72 ISSN 2337-4969
Community Development Comdev Materi :
Community development Teknologi Informasi
Materi:
1.  e-commerce 2.  Sistem informasi
Minimal, mengikuti perkembangan IT Expert Level
Technology and Operation Management Materi :
1.  Manajemen operasi dan teknologi lanjutan 2.  Supply chain management
Politik dan Kebijakan Materi : Politik dan kebijakan
International Business Management Materi:
International Business Management Business Growth Management
Materi: Business growth management
Rekayasa Sosial Kemasyarakatan Materi:
Rekayasa sosial kemasyarakatan
Research Application  TTG Materi :
Research and applied by need Produk-  produk  yang  dihasilkan  RnB  dalam  membangun
technopreneur  muda  diantaranya  adalah  membentuk  unit  usaha  baru. Dengan  prinsip  80  praktik  dan  20    teori  inilah  yang  mampu  menjawab
tantangan zaman ini. Berikut adalah contoh perusahaan yang lahir dari RnB:
Bogor, 18-19 Februari 2013
ISSN 2337-4969 73
Gambar 5. Contoh perusahaan yang lahir dari RnB
6. Kesimpulan
  Technopreneur  merupakan  salah  satu  cara  untuk  membuat  bangsa Indonesia dapat sejajar dengan bangsa yang lainnya.
  Peningkatan  peran  dan  sinergisitas  3  lembaga  untuk  membentuk technopreneur muda.
  RnB  merupakan  salah  satu  perkumpulan  yang  dirancang  dengan konsep  80  praktik  dan  20    teori  sehingga  dapat  membentuk
technopreneur muda.
Daftar Pustaka Dana LP. 2007. Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the
Kingdom  of  Nepal  to  the  Japanese  Archipelago:  Context,  Policy,  and Practice. New Jersey: World Scientific Publishing Co
www.mitimahasiswa.com Zaques,  Edy.  2009.  Bob  Sadiono:  Mereka  Bilang  Saya  Gila.  Kintamani
Publishing. Zuhal.  2008.  Kekuatan  Daya  Saing  Bangsa;  Mempersiapkan  Masyarakat
Berbasis Pengetahuan, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
74 ISSN 2337-4969
FAKTOR DETERMINAN PROSES BELAJAR MENGAJAR KEWIRAUSAHAAN DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Burhanuddin
6
dan Nia Rosiana
7
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Abstrak
Institut  Pertanian  Bogor  IPB  sebagai  salah  satu  perguruan  tinggi terkemuka  berupaya  menghasilkan  SDM  pertanian  yang  berkualitas  dan
terbesar  di  Indonesia.   Dalam  sepuluh tahun terakhir,  IPB telah  memasukkan Mata  Kuliah    Kewirausahaan  dalam  kurikulum  pendidikan  mahasiswa
program  sarjana.    Kajian  ini  bertujuan  untuk  mengidentifikasi  perilaku kewirausahaan mahasiswa  di  IPB  dan  menganalisis  faktor-faktor  determinan
proses belajar mengajar kewirausahaan di IPB.  Kajian dilakukan pada tahun ajaran 20112012.  Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Metode
analisis data menggunakan analisis deskriptif dan  analisis faktor.  Hasil kajian menunjukkan  bahwa  perilaku  wirausaha  Mahasiswa  IPB  tergolong  tinggi
dengan  karakter  yang  kuat  pada  kemauan  mengambil  risiko.  Faktor determinan  proses  belajar  mengajar  kewirausahaan  di  IPB  adalah  Practical
Learning Centre dan Practical Based Learning.
Kata kunci: perilaku wirausaha, proses belajar mengajar kewirausahaan 1. Pendahuluan
Pelaksanaan  pendidikan  yang  menghasilkan  sumber  daya  manusia yang  berkualitas  memerlukan  perbaikan  yang  komprehensif  di  berbagai
sektor. Proses belajar mengajar di perguruan tinggi merupakan upaya untuk menyelenggarakan  suatu  sistem  pendidikan  nasional  yang  diatur  dalam
Undang-Undang sebagai salah satu lembaga penyedia utama human capital di Indonesia. Oleh karena itu, Institut Pertanian Bogor sebagai perguruan tinggi
pencetak  sarjana  bidang  pertanian  merupakan  pensuplai  utama  wirausaha pertanian.   Peluang  ini telah  diantisipasi  oleh  Institut  Pertanian  Bogor  yang
dijabarkan  dalam  deklarasi  lima  pilar  pendidikan  sebagai  pedoman penyelenggaraan  pendidikan  dan  pembinaan  mahasiswa,  yaitu  1
Profesionalisme  Academic  Profesionalism,  2  Kepekaan  Sosial  Social Awareness,  3  Kepedulian  terhadap  Lingkungan  Environmental  Concern,
