Kaitan antara Filsafat dan Ilmu Pendidikan Objek Filsafat Pendidikan

tentang manusia yang utuh. Karena bagaimanapun, seperti yang sudah dikatakan di atas, subjek pendidikan adalah manusia, dan praksis pendidikan itu berlangsung di antara pribadi-pribadi.

2.3.2. Kaitan antara Filsafat dan Ilmu Pendidikan

Filsafat pendidikan dan Ilmu Pendidikan menyelidiki data-data dan gejala- gejala yang sama, tetapi dengan metode yang berbeda dan pada taraf berbeda. Mereka memakai istilah yang sama tetapi dengan memakai arti yang berbeda. Masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan. Filsafat merumuskan prinsip-prinsip dan asas yang mendasari pelaksanaan pendidikan. Ia tidak memperhatikan detail-detail seperti susunan ruang sekolah, metode ilmu- ilmu sosial, isi kebudayaan nasional, juga tidak membahas tentang bagaimana memberi motivasi belajar. Gayanya adalah lebih luas dan tidak langsung bersifat praktis. Maka walaupun hal-hal yang konkret lekas berubah, filsafat tidak berkembang dengan pesat. Bahayanya, filsafat kurang mengindahkan fakta. Akibatnya, baik ilmu pendidikan dan praksis pendidikan yang diinspirasikannya, mengabaikan banyak segi. Ilmu Pendidikan sebaliknya berdasarkan fakta-fakta dan gejala-gejala konret. Hal-hal umum muncul dari kenyataan objektif, dan langsung dihubungkan dengan pengalaman. Namun bahayanya, ilmu pendidikan sering terlalu dangkal dan kurang terbuka bagi unsur-unsur yang hakiki. Sering kali ilmu pendidikan yang dangkal memberikan interpretasi yang keliru tentang kenyataan. Maka, filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan saling melengkapi. Mereka tidak mengambil alih hasil ilmu lainnya sehingga todak terjadi pinjaman logis. Masing-masing mereka memakai metodenya sendiri dan mencapai pemahamannya sendiri. Tetapi mereka saling memperkaya secara psikologis dan saling memberikan inspirasi. Filsafat harus mengujoi90

2.3.3. Objek Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memiliki obyek kajiannya. Pada umumnya, ada 2 obyek filsafat pendidikan, yakni : 1. Objek material. Objek material filsafat pendidikan adalah: a. Segala gejala fenomen pendidikan sebagai fakta dan peristiwa; b. Segala sistematisasi ilmiah; teori, data, eksperimen psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya; c. Segala bentuk refleksi kritis filsafat dalam sejarah mengenai pendidikan. Segala bahan itu merupakan pertanyaan, dorongan dan tantangan. Tetapi, filsafat pendidikan terutama tertarik dengan struktur dan arah dasar. Misalnya, relasi pendidikan, perkembangan ekspresi, segi intelektual dan kebebasan. 2. Obyek Formal. Objek formal filsafat pendidikan ialah menghubungkan segala gejala dan teori itu dengan hakikat manusia. Filsafat pendidikan mencoba mengakarkan kembali semua unsur dalam struktur-struktur dasar, seperti berlaku bagi manusia dengan mutlak. Misalnya, proses belajar, mata pelajaran ilmu eksata, kebudayaan dan sejarah. 2.3.4. Fungsi Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan memiliki beberapa fungsi. Pada umumnya dibedakan 5 macam fungsi filsafat pendidikan, yakni: [19] 1. Fungsi spekulatif. Filsafat pendidikan berusaha mengerti secara menyeluruh persoalan- persoalan mengenai pendidikan dan hubungan persoalan itu dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan; 2. Fungsi normatif. Filsafat pendidikan memberikan arah dan pedoman bagi praksis pendidikan. Arah dan pedoman ini biasanya ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan, norma-norma moral dan agama yang dianut dan cita-cita yang ingin dicapai; 3. Fungsi kritis. Filsafat pendidikan memberikan kerangka untuk menguji dan menafsirkan data- data ilmiah dan praksis pendidikan. Dalam hubungan dengan teori-teori filsafat pendidikan menilai secara kritis anggapan-anggapan dasar yang menjadi penopang pelbagai teori dan berusaha melihat konsistensi dari teori-teori itu sert a kesesuaiannya dengan pandangan tentang manusia yang dianut; 4. Fungsi teoritis. Filsafat pendidikan dapat memberikan konsepsi, ide-ide dan kesimpulan- kesimpulan yang dapat menjadi dasar pijakan bagi praksis pendidikan; 5. Fungsi integratif. Filsafat pendidikan dapat memberikan suatu gambaran yang dapat menyatukan berbagai bidang keilmuan yang masing-masing berdiri sendiri dengan metode sendiri-sendiri, sehingga membuka pintu bagi dialog antara berbagai ilmu itu.

2.3.5. Metode Filsafat Pendidikan