Tujuan Perlindungan Investasi Konstruksi dari Serangan Organisme Perusak Rayap Tanah

Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan tanah, tetapi kayu yang tidak langsung berhubungan dengan tanah pun dapat diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis yang termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae adalah Coptotermes yang banyak merusak kayu, seperti pagar, tiang listrik dan kayu perumahan. Famili Termitidae dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat membangun bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air. Rayap merupakan organisme perusak pada bangunan. Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Apabila rayap tidak berada di dalam koloninya, maka rayap tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk hidup lebih lama. Dalam koloni, rayap terbagi berdasarkan spesialisasi atau kasta yang masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Kasta tersebut meliputi kasta prajurit, kasta pekerja atau kasta palsu dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut atau vertebrata predator. Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap, karena 80 - 90 populasi dalam koloni merupakan kasta pekerja Nandika, D et al, 2003. Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi juga mencakup daerah sub tropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan batas 50° Lintang Utara dan 50° 50° Lintang Selatan. Berkembangnya permukiman di berbagai daerah akan cenderung meningkatkan serangan rayap, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat keawetan kayu bangunan yang digunakan dan berkurangnya sumber makanan alami bagi rayap. Usaha pengendalian serangan rayap pada bangunan semakin berkembang, hal ini terlihat dari munculnya industri termitisida bahkan industri jasa pengendalian rayap. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi usaha pencegahan dan pemberantasan atau perbaikan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang sangat dianjurkan adalah melakukan pencegahan serangan rayap pada saat pra konstruksi. Pengendalian ini masih menggunakan termitisida yang diaplikasikan baik pada kayu bangunan melalui pengawetan kayu wood treatment maupun dengan perlakuan tanah soil treatment. Di samping dengan termitisida, juga telah berkembang cara pencegahan serangan rayap yang ramah lingkungan yaitu dengan bahan penghalang fisik physical barrier yang dapat mencegah penetrasi rayap tanah pada bangunan dan dengan teknologi pengumpanan baitinq yang dapat mengeliminasi koloni rayap. Prosedur untuk mendeteksi adanya serangan rayap tanah pada bangunan menurut Nandika et al 2003 sebagai berikut: a. Pemeriksaan harus membawa peralatan seperti obeng, pahat, pisau, lampu penerang, respirator dan pakaian kerja. Untuk mengidentifikasi rayap yang menyerang bangunan, seorang pemeriksa harus membawa bahan dan peralatan koleksi rayap mengingat identifikasi lebih mudah dilakukan di laboratorium. b. Bagian yang berhubungan dengan tanah harus diperiksa terlebih dahulu, termasuk bagian fondasi, sloat, lantai dasar, liang, serambi, dasar tangga dan sebagainya. c. Tempat-tempat basah atau lembab seperti kamar mandi, ruang cuci, daerah sekitar AC dan saluran air merupakan tempat yang disenangi rayap dan paling mungkin terserang. d. Liang kembara merupakan petunjuk adanya serangan rayap yang paling penting. e. Apabila rayap ditemukan menyerang lantai atas tanpa ada serangan di lantai bawah, maka mungkin rayap menyerang melalui celah-celah pada dinding, saluran lift, saluran kabel listrik dan telepon. f. Daerah di sekitar bangunan juga harus diperiksa untuk menemukan tempat- tempat yang diduga menjadi sarang rayap. Serangan rayap kayu kering diketahui dengan mengetuk-ngetuk dan menekan kayu dan ditandai dengan keluarnya butiran-butiran kecil berwarna kecoklatan seperti butiran kayu. Aktivitas rayap di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: tanah, tipe vegetasi, Iklim, lingkungan dan ketersediaan air.

2.2 Iklim Indonesia

Klasifikasi iklim di Indonesia pada umumnya hanya memakai unsur iklim curah hujan, hal ini dikarenakan unsur iklim suhu udara di Indonesia sepanjang tahun hampir konstan, tetapi sebaliknya unsur iklim curah hujan sangat berubah terhadap musim. Schmidt dan Ferguson menentukan jenis iklim di Indonesia berdasarkan perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah yang didefinisikan dengan besaran Q. Nilai Q dihitung dengan rumus: Q = Jumlah rata-rata bulan kering Jumlah rata-rata bulan basah Klasifikasi iklim Indonesia tersebut sebagai berikut: A = 0 ≤Q 0,143, daerah sangat basah, hutan hujan tropis; B = 0,143 ≤Q 0,333, daerah basah, hutan hujan tropis; C = 0,333 ≤Q 0,600, daerah agak basah, hutan rimba peluruh daun gugur pada musim kemarau; D = 0,600 ≤Q 1,000, daerah sedang, hutan peluruh; E = 1,000 ≤Q 1,670, daerah agak kering, padang sabana. Penyebaran tumbuh-tumbuhan pada zone panas adalah padi, kelapa, kelapa sawit, jagung, tebu, kopi, dan perkebunan karet Havea braziliensis. Batas produktif untuk karet kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut. Pada zone sedang sejuk, umumnya mulai adanya lahan yang cocok untuk perkebunan teh Tea assamica dan Tea Cinica dan perkebunan kina Cinchonna. Pertanian hortikultura adalah kol, kacang, tomat, kentang, dan cabe. Zona dingin masih