4 Jiwa Kewirausahaan  Entrepreneurship, dan 5 Moral dan Etika  Moral and Ethics.
Melalui  lima  pilarnya  ini,  Institut  Pertanian  Bogor  berperan  aktif dalam  menciptakan  sarjana  pertanian  yang  mampu  menciptakan  pekerjaan
job  creator  bukan  pencari  kerja  job  seeker.    Selain  untuk  mengurangi jumlah pengangguran, juga untuk mengembangkan kualitas petani, sekaligus
6
Email: burhanipb.ac.id
7
Email: nia_rosianafwkyahoo.com
Bogor, 18-19 Februari 2013
ISSN 2337-4969 75
ikut  menyelesaikan  masalah  ketenagakerjaan.  Hal  ini  karena  salah  satu strategi  pemulihan  dan  rekonstruksi  ekonomi  bertumpu  pada  penciptaan
lapangan kerja.  Oleh karena itu, Institut Pertanian Bogor sudah berada pada jalur yang tepat sebagian penyuplai  wirausaha pertanian.
Kewirausahaan  adalah  semangat,  sikap,  perilaku  danatau  yang mengarah  pada  upaya  mencari,  menciptakan,  dan  menerapkan  cara  kerja,
teknologi  dan  produk  baru  untuk  meningkatkan  efisiensi  dalam  rangka memberikan  pelayanan  yang  lebih  baik  danatau  memperoleh  keuntungan
yang  lebih  besar.  Dengan  kata  lain,  kewirausahaan    juga  merupakan pengetahuan  tentang  nilai,  jiwa,  sikap  dan  tindakan  yang  dilandasi  oleh
semangat  added  value,  sehingga  tercermin  dalam  berpikir,  bersikap  dan bertindak yang mengutamakan inovasi, kreativitas, dan kemandirian.
Jika  peningkatan  jumlah  mahasiswa  Institut  Pertanian  Bogor berkontribusi positif bagi pengurangan jumlah pengangguran dan sinyal bagi
penumbuhan pertanian, maka kajian proses belajar mengajar kewirausahaan sangat  mendesak  untuk  dilakukan.    Apalagi,  Institut  Pertanian  Bogor  setiap
tahun  mencetak lebih dari 2000 sarjana bidang pertanian baru.  Pertanyaan kemudian  adalah  bagaimana  Institut  Pertanian  Bogor  menciptakan  iklim
yang kondusif mempercepat tumbuhnya wirausaha mahasiswa?   Untuk itu, dapat  dimulai  dengan  mengidentifikasi  dan  menganalisis  aktivitas
kewirausahaan yang selama ini berkembang di Institut Pertanian Bogor.
Faktanya,  proses  belajar  mengajar  yang  diterapkan  di  berbagai perguruan  tinggi  saat  ini  lebih  terfokus  pada  bagaimana  menyiapkan  para
mahasiswa  yang  cepat  lulus  dan  mendapatkan  pekerjaan.    Lalu  bagaimana melakukan  perubahan  supaya  Mata  kuliah  Kewirausahaan  dapat  menjadi
spirit dan mengembangkan skill serta knowledge mahasiswa?  Hal ini terkait erat  dengan  proses  belajar  mengajar  Kewirausahaan,  sehingga  kajian
dibidang  ini  akan  mendorong  pada  peningkatan  entrepreneurial  skill mahasiswa.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka kajian  ini bertujuan untuk  menganalisis    proses  belajar  mengajar  kewirausahaan  di  Institut
Pertanian Bogor. Adapun Tujuan khusus dari kajian ini adalah: 1.  Mengidentifikasi  perilaku    kewirausahaan  mahasiswa  di  Institut
Pertanian Bogor; 2.  Menganalisis  faktor-faktor  determinan  proses  belajar  mengajar
kewirausahaan di Institut Pertanian Bogor. 2. Kerangka Pemikiran
Wirausaha  adalah  individu  yang  memiliki  pengendalian  tertentu terhadap  alat-alat  produksi  dan  menghasilkan  lebih  banyak  daripada  yang
dapat  dikonsumsinya  atau  dijual  atau  ditukarkan  agar  memperoleh pendapatan  McClelland  1961.    Wirausaha  adalah  pencipta  kekayaan
melalui inovasi, pusat pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, dan pembagian kekayaan  yang  bergantung  pada  kerja  keras  dan  pengambilan  risiko
Bygrave 2004.
