Teknik Perlindungan Perlindungan Investasi Konstruksi dari Serangan Organisme Perusak Rayap Tanah

yang membagi menjadi lima tipe yaitu, A, B, C, D dan E. Karna ketrebatasan jarak maka hanya dipilih dua tipe iklim, yaitu tipe iklim B yang terdapat pada daerah Bogor dan tipe iklim D pada daerah Cirebon.

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan

Pada kegiatan pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan, variabel yang diamati meliputi umur bangunan, peruntukan bangunan, tipe bangunan, kondisi bangunan dan jenis organisme perusak. Unit contoh yang dipilih berupa bangunan yang berfungsi sebagai hunian maupun peruntukan lain yang dipilih secara acak dengan sebaran yang merata di setiap lokasikota penelitian. Pada setiap unit contoh dilakukan pengamatan kondisi bangunan dan wawancara dengan penghuni atau pemilik bangunan. Pengambilan spesimen organisme perusakrayap dilakukan secara langsung dengan tahapan sebagai berikut:  Pada setiap bangunan yang diamati, dicari bagian bangunan yang terserang rayap atau di sekitar bangunan pada tunggak kayu atau potongan kayu, dan tanaman; atau dapat juga dikumpulkan dari tempat lain asal dari wilayah yang sama.  Rayap yang dijumpai dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan menyertakan kasta pekerja dan prajurit.  Rayap yang terkumpul dimasukkan pada betel koleksi yang berisi alkohol 70 .  Botol koleksi diberi label yang berupa nama lokasi, tanggal pengambilan dan jumlah rayap.  Selanjutnya dilakukan identifikasi rayap di laboratorium.

3.2.2 Pengkajian pengaruh kondisi lingkungan terhadap serangan

organisme perusak Dalam pengkajian ini dilakukan pengamatan atau pengambilan data sekunder variabel lingkungan yaitu tipe iklim, ketinggian tempatdaerah, suhu, kelembaban dan tekstur tanah. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap lokasikota penelitian. Cara pengambilan sampel tanah sebagai berikut:  Menggali atau membuat lubang pada tanah dari bagian permukaan tanah hingga kedalaman 30 cm dengan ukuran lubang tidak terlalu besar.  Tanah bagian atas hingga kedalaman 30 cm dicampur dan diambil dikumpulkan ke dalam kantung plastik sebanyak 0.5 kg.  Kantung plastik ditutup rapat dan sebelum dikirim ke laboratorium harus disimpan pada tempat yang teduhsejuk tidak terpapar sinar matahari langsung.  Kantung plastik diberi label lokasi dan waktu pengambilan. Selain pengambilan data tersebut, juga dilakukan pemasangan kayu umpan. Kayu umpan yang dipasang terdiri dari tiga kelas awet yaitu kayu kelas awet rendah, kayu kelas awet sedang, dan kayu kelas awet tinggi. Lokasi pemasangan kayu umpan dipilih sedemikian rupa pada daerah-daerah yang diduga disukai oleh rayap seperti dekat perakaran tanaman, bukan daerah tergenang air atau terlalu basah, tidak terkena cucuran air hujan dari atap dan tidak terpapar sinar matahari yang terlalu tinggi. Tahapan pemasangan kayu umpan dilakukan sebagai berikut :  Kayu-kayu umpan yang telah dipersiapkan, ditanam ke dalam tanah pada lima lokasi pengamatan di setiap lokasi kota penelitian.  Kedalaman penanaman kayu umpan adalah 17 cm.  Kayu umpan diletakkan di halaman bangunan yang disurvei yang dipilih terutama yang telah terserang rayap.  Lama pengumpanan adalah 45 - 60 hari.  Setelah 45 - 60 hari kayu umpan dicabut dengan hati-hati dan rayap yang menyerang kayu umpan dikumpulkan pada betol koleksi.  Botol koleksi diberi label yang berupa nama lokasi, tanggal pengambilan dan jumlah rayap.  Selanjutnya dilakukan identifikasi rayap di laboratorium. Pada kayu umpan yang terserang rayap, dilakukan penghitungan persen kerusakan kayu yang terjadi. Gambar 2. Pemasangan Kayu Umpan Gambar 3. Perlindungan kayu umpan