BAGIAN I PENGANTAR DAN SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN
BAB I HAKEKAT FILSAFAT
1.1. Filsafat Timbul dari Dorongan Untuk Mengetahui
Disadari atau tidak, setiap manusia selalu berfilsafat. Karena manusia yang normal selalu bertanya dan mencari jawaban tentang segala sesuatu yaitu Tuhan, dunia dan dirinya
termasuk apa yang dilakukannya. Menurut Aristoteles 384-322 dari kodratnya semua manusia memiliki hasrat ingin tahu.
[1] Dalam diri manusia ada dorongan untuk mengetahui desiderium
sciendi lebih banyak tentang kenyataan yang mengitarinya dan tentang dirinya sendiri. Manusia memiliki akal budi yang haus akan pengetahuan batu an inquistive mind, yang
terbuka untuk menyelidiki segala kejadian dan gejala. [2]
Filsafat bertolak dari keinginan mendasar ini. Manusia selalu mempertanyakan segala sesuatu. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki akal budi yang memungkinkan dia untuk
berpikir. Dengan ini manusia memiliki kemampuan yang melebihi makhluk-makhluk infra- human seperti tumbuhan dan hewan. Sesekor hewan, misalnya tidak memiliki kesadaran diri,
dia tidak sadar bahwa ia tahu, tidak tidak tahu bahwa ia menginginkan sesuatu. Manusia sebaliknya, tidak hanya menangkap peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi dengan indera-
indera seperti makhluk-makhluk lain. Dengan akal budinya dia mampu membentuk pengertian- pengertian dan merumuskan putusan-putusan logis. Dia tidak hanya puas mengenal fakta-fakta,
tetapi juga ingin mengetahui ”alasan, sebab” dari fakta-fakta itu.
Pengetahuan yang diperoleh dengan akal budi menyata dalam dua bentuk utama. Yang satu bersifat rasional atau logis, yang bekerja dengan konsep-konsep umum. Bentuk ini
bersifat spekulatif, abstrak dan refleksif. Aristoteles menjelaskan manusia sebagai makhluk berakal budi animal rationale. Tetapi ada bentuk lain yang juga penting, yaitu pengetahuan
yang bersifat simbolis atau figuratif yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, mitos-mitos dan perbandingan kiasan. Ernst Cassirer, seorang filsuf terkemuka aliran
Neokantian abad ini mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang menggunakan simbol- simbol animal symbolicum. Jadi ada dua hal yang saling melengkapi.
1.2. Jenis-Jenis Filsafat
Manusia pada hakekatnya adalah fisuf. Sejauh sebagai makhluk berakal budi, dia terdorong untuk bertanya dan mencari jawaban tentang semua yang ada dan tentang semua
yang terjadi. Pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan bukanlah monopoli orang-orang terpelajar melulu, tetapi menyangkut semua orang. Pada umumnya dibedakan dua jenis
filsafat
[3] , yaitu:
1. Filsafat elementer alamiah yang ada pada semua bangsa dan menjadi milik semua orang.
Filsafat alamiah ini pada umumnya bersifat naratif dalam bentuk cerita-cerita dan bukan argumentatif dan sistematis. Filsafat jenis ini diungkapkan dalam bentuk mitos-mitos, disajikan
dalam kisah-kisah, diabadikan dalam syair-syair dan dipadatkan dalam kata-kata bijaksana. Dalam arti ini filsafat terdapat pada semua suku bangsa dan peradaban pada segala momen
sejarah dan bukan monopoli suku bangsa tertentu.
2. Filsafat ilmiah yang bersifat sistematis dan metodis. Secara historis, filsafat ini dimulai dan
dikembangkan pertama kali di Dunia Barat sama seperti ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bangsa Yunani, leluhur peradaban manusia Barat, pertama kali berhasil menemukan dan menetapkan sarana-sarana seperti logika, yaitu aturan-aturan untuk penalaran logis yang perlu
untuk mengangkat filsafat dari tingkat alamiah ke tingkat ilmiah. Pada bangsa-bangsa asli Timur sezaman Yunani Kuno ketika filsafat lahir, unsur-unsur filsafat selalu berhubungan
dengan kehidupan religius dan karena itu tidak dapat disebut sebagai filsafat dalam arti yang sesungguhnya. Parmenides, Herakleitos, Pythagoras, Sokrates, Plato dan Aristoteles adalah
pemikir-pemikir besar pertama yang mengembangkan tehnik-tehnik baru untuk menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan mendasar menyangkut kehidupan dengan bertumpu
pada penalaran murni penalaran yang dikontrol secara ketat oleh hukum-hukum logika. Tokoh- tokoh ini mengembangkan filsafat sebagai ilmu yang sistematis dan metodis. Filsafat
sistematis adalah hasil temuan manusia Yunani.
Dalam pembicaran selanjutnya, kita akan menggunakan filsafat dalam pengertian kedua ini.
1.3. Pengertian Filsafat