Davidsson 2003 dan  Kirzner 1973 berpendapat bahwa wirausaha merupakan  perilaku  kompetitif  yang  mendorong  pasar,  bukan  hanya
76 ISSN 2337-4969
menciptakan  pasar  baru,  tetapi  menciptakan  inovasi  baru  ke  dalam  pasar, sekaligus  sebagai  kontribusi  nyata  dari  wirausaha  sebagai  penentu
pertumbuhan  ekonomi.    Lebih  tegas  Wennekers  dan  Thurik  1999  dan Carree  dan  Thurik  2003  menyatakan  bahwa  pada  dasarnya,  wirausaha
memberikan  kontribusi  pada  kinerja  ekonomi  dengan  memperkenalkan inovasi, menciptakan perubahan, menciptakan persaingan dan meningkatkan
persaingan.
Yang  2007  mengungkapkan  bahwa  setelah  hampir  dua  dekade hilang dari lansekap ekonomi Cina, kewirausahaan dihidupkan kembali pada
akhir  1970-an.  Awalnya  dimaksudkan  untuk  menyelesaikan  masalah pengangguran  dan  kemiskinan,  ternyata  energi  kewirausahaan  masyarakat
secara serius menjadi kebijakan ekonomi Cina.  Cina menyadari bahwa jauh lebih efisien untuk meningkatkan perekonomian dengan memberikan  ruang
gerak  lebih  bebas  pada  wirausaha  daripada  kontrol  negara  yang  ketat. Hasilnya  sangat  luar  biasa,  bahkan  saat  ini  Cina  menjadi  kekuatan  ekonomi
baru  di  dunia.    Selain  pertumbuhan  ekonominya  berkembang  pesat, wirausaha juga telah membuat standar kehidupan Cina lebih tinggi.
Kewirausahaan pertanian merupakan fenomena yang relatif baru.  Era ekonomi  pasar  bebas  mengharuskan  petani  menjadi  lebih  mandiri  dan
kewirausahaan  pertanian  mengembangkan  keterampilan  baru  petani  dan kemampuan  fungsional  agar  petani  kompetitif.    Oleh  karena  itu,  menurut
Duczkowska-
Małysz kewirausahaan  pertanian  diartikan  sebagai
semua  kegiatan  yang  membantu  para  petani  untuk  menyesuaikan  diri dengan  ekonomi  pasar  bebas.    Dengan  kata  lain,  pengembangan
kewirausahaan pertanian merubah kualitas manajemen produksi pertanian, yakni mengurangi risiko kegagalan.
Pengembangan  kewirausahaan  pertanian  terkait  erat  dengan modernisasi  pertanian  di  pedesaan.  Modernisasi  pertanian  yang  tetap
merekonstruksi  pembangunan  lingkungan  pertanian  yang  lestari  dan menciptakan  lapangan  kerja  baru  di  daerah  pedesaan.    Menurut  Dollinger
2003  kewirausahaan  pertanian  adalah  pembentukan  organisasi  ekonomi petani  yang  inovatif    untuk  tujuan  mendapatkan  laba  atau  pertumbuhan
ekonomi pedesaan dalam kondisi risiko dan ketidakpastian.
Namun demikian, harus dipahami bahwa di pedesaan ada banyak tipe petani.    Menurut  Lauwere  et  al.  2002  ada  lima  kelompok  petani,  yakni
adalah  petani  yang  membuat  perubahan  ekonomi,  petani  yang  mengakui bahwa  keberhasilan  finansial  perlu  diimbangi  dengan  peran  sosial  dan
lingkungan,  petani  yang  sukses  dengan  fokus  pada  kegiatan  pertaniannya, petani yang melakukan diversifikasi usahatani, dan petani yang enggan untuk
merangkul perubahan.
Hasil penelitian Dabson  2005 menyimpulkan bahwa lebih dari dua per  tiga  dari  semua  pekerjaan  baru  yang  diciptakan  di  Amerika  Serikat
dikembangkan  melalui  semangat  kewirausahaan  yang  melilibatkan  usaha kecil.  Oleh karena itu, pembangunan ekonomi pedesaan dan kewirausahaan
pedesaan  sangat  jelas  berhubungan.    Fakta  ini  memberi  keyakinan  bahwa perekonomian  pedesaan  di  Indonesia  pun  juga  dapat  digerakkan  oleh
kewirausahan,  yakni  kewirausahaan  pertanian.    Hal  ini  karena  wirausaha
Bogor, 18-19 Februari 2013
ISSN 2337-4969 77
petani  mampu  mendiversifkasi  produknya,  menciptakan  pasar  baru,  dan memanfaatkan teknologi baru di lingkungan pedesaan.
