memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Hanya beberapa jenis rayap yang hidup di daerah padang pasir, tanah pasir yang terbuka dan memiliki sifat
semi kering dan basah. Pada area berpasir, rayap dapat meningkatkan infiltrasi air dan mengembalikannya ke bagian atas tanah.
2.4 Tipe Vegetasi
Sarang rayap Anoplotermes paciticus yang terdapat di dalam tanah dapat dilubangi oleh akar tanaman. Akar-akar tanaman tersebut dimakan oleh rayap,
tapi tidak menyebabkan tanaman tersebut mati, karena sebagian besar akar yang tidak dimakan oleh rayap dapat menyerap bahan-bahan organik yang ada pada
sarang rayap. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara rayap dengan tumbuhan yang sama-sama menggunakan tanah sebagai tempat hidupnya.
2.5 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangaan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan musuh alami.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraki dan saling mempengaruhi satu sama lain. Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang secara bersama-sama
mempengaruhi aktvitas rayap. Perubaahan kondisi lingkungan menyebabkan perubahan perkembangan, aktivitas, dan perilaku rayap.
a. Curah Hujan
Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan berguna untuk merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang. Laron
tidak keluar jika curah hujan rendah. Curah hujan yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan aktivitas rayap. Curah hujan umumnya memberikan
pengaruh fisik secara langsung pada kehidupan koloni rayap. Khususnya yang membangun sarang di dalam atau di permukan tanah. Curah hujan
memberikan pengaruh tidak langsung melalui perubahaan kelembaban dan kadar air kayu.
b. Kelembaban
Perubahaan kelembaban sangat mempengaruhi aktivitas jelajah rayap. Pada kelembaban yang rendah, rayap bergerak menuju daerah yang
lebih rendah. Namun demikian rayap dapat menjaga kelembaban di dalam liang-liang kembaranya sehingga memungkinkan rayap bergerak ke daerah
yang lebih kering.
c. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi hidup serangga, baik terhadap perkembangan maupun aktivitasnya. Pengaruh
suhu pada serangga terbagi menjadi beberapa kisaran. Pertama suhu maksimum dan minimum yaitu kisaran suhu terendah dan tertinggi yang
dapat menyebabkan kematian pada serangga; yang kedua adalah suhu estivasi atau hibernasi yaitu kisaran suhu di atas atau di bawah suhu
optimum yang dapat mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dorman; dan ketiga adalah kisaran suhu optimum. Pada sebagian
besar serangga suhu optimumnya adalah 15-18°C.
2.6 Teknik Perlindungan
Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu
bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan
pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai
kayu. Cara pengawetan kayu bangunan yang umum digunakan adalah vakum- tekan, rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Pengawetan secara vakum-
tekan dilakukan dengan pemberian vakum dan tekanan salama proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu bangunan. Pengawetan secara
rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah
dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin.
Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti
jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan
dengan cara injeksipenyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan. Pada bangunan yang sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak-
dilakukan baik dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun secara injeksipenyuntikan pada pondasi, lantai dan dinding.