Pemanfaatan Lemak Tengkawang sebagai Substituen Malam pada Pembuatan Lipstik

Bogor, 18-19 Februari 2013 ISSN 2337-4969 281 yaitu sekitar 6,3 dengan daya serap tenaga kerja sekaitar 5,4 juta, serta jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini pada tahun 2006 mencapai 2,2 juta atau sekitar 5,17 dari jumlah perusahaan di Indonesia dan memberikan kontribusi sekitar 9,13 sekitar 81,5 triliun dari total ekspor nasional. Setelah lima tahun kemudia 2012 angka tersebut telah mengalami pertumbuhan yang amat nyata, yaitu PDB dari sektor ekonomi kretaif telah mampu menembus angka 8,9, dengan pertumbuhan serapan tenaga kerja naik sekitar 2-2,5 pertahuan, demikina pula dari jumlah perusahaan yang bergerak disektor industri kreatif telah mengalami lonjakan sekitar 1,5-2. Beberapa tahun belakangan ini, telah cukup banyak negara-negara yang menempatkan industri kreatif sebagai pilar ekonomi untuk terus dikembangkan, karena telah cukup terbukti bahwa sektor industri kreatif mampu memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang signifikan. Sebagai contoh misalnya di Inggris pada tahun 2000, sektor industri kreatif mereka mampu menyumbang 7,90 PDB, saat ini sudah meembus angka sekitar 12, sementara negara-negara lainnya seperti Selandia Baru, Australia, Singapura, dan Taiwan masing-masing sebesar 3,10; 3,30; 2,80; dan 5,90, dengan angka-angka pertumbuhan yang tersu meningkat dari tahun ketahun. Benarkah industri kreatif di Indonesia mempunyai potensi yang kuat untuk dikembangkan sebagai pilar pertumbuhan ekonomi kreatif di masa depan, sebagaimana tersirat dari pernyataan Presiden di atas? Coba kita amati bagaimana perkembangan mode dan industri musik Indonesia, kiat semua pasti mengakui bahwa mode an industri musik di Indonesia yang di motori oleh para desainer mudann dan musisi muda kita telah amat sangat kreatif dan mampu menyajikan kualitas mode dan musik yang sungguh sangat tidak kalah dibanding mode dan musik dari luar. Betapa berbagai rumah desain serta kelompok band baru tumbuh dengan amat subur dan benar-benar mampu menghidupkan industri mode dan musik di tanah air dan telah mampu menjadi raja di negeri sendiri, di tengah derasnya persaingan industri musik dari luar. Di sisi lain, kita juga melihat industri periklanan kita konon telah mencapai omzet tidak kurang dari 100 triliun per tahun, belum lagi industri kerajinan, permainan interaktif animasi dll, yang kesemuanya masuk dalam kelompok sektor industri kretif. Dari sisi jumlah perusahaan, secara rata-rata pertumbuhan jumlah perusahaan ke 15 sub sektor kreatif Indonesia pada tahun 2007-2011 mencapai 11,17. Bahkan untuk sub sektor periklanan, arsitektur, layanan komputer piranti lunak, permainan interaktif, riset pengembangan dan musik mampu tumbuh diatas pertumbuhan jumlah perusahaan nasional yang tercatat hanya 7,18. Dari sisi serapan ketenaga kerjaan, pada periode 2002-2006 penyerapan tenaga kerja dari sektor industri kreatif menduduki peringkat ke 5 dari sepuluh sektor lainnya dengan rata-rata serapan tenaga kerja sebesar 5,4 juta table 1. Kelompok industri kreatif yang mampu menyerap diatas rata-rata kelompok industri kretaif pada periode 2002- 2006 adalah mode atau fesyen 2,8 juta pekerja atau 51,9 dan kerajinan 1,8 juta 33,4. Secara keseluruhan, komposisi jumlah tenaga kerja yang dapat diserap pada masing-masing kelompok industri kretaif pada periode