3. Metode Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Kampus  Institut  Pertanian  Bogor  IPB, Dramaga  Kabupaten  Bogor.  Pemilihan  lokasi  ini  dilakukan  secara  sengaja
purposive  berdasarkan  pertimbangan  bahwa  IPB  merupakan  lembaga pencetak  sarjana  bidang  pertanian  terbesar  di  Indonesia  yang  menerapkan
Mata  kuliah  Kewirausahaan  pada  mahasiswa  program  sarjana.  Waktu pelaksanaan kajian yaitu pada tahun ajaran 20112012.
Populasi dalam kajian ini yaitu mahasiswa IPB program sarjana yang telah dan sedang mengambil Mata kuliah Kewirausahaan pada semester yang
berlaku  pada  saat  kajian.  Sampel  yang  diambil  yaitu  sebanyak  100  orang yang diambil dengan teknik convenient sampling.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Alat yang digunakan dalam kajian ini adalah kuesioner. Upaya
untuk  memastikan  bahwa  kuesioner  yang  digunakan  dapat  dipercaya  dan valid,  maka  dilakukan  uji  reliabilitas  dan  uji  validitas.  Pengolahan
menggunakan perangkat lunak SPSS dan Excel.
Ada dua jenis analisis yang digunakan dalam kajian ini, yaitu Analisis Statistik  Deskriptif  dan  Analisis  Faktor.    Analisis  deskriptif  untuk
menjelaskan    perilaku  wirausaha  mahasiswa,  sedangkan  analisis  faktor untuk
menjelaskan faktor
determinan proses
belajar mengajar
kewirausahaan.  Analisis  faktor  digunakan  untuk  melihat  dua  jenis  proses belajar  mengajar,    yaitu  metode  kuliah  ideal  dan  metode  praktikum  ideal.
Proses  inti  dari  analisis  faktor,  yakni  mengekstraksi  sekumpulan  variabel, sehingga  terbentuk  satu  atau  lebih  faktor.  Metode  yang  digunakan  dalam
proses ekstraksi ini adalah Analisis  Komponen Utama Principal Component Analysis.
4. Hasil dan Pembahasan Perilaku Wirausaha Mahasiswa
Tabel  1  menunjukkan  bahwa  rataan  skor  perilaku  wirausaha mahasiswa  sebesar  217.39  yang  berada  pada  kategori  tinggi,  sedangkan
komponen  perilaku  wirausaha  yang  berkategori  sangat  tinggi  yaitu pengetahuan  berwirausaha.  Hal  ini  berarti  bahwa  pengetahuan  mahasiswa
mengenai  kewirausahaan  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  sikap  dan tindakan dalam berwirausaha. Tingginya Pengetahuan wirausaha mahasiswa
ini juga mengindikasikan proses belajar mengajar kewirausahaan yang masih fokus  pada  penajaman  teori  yang  umumnya  dosen  masih  sebagai  pusatnya.
Sikap  wirausaha  yang  masuk  katergori  sedang  mengindikasikan  bahwa aspek  persepsi,  kesukaan,  motivasi,  dan  pandangan  mahasiswa  terhadap
kewirausahaan  kurang  mendapat  perhatian  dan  porsi  dalam  proses  belajar mengajar kewirausahaan.
78 ISSN 2337-4969
Tabel  1   Rataan Hitung Skor Perilaku Wirausaha Mahasiswa IPB
No  Keterangan Rataan
Kategori
1 Pengetahuan Wirausaha
89.39 Sangat Tinggi
2 Sikap Wirausaha
62.94 Sedang
3 Tindakan Wirausaha
65.07 Tinggi
PERILAKU WIRAUSAHA 217.39
Tinggi Selain  itu,  pengetahuan  wirausaha  dapat  diperoleh  mahasiswa  tidak
hanya  melalui  kuliah  kewirausahaan,  tetapi  juga  melalui  seminar kewirausahaan, pelatihan kewirausahaan, maupun studi literatur yang dapat
dilakukan  secara  mandiri  ataupun  berkelompok.    Sebaliknya,  Sikap  dan Tindakan  wirausaha  kurang  dapat  dieksplorasi  oleh  mahasiswa  secara
mandiri.    Padahal  Sikap  wirausaha  mencerminkan  komponen  afektif mahasiswa  dalam  menanggapi  peluang  usaha  yang  menyangkut  komitmen
terhadap pelaksanaan usaha. Sedangkan Tindakan wirausaha mencerminkan hal  yang  dilakukan  oleh  wirausaha  dalam  mencapai  tujuannya  dalam
berwirausaha.
