya bernilai sama untuk semua propinsi.
Model fixed effect mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun waktu, perilaku variabel bebas terhadap variabel tak bebas yaitu persentase penduduk
94 yang bekerja di masing-masing propinsi adalah berbeda. Perbedaan tersebut
dicerminkan oleh nilai intersep pada model estimasi yang berbeda untuk setiap propinsi.
Seperti halnya dengan model fixed effect, pada model random effect perilaku variabel bebas terhadap variabel tak bebas juga berbeda. Hanya saja,
intersep pada model fixed effect bersifat tidak acak, sedangkan pada model random effect
intersep diasumsikan bersifat acak random. Secara formal langkah untuk menentukan model estimasi terbaik yaitu
melakukan uji statistik F untuk memilih antara model common effect atau fixed effect,
uji Langrange Multiplier LM untuk memilih antara model common effect atau random effect, uji Hausman untuk memilih antara model fixed effect atau
random effect . Selanjutnya untuk model estimasi regresi data panel yang terpilih,
dilakukan pengujian lagi untuk memilih estimator dengan struktur varians- kovarians residual.
Tahapan pengujian model sebagai berikut:
1 Uji F: Uji signifikansi Model Fixed Effect
Pengujian pemilihan model untuk melihat apakah model yang kita bangun merupakan model common effect ataukah fixed effect. Pengujian dilakukan
terhadap varibel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja di Kuadran I dan III dan Kuadran II dan IV. Pengujian formal
dilakukan dengan membandingkan nilai F tabel dengan F hitung.
Kuadran I dan III:
Hipotesis pengujian: Ho :
intersep untuk setiap propinsi adalah sama H
1
: Sekurang-kurangnya ada satu intersep yang berbeda Nilai kritis F
0.10;15;73
=1,7707 Statistik uji:
= = 39,73
Keputusan: Karena nilai F
hitung
F
tabel
maka Ho ditolak. Kesimpulan: Model Fixed Effect lebih baik dari Model Common Effect.
95
Kuadran II dan IV:
Hal yang sama dilakukan untuk provinsi-provinsi di Kuadran II dan IV diperoleh hasil perhitungan nilai F
hitung
= 13,50 sedangkan nilai kristis F
tabel
atau F
0.10;13;85
= 1,8371 Keputusan: Karena F
hitung
F
tabel
maka Ho ditolak. Kesimpulan: Fixed Effect Model FEM lebih baik dari Common Effect Model.
2 Uji Lagrange Multiplier LM
Uji ini dimaksudkan untuk menentukan apakah model dalam penelitian kita yang lebih
“appropriate” adalah model Random Effect atau Common Effect.
Kuadran I dan III:
Hipotesis pengujian: H
o
: intersep tidak bersifat random
H
1
: intersep bersifat random atau stokastik
Nilai kritis = 3,8415
Statistik uji LM: [
∑ |∑
| ∑
∑
] =
= 6,63 Keputusan: Karena nilai statistik LM
maka Ho ditolak. Kesimpulan: Intersep bersifat random atau stokastik sehingga Model Random
Effect REM lebih
“appropriate”dari Model Common Effect.
Kuadran II dan IV:
Hasil perhitungan untuk provinsi-provinsi di Kuadran II dan IV diperoleh nilai F
hitung
= 5,47 sedangkan nilai kristis = 3,8415.
Keputusan: Keputusan: Karena nilai statistik LM maka Ho ditolak.
Kesimpulan: Intersep bersifat random atau stokastik sehingga Model Random Effect REM
lebih “appropriate”dari Model Common Effect.
3 Uji Signifikansi Hausman
Dari paparan diatas diketahui bahwa Model Fixed Effect dan Random Effect
lebih “appropriate” dari Model Common Effect. Selanjutkan dilakukan uji
96 untuk menentukan model yang paling baik dari kedua model tersebut dengan uji
Hausman sebagai berikut:
Kuadran I dan III:
Statistik Uji Hausman: H
: Eτ
i
x
it
= 0 atau REM adalah model yang tepat
H
1
: Eτ
i
x
it
= 0 atau FEM adalah model yang tepat
Nilai kritis = 23,6848
H = β
REM
– β
fEM
‘ M
FEM
–M
REM -1
β
REM
– β
fEM
~ χ
2
k H = 136,26 diolah dengan menggunakan program Eviews 6.0
Keputusan: Karena nilai statistik H maka Ho ditolak.
Kesimpulan: Pada estimasi yang tepat untuk regresi data panel dalam
penelitian ini adalah Model Random Effect Model Random Effect lebih baik dari Model Fixed Effect.
Kuadran II dan IV:
Hasil perhitungan dengan program Eviews untuk provinsi-provinsi di kuadran ini diperoleh nilai H
hitung
= 175,55 sedangkan nilai kritis = 22,3620
Keputusan: Karena nilai statistik H maka Ho ditolak.
Kesimpulan: Pada estimasi yang tepat untuk regresi data panel dalam
penelitian ini adalah Model Random Effect Model Random Effect lebih baik dari Model Fixed Effect.
Pemilihan Estimator Homoskedastik atau Heteroskedastik
Setelah model yang terpilih dalam penelitian ini adalah Model Fixed Effect
, kemudian dilakukan identifikasi kondisi matrik varians covarians residual. Pengujian struktur matrik varians covarians residual dilakukan untuk menghindari
bias dari Model Fixed Effect apabila terdapat heteroskedastisitas. Penelitian ini
tidak membandingkan model dengan struktur heteroskedastik dan tidak ada Cross
Sectional Correlation Seemingly Uncorrelated Regression SUR, karena model
yang dipakai tidak memungkinkan diestimasi dengan model SUR. Hal ini
97 disebabkan jumlah unit cross-sections sebanyak 18 propinsi untuk kuadran I dan
II maupun 12 provinsi untuk kuadran II dan IV, lebih banyak daripada periode waktu yang hanya 8 tahun. Statistik uji untuk pemilihan struktur homoskedastik
dan heteroskedastik, menggunakan statistik LM Lagrange Multiplier sebagai berikut:
Kuadran I dan III:
Ho: Struktur varian covarians residual homoskedastik
H
1:
Struktur varian covarians residual heteroskedastik = 24,9958
∑ [
̂ ̂
] =
51.2373]= 204.9493 Keputusan: Karena nilai statistik H
maka Ho ditolak. Kesimpulan: Pada
estimasi struktur varians covarians residual adalah heteroskedastik
Pemilihan model juga dapat dilihat dari nilai sum square residual. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa residual sum of square Model Random Effect yaitu 0,412400
lebih besar dari residual sum of square Model Fixed Effect unWeighted yaitu 0,108709. Hal ini berarti Model Random Effect lebih tepat digunakan untuk
mengestimasi model di Kuadran I dan III.
Kuadran II dan IV:
Ho: Struktur varian covarians residual homoskedastik
H
1:
Struktur varian covarians residual heteroskedastik = 24,9958
∑ [
̂ ̂
] =
310.75]= 231.15 Keputusan: Karena nilai statistik H
maka Ho ditolak. Kesimpulan: Pada
estimasi struktur varians covarians residual adalah heteroskedastik
Pada Lampiran 4 terlihat bahwa residual sum of square Model Random Effect yaitu 0,392347 lebih besar dari residual sum of square Model Fixed Effect
unWeighted yaitu 0,127997. Hal ini berarti Model Random Effect lebih tepat
digunakan untuk mengestimasi model di Kuadran II dan IV.
98
5.2.6 Penyebab Anomali