Latar Belakang Prosiding konferensi nasional inovasi dan technopreneurship

Bogor, 18-19 Februari 2013 ISSN 2337-4969 39 didukung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, sehingga sebagaian besar pendanaan berasal dari APBD JABAR.

5. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan program TEP dilakukan pada tiap batch dengan subyek pengamatan pada pelaksanaan program dan luaran program. Beberapa poin penting yang tercatat selama evaluasi antara lain : a. Secara umum peserta TEP sangat antusias dalam mengikuti program sehuai tahap-tahap pembelajaran. b. Sebagai hasil program TEP, terbentuk kelompok-kelompok rintisan start-up yang lebih matang dan telah memiliki rancangan prototype produk beserta rencana bisnis yang lebih komprehensif. c. Dalam tahap pengembangan produk, sering ditemui beberapa peserta belum menyelesaikan rancangan produknya sesuai target. Hal ini dikarenakan kompleksitas yang berbeda-beda untuk setiap produk, kapasitas SDM yang belum mencukupi untuk topik terkait, serta keterbatasan ketersediaan sarana khususnya yang menunjang prototiping. d. Persoalan durasi menjadi kendala bagi sebagain peserta yang masih duduk sebagai mahasiswa. Oleh karenanya dalam pelaksanaan berikutnya TEP dibatasi hanya untuk alumni dan mahasiswa semester akhir yang sedang mempersiapkan Tugas Akhir. e. Hasil evaluasi reviewer diperoleh beberapa produk hasil rancangan masih kurang sentuhan akhir finishing dan sedikit diantaranya kurang relevan dengan pasar. Persoalan yang muncul sebagaimana hasil evaluasi tersebut telah secara berangsur dipecahkan dan diujicobakan dalam pelaksanaan selanjutnya. Hal yang perlu dilakukan adalah pengembangan metoda evaluasi yang lebih akurat dalam mengukur keberhasilan program. 6. Kesimpulan Berdasarkan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program TEP yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa metoda pembelajaran TEP memberikan dampak luaran yang signifikan terhadap peserta didik tenant dimana secara umum peserta menjadi lebih matang dalam mengembangkan diri sebagai technopreneur dan lebih termotivasi karena telah memiliki tim dan rancangan produk teknologi yang telah melalui proses pematangan. 40 ISSN 2337-4969 STRATEGI MENUMBUHKAN WIRAUSAHAWAN MUDA DARI KAMPUS: Studi Pada Pengelolaan Kegiatan Iptek Bagi Kewirausahaan di Unsoed Endro Yuwono 4 dan G.H. Sumartono Program Pendidikan Mahasiswa Wirausaha, Universitas Jendral Soedirman Pusat Inkubator Bisnis, Universitas Jendral Soedirman Program Technopreneurship, Universitas Jendral Soedirman Abstrak Upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan melalui Perguruan Tinggi perlu terus dilakukan. Potensi Unsoed sebagai asset pengembangan budaya kewirausahaan perlu terus diberdayakan dan disinergikan dengan asset diluar kampus agar menghasilkan lulusan Unsoed yang berorintasi kewirausahaan. Program IbK bertujuan mensinergikan kekuatan yang ada di dalam kampus dengan yang ada di luar kampus agar potensi itu memberikan andil besar dalam menumbuhkan jiwa wirausaha mahasiswa. Pelaksanaan program pengembangan wirausaha muda melalui Program Iptek bagi Kewirausahaan IbK di Unsoed, dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu sosialisasi program, seleksi peserta program IbK, pelaksanaan program dan keberlanjutan program. Sosialisasi dilakukan dengan sasaran unsur pimpinan, Dosen Kewirausahaan maupun kepada mahasiswa. Seleksi melibatkan tim pengelola IbK maupun praktisi. Pelaksanaan kegiatan IbK meliputi : pelatihan, magang kewirausahaan, kunjungan kewirausahaan, praktik kewirausahaan, pemberian bantuan teknologi, konsultasi bisnis dan pelaksanaan keberlanjutan program. Pada akhir tahun dilakukan evaluasi keberhasilan usaha tenant. Evaluasi pelaksanaan keberhasilan usaha tenant meliputi aspek : produk dan pemasaran, inovasi produkjasapengelolaan usaha, permodalan dan pengelolaan keuangan dan tenaga kerja. Melalui Program IbK Unsoed Tahun 2011 dan 2012, dihasilkan 12 Wirausaha Mandiri Unsoed

1. Pendahuluan

Suatu bangsa akan maju dan sejahtera apabila jumlah entrepreneurnya, minimal 2 dari total penduduk. Sebagai gambaran beberapa negara yang kita anggap maju memiliki indikasi tersebut, Amerika Serikat 11,5-12, Singapura memiliki wirausaha 7, Cina dan Jepang sebesar 10 dari populasi penduduk negara tersebut. Indonesia membutuhkan sekitar 4,6 juta wirausaha, sementara jumlah yang tersedia berdasarkan pendekatan usaha formal baru tersedia 564.240 wirausaha atau 4 Email: endroy_61yahoo.com