Selanjutnya, Tabel 2 menunjukkan karakter wirausaha mahasiswa IPB yang  terdiri  dari  dua  unsur  utama  yaitu  kepribadian  dan  kepercayaan  diri.
Komponen  kepribadian  mencakup  kebebasan,  disiplin  diri,  dorongan  dan keinginan,  dan  kemampuan  menghadapi  risiko.  Berdasarkan  hasil  analisis
skor  kepribadian  mahasiswa  dalam  penentuan  karakter  wirausaha  yaitu sebesar  70.3.  Tabel  2  juga  menunjukkan  bahwa  komponen  yang  memiliki
skor  paling  tinggi  pada  unsur  kepribadian  adalah  kemampuan  dalam menghadapi risiko. Hal ini mengindikasikan bahwa  proses belajar mengajar
kewirausahaan  di  IPB  sudah  dalam  jalur  yang  benar.    Karakter  keberanian mengambil  risiko  merupakan  karakter  utama  dari  wirausaha  yang
dinyatakan  dengan  tegas  didalam  mendiskripsikan  seorang  wirausaha, sekaligus sebagai pembeda dari yang bukan wirausaha.
Tabel 2  Skor Karakter Wirausaha Mahasiswa IPB No  Unsur-Unsur Karakter
Skor 0-100
1 Kepribadian
70.3 a. Kebebasan
68.4 b. Disiplin Diri
71.7 c. Dorongan dan Keinginan
69.1 d. Kemampuan menghadapi risiko
71.9 2
Kepercayaan Diri 63.6
Rataan Karakter Wirausaha 63.6
Faktor Determinan Metode Kuliah Kewirausahaan Ideal
Berdasarkan Tabel 3 faktor pertama yang tebentuk dari hasil analisis faktor,  yaitu  sinergi  kuliah-praktikum  dan  metode  berpusat  ke  mahasiswa
dan  praktek.  Faktor  pertama  ini  dicirikan  oleh  enam  subfaktor  yaitu  dosen memberikan  isi  kuliah  sesuai  dengan  slide  yang  ditampilkan,  dosen
memberikan  pengalaman  berwirausaha  ketika  di  perkuliahan,  dosen
Bogor, 18-19 Februari 2013
ISSN 2337-4969 79
memberikan metode belajar bernuansa praktek, metode belajar kuliah yang diharapkan learning student centre, metode belajar kuliah yang diharapkan
practical  learning  centre,  keterkaitan  materi  kuliah  dengan  praktikum. Faktor  determinan  paling  tinggi  pada  faktor  pertama  yaitu  metode  belajar
kuliah yang diharapkan Practical learning centre.
Tabel 3    Hasil Analisis Faktor pada Metode Belajar Kuliah Kewirausahaan Ideal
Faktor Variabel Anggota
Nilai Loading Factor
1 Sinergi
kuliah- praktikum
dan metode berpusat ke
mahasiswa praktek
P20 Dosen memberikan isi kuliah sesuai
dengan slide yang ditampilkan 0.538
P21 Dosen memberikan pengalaman
berwirausaha ketika di perkuliahan 0.746
P23 Dosen memberikan metode belajar
bernuansa praktek 0.848
P25 Metode belajar kuliah yang diharapkan 
Learning student centre 0.626
P26 Metode belajar kuliah yang diharapkan 
Practical learning cntre 0.944
P27 Keterkaitan materi kuliah dengan
praktikum 0.820
2 Penjelasan
aturan perkuliahan
P16 Dosen menjelaskan GBPP ketika di awal
kuliah 0.875
P17 Dosen menjelaskan selang mutu nilai
MK.Kewirausahaan 0.882
P18 Dosen menjelaskan peraturan yang
disepakati mahasiswa dan dosen dalam melakukan perkuliahan
0.785 P19
Dosen menjelaskan isi kuliah sesuai dengan GBPP
0.746 3
Materi kuliah dan
kecakapan dosen
P20 Dosen memberikan isi kuliah sesuai
dengan slide yang ditampilkan 0.585
P22 Dosen memberikan metode belajar
bernuansa teori 0.891
P24 Metode belajar kuliah yang diharapkan 
Learning teaching center berpusat ke dosendosen lebih aktif
0.697
Faktor kedua yang terbentuk yaitu penjelasan peraturan perkuliahan. Variabel yang mencirikan faktor ini yaitu  dosen menjelaskan GBPP ketika di
awal  kuliah,  dosen  menjelaskan  selang  mutu  nilai    mata  kuliah kewirausahaan,  dosen  menjelaskan  peraturan  yang  disepakati  mahasiswa
dan  dosen  dalam  melakukan  perkuliahan,  dan  dosen  menjelaskan  isi  kuliah sesuai  dengan  GBPP.  Faktor  determinan  paling  tinggi  yaitu  dosen
menjelaskan  selang  mutu  nilai  Mata  kuliah  Kewirausahaan.  Hal  ini  dapat meningkatkan motivasi mahasiswa jika mereka mengetahui dari awal selang
nilai  yang  telah  ditetapkan,  sekaligus  dapat  meningkatkan  Sikap  Wirausaha Mahasiswa.
