Telepon Keragaan Infrastruktur Ekonomi

44 Tabel 4.6. Perkembangan Jumlah Keluarga Pengguna Telepon di 25 Kabupaten Tertinggal KTI, Tahun 2003 dan 2007 No. Kabupaten Pengguna Telepon keluarga Pertumbuhan 2003 2007 1 Kupang 593 612 0,79 2 Timor Tengah Selatan 2.142 2.142 0,00 3 Belu 2.071 2.071 0,00 4 Alor 748 876 4,03 5 Flores Timur 1.017 1.141 2,92 6 Sambas 5.564 5.805 1,07 7 Bengkayang 2.234 2.247 0,15 8 Sanggau 2.843 3.214 3,11 9 Katingan 1.252 1.462 3,95 10 Gunung Mas 410 460 2,92 11 Kutai Barat 641 687 1,75 12 Kepulauan Talaud 533 469 -3,15 13 Banggai 4.595 4.595 0,00 14 Morowali 1.017 1.043 0,63 15 Selayar 1.338 1.854 8,50 16 Jeneponto 2.622 3.030 3,68 17 Barru 2.763 2.894 1,16 18 Majene 1.092 1.057 -0,81 19 Maluku Tenggara Barat 979 1.005 0,66 20 Buru 912 912 0,00 21 Merauke 5.126 7.868 11,31 22 Boven Digoel 38 48 6,01 23 Mappi 164 269 13,17 24 Asmat 49 78 12,32 25 Nabire 4.133 4.361 1,35 Rata-rata 1.795 2.008 2,84 Sumber: Statistik Potensi Desa 2003-2007, BPS diolah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Analisis Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap

Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal KTI Analisis pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu: 1. Pengujian Kesesuaian Model Pemilihan Model Terbaik Pengujian kesesuaian model yang dilakukan pertama kali dalam penelitian ini adalah pengujian dengan metode Chow test. Chow test dilakukan untuk menentukan model terbaik dalam pemilihan model pooled OLS atau model fixed effect. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan nilai F statistik sebesar 95,67. Hasil ini cukup signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,0000 sehingga dapat disimpulkan untuk menolak Ho pada taraf α = 1, sehingga model terbaik yang dipilih adalah model fixed effect. Hasil estimasi persamaan pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi 25 kabupaten tertinggal KTI menunjukkan bahwa model fixed effect dapat lebih baik menjelaskan model dibandingkan dengan random effect. Hal ini terlihat dari signfikansi variabel bebas yang lebih baik dan nilai adjusted R 2 yang lebih tinggi dengan model fixed effect, dibandingkan dengan menggunakan model random effect. Nilai adjusted R 2 pada model fixed effect adalah sebesar 99,51 persen dan nilai adjusted R 2 pada model random effect sebesar 56,26 persen. Variabel bebas yang signiifkan pada model fixed effect sebanyak 5 variabel sedangkan pada random effect 46 sebanyak 2 variabel. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diputuskan bahwa model fixed effect adalah model yang lebih baik dalam mengestimasi pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Pengujian Asumsi Pengujian asumsi dilakukan untuk melihat apakah model terbebas dari autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. Tabel 5.1. Hasil Estimasi Persamaan Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal KTI Sumber: Hasil Olahan Ket: signifikan pada α=0,01 signifikan pada α=0,05 Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Probabilita Elastisitas C 60,03384 75,83721 0,791615 0,4328 LISTRIK 0,009646 0,001785 5,403073 0,0000 0,2522 TELEPON 0,033703 0,011884 2,83612 0,0069 0,0689 JALAN 0,09358 0,042997 2,176412 0,0349 0,0974 PUSKESMAS 0,524662 2,126966 0,246672 0,8063 0,0095 SEK OLAH 1,452579 0,279953 5,188647 0,0000 0,4850 Dummy PROGRAM 19,85286 9,20495 2,156759 0,0365 0,0157 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables Weighted Statistics R-squared 0,997129 Mean dependent var 1362,512 Adjusted R-squared 0,995172 S.D. dependent var 911,6437 S.E. of regression 72,72973 Sum squared resid 232743 F-statistic 509,4173 Durbin-Watson stat 2,495041 ProbF-statistic 0,00000