Eugenol : Small is Beautiful

Bogor, 18-19 Februari 2013 ISSN 2337-4969 357 meliputi kandungan kimiawi kunci untuk pakan, daya cerna digestibility, serta in-vivo yaitu langsung kepada hewan percobaan.  Prospek. Produk Pakaroti ditujukan untuk substitusi pakan ternak ruminansia, pada tahap pengembangan lebih lanjut dapat dirancang untuk ternak lain unggas, ikan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk supplemen makanan, tentu saja dengan modifikasi proses. Proses DeeM 0709 yang dicobakan menghasilkan produk dengan kadar protein kasar : 25 – 37 persen Setiyarso, 2011. 5. Purnawacana Agroindustri dengan bahan baku yang potensi secara lokal dapat dikembangkan menjadi industri unggulan dan kompetitif. Dari aspek teknologi, Inovasi lokal indigenuous innovation mengembangkan teknologi yang relatif sederhana, digali dari sumberdaya local: baik bahan dasar, bahan penolong biokatalis sampai peralatan pemroses. Semuanya dapat disiapkan oleh SDM Indonesia. Artinya, pengembangkan secara industri dan bisnis proses ini sekaligus meningkatkan kemandirian dan daya saing masyarakat dan SDM ilmuwan, insinyur Indonesia untuk tidak bergantung dengan teknologi import. Triple-helix inovasi pengambil kebijakanpemerintah, industri, dan ilmuwaninsinyur perlu di reposisi dengan tepat, sehingga sinerginya menjadi pendorong kuat bagi keberhasilan inovasi teknologi. Daftar Pustaka Dieter GE. 1998. Engineering Design : a Materials and Processing Approach.McGraw Hill Books. New York. Johnston SF, Gostelow JP, King WJ. 2000 Engineering and Society. Prentice Hall, New Yersey. Mangunwidjaja D. 2013. Eugenol : Inovasi dari Gagasan sampai Pemasaran. Penerbit Agroindustri Press. Bogor in press. Mangunwidjaja D. 2005. Inovasi Teknologi dan Hak atas Kekayaan Intelektual. Di dalam Mangunwidjaja, D dan Sailah, I 2009 Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta, hal 174 – 197. Mangunwidjaja D 2007. Proses DeeM 07 untuk produksi PAKAROTI. Bagian Bioindustri, Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, Bogor tidak dipublikasikan Radjou N, Prabhu J, Ahuja S. 2012. Jugaad Innovation. Jossey- Bass. A Wiley Imprint, San Francisco Setiyarso C. 2011. Peningkatan kadar protein kasar ampas nanas melalui fermentasi media padat. Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Skripsi 358 ISSN 2337-4969 RUMUSAN SUBTEMA Bogor, 18-19 Februari 2013 ISSN 2337-4969 359 SUBTEMA 1 PENDIDIKAN TECHNOPRENEURSHIP: INTEGRASI DALAM MATA KULIAH  Dalam era globalisasi seperti sekarang ini setiap orang dan bangsa dituntut untuk mempertajam keunggulannya secara inovatif dan proaktif guna meningkatkan kemandirian dan daya saing. Hal ini melatarbelakangi kebijakan pendidikan tinggi yang mengharuskan perguruan tinggi untuk selalu berupaya meningkatkan kemandirian dan dayasaing bangsa. Berbagai perguruan tinggi berupaya mengarahkan sistem pendidikannya menjadi lebih berorientasi kepada technopreneurship, yaitu entrepreneurship yang memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan knowledge. Dengan demikian ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan dan dikembangkan di Perguruan Tinggi lebih bersifat inovatif dan kreatif, aplikatif dan memiliki keunggulan kompetitif.  Meskipun masih terdapat variasi dalam definisi, tetapi terdapat beberapa kesamaan ciri dalam merumuskan tujuan pendidikan technopreneurship, yaitu bahwa sarjana technopreneur yang dihasilkan diharapkan mampu menjalankan dan sekaligus memiliki usaha di bidang yang dikuasai knowledge-base atau technology-based entrepeneurship, atau sebagai staf profesional yang berproduktivitas tinggi. Disamping untuk menguasi bidang ilmunya hard skill sebagai dasar entrepreneurship, lulusan diharapkan memiliki berbagai karakter baik technopreneur soft skill, seperti memiliki moral, etika dan profesionalisme yang tinggi; tanggung jawab sosial dan kesadaran lingkungan; serta memilik sikap mental entrepreneur seperti kreatif, inovatif, inisiatif, motivasi tinggi, disiplin, komitmen, orientasi manfaat, dan peka terhadap peluang bisnis. Karakter dan sikap tersebut perlu terus dikembangkan dalam rangka mendidik dan menciptakan inovator dan technopreneur dari perguruan tinggi. Untuk mengembangkan karakter tersebut dapat diupayakan melalui kegiatan perkuliahan, training, stadium generale atau magang industri yang dirancancang secara khusus untuk mengembangkan karakter tersebut.  Berbagai hasil kajian, konsep, desain dan studi kasus penerapan pendidikan technopreneurship dipresentasikan dan didiskusikan dalam konferensi ini. Berbagai bidang telah dicoba dijadikan basis technopreneurship, seperti teknologi tepat guna, teknologi agroindustri, industri kreatif, educational games, kearifan lokal, dan sebagainya. Konsep pengembangan pendidikan technopreneurship telah dirancang melalui berbagai pendekatan, misalnya melalui modifikasi kurikulum, pengembangan metode pembelajaran misalnya student centered learningSCL, Problem based learningPBL, pembelajaran berbasis sumberdayaPBA, design