80 ISSN 2337-4969
Faktor  ketiga  yang  terbentuk  yaitu  materi  kuliah  dan  kecakapan dosen dalam mengajar. Faktor determinan tinggi dari faktor ketiga ini yaitu
dosen  memberikan  metode  belajar  yang  bernuansa  teori.  Hal  ini  akan menunjang  dan  memperkuat  dasar  pemikiran  mahasiswa  dalam
melaksanakan praktikum kewirausahaan. Faktor Determinan Metode Belajar Praktikum Kewirausahaan Ideal
Berdasarkan Tabel 4 faktor pertama yang tebentuk dari hasil analisis faktor,  yaitu  penjelasan  peraturan  praktikum.  Faktor  pertama  ini  dicirikan
oleh lima subfaktor yaitu dosenAsisten praktikum menjelaskan GBPP ketika di  awal  praktikum,  dosenAsisten  praktikum  menjelaskan  proporsi  nilai
praktikum  kewirausahaan  terhadapa  nilai  mutu  akhir,  dosenAsisten praktikum  menjelaskan  peraturan  yang  disepakati  mahasiswa  dan  asisten
praktikum  dalam  melakukan  praktikum,  dosenAsisten  praktikum menjelaskan  isi  praktikum  sesuai  dengan  GBPP,  metode  belajar  praktikum
yang  diharapkan  learning  teaching  center.  Faktor  yang  menjadi  penciri paling  kuat  pada  faktor  ini  adalah  dosenAsisten  praktikum  menjelaskan
proporsi nilai praktikum kewirausahaan terhadap nilai mutu akhir. Tabel 4    Hasil Analisis Faktor pada Metode Belajar Praktikum
kewirausahaan Ideal
Faktor Variabel Anggota
Nilai Loading Factor
1 Penjelasan
Peraturan Praktikum
P42 DosenAsisten praktikum menjelaskan
GBPP ketika di awal praktikum 0.894
P43 DosenAsisten praktikum menjelaskan
proporsi nilai praktikum kewirausahaan terhadapa nilai mutu akhir
0.906 P44
DosenAsisten praktikum menjelaskan peraturan yang disepakati mahasiswa
dan asprak dalam melakukan praktikum 0.821
P45 DosenAsisten praktikum menjelaskan
isi praktikum sesuai dengan GBPP 0.700
P48 Metode belajar praktikum yang
diharapkan learning teaching center 0.744
2 Kecakapan
DosenAsisten Praktikum
dan pusat pembelajaran
P46 DosenAsisten praktikum memberikan
pengalaman berwirausaha ketika di praktikum
0.832 P47
DosenAsisten praktikum komunikatifcakap dalam
menyampaikan materi praktikum 0.801
P49 Metode belajar praktikum yang
diharapkan  learning student center 0.632
P50 Metode belajar praktikum yang
diharapkan  practical based learning 0.845
Faktor  kedua  yang  terbentuk  yaitu  Kecakapan  DosenAsisten Praktikum dan pusat pembelajaran. Faktor determinan yang tertinggi dengan
faktor  ini  yaitu  metode  belajar  praktikum  yang  diharapkan  practical  based
Bogor, 18-19 Februari 2013
ISSN 2337-4969 81
learning. Jadi, metode belajar ideal yang diharapkan mahasiswa yaitu lebih banyak pada kegiatan praktikum.
5. Kesimpulan
Perilaku  wirausaha  Mahasiswa  IPB  tergolong  tinggi,  dengan  tingkat pengetahuan  wirausaha  yang  sangat  tinggi,  sikap  wirausaha  sedang,  dan
tindakan  wirausaha  yang  tinggi.    Karakter  wirausaha  Mahasiswa  IPB  di bentuk  oleh  kemampuannya  menghadapi  risiko,  disiplin  diri,  dan  motivasi
atau keinginan diri yang kuat.
