c. Suhu
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi hidup serangga, baik terhadap perkembangan maupun aktivitasnya. Pengaruh
suhu pada serangga terbagi menjadi beberapa kisaran. Pertama suhu maksimum dan minimum yaitu kisaran suhu terendah dan tertinggi yang
dapat menyebabkan kematian pada serangga; yang kedua adalah suhu estivasi atau hibernasi yaitu kisaran suhu di atas atau di bawah suhu
optimum yang dapat mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dorman; dan ketiga adalah kisaran suhu optimum. Pada sebagian
besar serangga suhu optimumnya adalah 15-18°C.
2.6 Teknik Perlindungan
Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu
bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan
pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai
kayu. Cara pengawetan kayu bangunan yang umum digunakan adalah vakum- tekan, rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Pengawetan secara vakum-
tekan dilakukan dengan pemberian vakum dan tekanan salama proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu bangunan. Pengawetan secara
rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah
dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin.
Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti
jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan
dengan cara injeksipenyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan. Pada bangunan yang sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak-
dilakukan baik dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun secara injeksipenyuntikan pada pondasi, lantai dan dinding.
2.7 Efikasi Bahan Pengawet
Efikasi bahan pengawet merupakan besarnya daya tahan bahan pengawet yang digunakan pada kayu bangunan terhadap serangan organisme perusak.
Arifin, Z dan Irvin D.2002 mengemukakan bahwa kayu pulai Alstonia scholaris RBr. bila dilakukan pengawetan secara pemulasan, pencelupan dan perendaman
dengan menggunaan larutan bahan pengawet boraks 5, menunjukkan hasil yang berbeda terhadap intensitas serangan jamur biru. Rataan persentase serangan
jamur biru dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Presentase serangan jamur biru
Cara Pengawetan Rataan
Pemulasaan 64.01
Pencelupan
42.20
Perendaman
11.55 Perbedaan intensitas serangan jamur biru pada kayu pulai terjadi karena
peresapan bahan pengawet ke dalam kayu yang berbeda. Ekstrak daun tembakau di dalam air panas dengan formula 120 gram per 1000 ml air bila digunakan
sebagai bahan pengawet pada kayu kelapa secara rendaman, menyebabkan mortalitas rayap kayu kering sebesar 96 Hadikusumo, S.A. dkk 2002.
3 METODA PENELITIAN
Penelitian ini dikelompokkan dalam beberapa tahapan kegiatan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Tahapan kegiatan tersebut meliputi:
1. Pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan, 2. Pengkajian pengaruh kondisi lingkungan terhadap serangan organisme
perusak, 3. Intensitas serangan organisme perusak dan
4. Pengkajian tingkat efikasi bahan pengawet dan teknis perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak.
3.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan ketinggian tempat dan tipe iklim. Ketinggian tempat dikelompokkan
menjadi dua kategori ketinggian yaitu dataran rendah dan dataran sedang. Pengelompokkan tipe iklim berdasarkan kategori tipe iklim Schmidt dan Ferguson