menemukan kebutuhan yang dididik dan menciptakan situasi yang tepat agar yang dididik dapat mengembangkan dan menyempurnakan diri.
Dalam perspektif ini, subjek dalam proses pendidikan adalah yang dididik. Konsep pendidikan seperti ini dikenal sebagai pedosentrisme paidos; anak. Anak adalah
seorang pribadi yang aktif dan orisinal. Yang dididik ini tidak hanya si anak, si remaja, kaum muda melainkan manusia. Karena pendidikan tidak mengenal batas umur, tetapi berlangsung
seumur hidup, maka subjek pendidikan itu adalah manusia. Dia adalah pribadi yang harus memwujudkan diri. Ia harus menjadi seorang pribadi. Kepribadian merupakan hasil perpaduan
antara unsur-unsur yang dibawa sejak lahir, unsur yang diwariskan dari lingkungan dan unsur yang diperoleh dari belajar. Akan tetapi unsur-unsur itu selalu bersifat dinamis dan karena itu
kepribadian manusia merupakan kenyataan yang bersifat plastis karena ditentukan menurut sikap yang berbeda-beda, berdasarkan situasi-situasi yang dihadapi dan dihayati individu secara
konkret. Manusia tidak dapat dideterminasi ditentukan lebih dahulu. Dia selalu dapat berubah menjadi lebih baik, atau lebih buruk. Dan kalau ada kemungkinan untuk selalu berubah, maka
benar apa yang sudah dikatakan ”pendidikan berlangsung seumur hidup” long life education.
2.2.3. Tiga Dimensi Dasar Pendidikan
Pendidikan memiliki beberapa dimensi. Pada umumnya, terdapat 3 dimensi dasar pendidikan, yakni :
1. Personal. Pendidikan berlangsung di antara pribadi-pribadi. Peserta didik bukanlah objek atau
benda melainkan subjek dengan berbagai kemampuan dan kreativitas yang khas. Aktivitas pendidikan harus mampu memajukan pribadi dan membuat ia mengembangkan diri;
2. Sosial. Pendidikan adalah suatu aktivitas antar-subjektif dan bersifat sosial. Pendidikan mampu
membantu orang untuk saling mengenal, untuk hidup bersama dan menjamin harmoni sosial dan peka terhadap kepentingan umum suatu kelompok sosial di mana ia hidup, dan ikut memberikan
sumbanganya untuk kesejahteraan umum;
3. Kultural. Pendidikan mengalihkan nilai-nilai dari generasi yang lebih dahulu kepada generasi
berikutnya dalam bentuk pengetahuan, nilai sosial, moral dan agama, yang telah diolah dengan tujuan membuat individu yang menerima menjadi pribadi yang memberikan sumbangannya bagi
perkembangan peradaban lebih lanjut. Dalam hal ini, perlu diingat tiga unsur penting dalam perkembangan manusia, yaitu :
a. Unsur kemampuan dasar, bakat nature; alam yang dibawa sejak lahir;
b. Unsur pemberdayaan, bantuan nurture; secara harafiah berarti gizi, tetapi dapat diperluas
dengan semua bantuan yang memudahkan perkembangan seorang pribadi termasuk pendidikan;
c. Pengolahan sendiri oleh pribadi yang bersangkutan culture; secara harafiah berarti kebudayaan,
tetapi dapat dialihkan kepada hasil olah budidaya sendiri. Di sini pendidikan bertujuan supaya seseorang dapat mengolah sendiri entah itu dirinya sendiri atau juga dunianya untuk pada
gilirannya memberikan sumbangan bagi peradaban. 2.2.4. Autoedukasi dan Heteroedukasi
Dalam dunia pendidikan dikenal istilah autoedukasi dan heteroedukasi. Autoedukasi bermaksud menjamin perkembangan harmonis berbagai daya dan kemampuan yang ada dalam
diri peserta didik tanpa merujuk pada ideal-ideal yang ada di luar individu. Secara negatif, autoedukasi menolak campur tangan dari luar yang bersifat otoriter. Secara positif,
autoedukasi memajukan spontanitas dan melindungi yang dididik terhadap dikte-dikte manipulasi dari luar. Sedangkan heteroedukasi bermaksud menyesuaikan subjek yang dididik
dengan tuntutan struktur-struktur sosial, ekonomis, moral, agama dan politik. Proses pendidikan mencapai sasarannya kalau yang dididik menyesuaikan diri, juga tahu bersikap dan bertindak
sesuai dengan tatanan yang ada.
Ketiga, kedua hal ini tidak saling bertentangan dalam konteks pendidikan yang integral. Proses pendidikan di sini mendasari tuntutan akan kebebasan, orisinalitas setiap
pribadi tanpa mengabaikan kehadiran kondisi-kondisi sosial dan tuntutan lingkungan. Autoedukasi akan memajukan kematangan dan kedewasaan integral dan menumbuhkan
kesadaran dan tanggung jawab personal, sedangkan heteroedukasi akan menumbuhkan dalam diri yang dididik kesadaran akan keterlibatan sosial dan tanggung jawab pribadi di tengah-
tengah lingkungan sosial atau religius. 2.3. Filsafat Pendidikan
2.3.1. Filsafat dan Pendidikan