Faktor  determinan  proses  belajar  mengajar  kewirausahaan  di  IPB adalah Practical Learning Centre, dosen menjelaskan selang mutu nilai, dosen
memberikan  metode  belajar  yang  bernuansa  teori,  dan  dosenAsisten praktikum  menjelaskan  proporsi  nilai  praktikum  kewirausahaan  terhadap
nilai mutu akhir serta Practical Based Learning. Daftar Pustaka
Bygrave  WD.    2004.    The  Portable  MBA  in  Entrepreneurship:  Third
Editionedited by William D. Bygrave , Andrew Zacharakis. – Ed. 3 –
New Jersey : John Willey  Sons Inc. Carree MA, Thurik R.   2003.  The Impact of Entrepreneurship  on Economic
Growth.  in David B. Audretsch and Zoltan J. Acs eds., Handbook of Entrepreneurship  Research,  BostonDordrecht:Kluwer-Academic
Publishers: 437 –471.
Dabson B.  2005.  Entrepreneurship as a Core Economic Development Strategy for  Rural  America.  Truman  School  of  Public  Affairs,  University  of
Missouri-Columbia. Davidsson  P.    2003,  The  Domain  of  Entrepreneurship  Research:  Some
Suggestions.  in Jerome A. Katz and Dean Shepherd eds.. Cognitive Approaches
to Entrepreneurship
Research, Advances
in Entrepreneurship, Firm Emergence and Growth 6: 315
–372. Dollinger  MJ.  2003.  Entrepreneurship
–Strategies  and  Resources.  Pearson International Edition, New Jersey.
Duczkowska- Małysz  K.
.  Entrepreneurialism  of  rural  areas; multifunctional villages. Warszawa.
Kirzner  IM.  1973.    Competition and  Entrepreneurship.  Chicago:  University  of Chicago Press.
Lauwere  C,  de  Verhaar  K,  Drost  H.  2002.  The  Mystery  of  Entrepreneurship; Farmers looking for new pathways in a dynamic society, In Dutch with
English summary.  Wageningen University and Research Centre. McClelland  DC.    1961.  The  Achieving  Society.  D.  Van  Nostrand.  Place  of
Publication: Princeton, NJ. Publication. Wennekers  S,  Thurik  R.    1999.    Linking  Entrepreneurship  and  Economic
Growth.  Small Business Economics 13 1: 27 –55.
Yang  K.    2007.    Entrepreneurship  in  China.  Published  by  Ashgate  Publishing Limited  Gower  House    Croft  Road    Aldershot      Hampshire  GU11
England.
82 ISSN 2337-4969
PROTOTIPE PERMAINAN EDUKASI BERBASIS RPG SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN MANDIRI DAN INOVATIF
Hartrisari
8
dan Rafanoharana
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB SEAMEO BIOTROP
CIFOR
Abstrak
Kondisi  pendidikam  di  Indonesia  saat  ini  masih  dinilai  tertinggal dibandingkan  negara-negara  Asean.  Beberapa  faktor  yang  menyebabkan
kondisi  tersebut  adalah  faktor  ekonomi,  sarana  prasarana,  kurikulum  dan kualifikasi pengajar. Saat ini, pengajar berfokus pada penyelesaian materi dan
umumnya  masih    memanfaatkan  media  ajar  dalam  bentuk  ceramahtatap muka. Dengan akan diberlakukannya kurikulum 2013, maka pengajar dituntut
lebih kreatif dalam memberikan pengajaran agar peserta didik dapat belajar secara lebih mandiri. Dengan perkembangan teknologi informasi maka banyak
media  ajar  yang  dapat  dikembangkan  dalam  rangka  meningkatkan  kualitas pendidikan. Salah satu bentuk media ajar adalah permainan edukasi berbasis
RPG  maker.  Sebagai  contoh  pada  makalah  ini,  permainan  edukasi  berjudul
Savior  of  the  Earth   berbasis  RPG  maker  telah  mampu  menunjukkan kinerjanya  sebagai  media  belajar  mandiri  dan  inovatif  untuk  mata  ajaran
lingkungan  bagi  tingkat  sekolah  dasar.  Permainan  edukasi  ini  dapat memberikan motivasi belajar secara mandiri bagi peserta didik dalam rangka
memahami  materi  ajar,  dan  pengajar  baik  guru  maupun  orang  tua  dapat mengevaluasi hasil belajar melalui akumulasi nilai pada permainan ini.
Kata kunci : permainan edukasi, RPG maker, inovatif, mandiri 1. Pendahuluan
Sesuai  dengan  Undang-Undang  Dasar  1945  pasal  31  ayat  1  sampai dengan  5  dinyatakan  bahwa  setiap  warga  negara  berhak  mendapat
pendidikan dan
pemerintah wajib
membiayainya, pemerinyah
menyelenggarakan  satu  sistem  pendidikan  nasional  dan  memprioritaskan anggaran untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu kebijakan pemerintah terkait
penyelenggraan  pendidikan  adalah  program  wajib  belajar  9  tahun  yang dimulai  sejak  tahun  1994  dan  merupakan  kelanjutan  dari  program  wajib
belajar 6 tahun. Sejak tahun 2012 mulai dicanangkan rencana program wajib belajar 12 tahun.
Pada  kenyataannya  kondisi  pendidikan  di  Indonesia  masih  sangat tertinggal  dibandingkan  negara-negara  di  kawasan  ASEAN.  Berdasarkan
8
Email: saribiotrop.net
Bogor, 18-19 Februari 2013
ISSN 2337-4969 83
laporan  Education  for  all  Global  Monitoring  Report  UNESCO,  2011 dinyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dalam
Education  Development  Index  dengan  banyaknya  jumlah  siswa  yang  putus sekolah.  Menurut  Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  banyaknya
siswa  yang  putus  sekolah  disebabkan  tingginya  biaya  pendidikan  yang membuat  siswa  tidak  dapat  melanjutkan  pendidikannya.  Hal  ini  menjadi
ironis
mengingat seharusnya
pemerintah menyediakan
anggaran penyelenggaraan pendidikan dasar. Dunia pendidikan juga dihadapkan pada
tantangan  untuk  meningkatkan  akses,  pemerataan  dan  kualitas  layanan pendidikan  terutama  untuk  jenjang  pendidikan  dasar.  Alasan  masih  adanya
anak-anak  yang  tidak  sekolah  terutama  dikarenakan  alasan  ekonomi  atau tinggal di  daerah terpencil yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan.
Program wajib belajar 9 tahun masih memiliki kendala dalam implementasi dengan ditemukannya beberapa sekolah yang masih menarik berbagai iuran
yang  memberatkan  orang  tua  terutama  keluarga  miskin.  Sarana  dan prasarana  pendidikan  juga  sangat  minim.  Survey  pada  tahun  2012
membuktikan bahwa pada jenjang SD baru 3.29 atau 146904 unit sekolah yang dikategorikan pada sekolah standar nasional, 51.71.
Dari sisi pengajar, secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas guru dan  kompetensi  guru  di  Indonesia  juga  masih  belum  sesuai  dengan  yang
diharapkan.  Dari  sisi  kualifikasi  pendidikan,  hingga  saat  ini,  dari  2,92  juta guru,  baru  sekitar  51  persen  yang  berpendidikan  S-1  atau  lebih,  sedangkan
sisanya  belum  berpendidikan  S-1.  Dari  sisi  kurikulum  banyak  guru mengeluhkan  bahwa  penerapan  kurikulum  saaat  ini  membuat  para  guru
sibuk  menyelesaikan  materi  pelajaran  selama  semester  berlangsung. Mayoritas  guru  juga  masih  menggunakan  metoda  ceramah  sebagai  cara
pembelajaran.
Dalam  rangka  meningkatkan  kualitas  pendidikan,  apalagi  dengan penerapan  kurikulum  2013,  guru  dituntut  lebih  kreatif  dan  inovatif  dalam
melaksanakan  proses  belajar  mengajar  di  sekolah.  Salah  satu  media  yang dapat  digunakan  dalam  proses  belajar  mengajar  adalah  media  permainan.
Sebagai  media  pembelajaran,  permainan  memiliki  beberapa  kelebihan, antara  lain  melibatkan  partisipasi  aktif  dari  peserta  didik  untuk  belajar,
memberikan  umpan  balik,  menyelesaikan  persoalan  dengan  memberikan pengalaman  nyata  serta  dapat  diulangi  sebanyak  yang  dikehendaki.
Permainan  juga  bersifat  luwes  dan  dapat  dipakai  untuk  berbagai  tujuan pendidikan, mudah dibuat dan diperbanyak.
RPG  Role  Play  Game  maker  merupakan  salah  satu  perangkat  lunak yang  daot  digunakan  dalam  pembuatan  permainan  edukasi.  Sesuai  dengan
namanya,  maka  permainan  yang  dibuat  dengan  perangkat  lunak  ini menggunakan  tokoh-tokoh  khayalan  yang  harus  membentuk  suatu  cerita
yang terintegrasi. Pembuat permainan perlu membuat rangkaian cerita yang dapat merepresentasikan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tujuan
Makalah  ini bertujuan untuk  membuat  prototype  permainan  edukasi berbasis  RPG  maker  yang  dapat  digunakan  sebagai  alat  pembelajaran