Jenis dan Sumber Data Model Penelitian Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

20

3.2.2. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tujuan utama penggunaan persamaan regresi adalah untuk memperkirakan nilai dari variabel tak bebas pada nilai variabel bebas tertentu Supranto, 2000. Atas dasar tersebut penulis menggunakan metode ini untuk menjelaskan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian ini analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi data panel, untuk menjelaskan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi 25 kabupaten tertinggal KTI. Sehubungan dengan digunakannya data panel dalam penelitian ini, maka data yang digunakan akan dianalisis menggunakan teknik estimasi data panel, yaitu dengan metode Ordinay Least Squares OLS menggunakan teknik Pooled OLS Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Kemudian berdasarkan hasil dari ketiga model tersebut, akan ditentukan model mana yang lebih tepat menjelaskan faktor-faktor di bidang infrastruktur yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan uji kesesuaian model dengan Chow test dan Haussman Test.

3.2.2.1. Model Pooled OLS Constant Coefficient Model

Model Pooled OLS adalah salah satu tipe model data panel yang memiliki koefisien yang konstan untuk intersep dan slope. Untuk model data panel ini dapat menggunakan metode Ordinary Least Squares Regression Model. Model pooled OLS dapat didefinisikan 21 ke dalam model berikut: it it X Y β α + = ∧ ……………………...........................................3.1 dimana i menunjukkan urutan kabupaten yang diobservasi pada data cross-section, sedangkan t menunjukkan periode pada data time-series. Namun, pada metode ini asumsi yang digunakan menjadi sangat terbatas karena pada model tersebut diasumsikan intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap kabupaten yang diobservasi. Penggunaan asumsi ini secara logika menyebabkan model pooled OLS menjadi tidak cukup tepat menjelaskan model dalam penelitian ini. Untuk itu dilakukan uji kesesuaian model dengan Chow test untuk menentukan jika model sesuai menggunakan model pooled OLS.

3.2.2.2. Model Fixed Effect

Tipe model data panel ini memiliki konstan slope namun memiliki intersep yang bergantung pada data panel dari serangkaian grup observasi cross section dalam hal ini adalah kabupaten yang diobservasi. Model ini dikenal juga sebagai Least Squares Dummy Variable Model, karena sebanyak i-1 variabel dummy digunakan dalam model ini. Persamaan model ini adalah sebagai berikut: …… 3.2 22

3.2.2.3. Model Random Effect

Dalam model ini terdapat perbedaan intersep untuk setiap kabupaten dan intersep tersebut merupakan variabel random atau stokastik. Sehingga dalam model random effects terdapat dua komponen residual, yakni residual secara menyeluruh it ε dan residual secara individu. Persamaan model random effects dapat ditulis sebagai berikut: ……….3.3 Piranti lunak yang digunakan dalam membantu pengolahan untuk analisis regresi data panel adalah Eviews 5.1. yang merupakan program pengolahan dan analisis data yang dapat digunakan untuk membantu penelitian di bidang statistika dan ekonometrika.

3.3. Metode Pemilihan Model Uji Kesesuaian Model

3.3.1. Chow Test

Gujarati dalam Hartati 2008 menjelaskan bahwa Chow test digunakan untuk menentukan model yang akan digunakan, apakah lebih tepat dijelaskan oleh model Pooled OLS atau model Fixed Effect. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa asumsi konstan slope dan intersep pada model Pooled OLS pada kenyataannya tidak cukup realistis. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: 23 H : Model adalah model Pooled Least Square H 1 : Model adalah model Fixed Effect Dasar penolakan terhadap H adalah dengan menggunakan F-statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow: 1 2 2 1 K N NT ESS N ESS ESS statistic F − − − − = − ………….……..3.4 dimana: 1 ESS = Residual Sum Square hasil pendugaan model pooled least square 2 ESS = Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas Statistik Chow test mengikuti distribusi F-statistic dengan derajat bebas N-1,NT-N-K, jika nilai CHOW statistic F-stat hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

3.3.2. Haussman Test

Gujarati dalam Hartati 2008 menjelaskan bahwa pengujian yang dilakukan setelah Chow Test adalah Haussman Test, yang digunakan untuk menentukan apakah model lebih tepat dijelaskan dengan model fixed effect atau model random effect. Hausman test dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: 24 H : Model adalah model Random Effect H 1 : Model adalah model Fixed Effect Dasar penolakan H dengan membandingkan Statistik Hausman dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan: 1 1 b M M b m − − − = − β β 2 χ ≈ …...……..3.5 Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed effect model , dan 1 M adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model . H ditolak jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari 2 χ -tabel, sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu pula sebaliknya.

3.4. Model Penelitian Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Pada penelitian ini modal infrastruktur dipecah menjadi modal infrastruktur bidang ekonomi dan sosial. Infrastruktur bidang ekonomi terdiri dari variabel panjang jalan, jumlah rumah tangga pengguna listrik dan jumlah rumah tangga pengguna telepon., sedangkan infrastruktur sosial terdiri dari variabel jumlah puskesmas dan jumlah SD dan SMP per 1000 penduduk. Secara matematis, hubungan antara variabel-variabel yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : PDRB it = α o + α 1 LIS it + α 2 TLPit + α 3 JLN it + α 4 PUS it + α 5 SEK it + α 6 PROG it + μ it ……………………..…………………………………………………………3.6 25 dimana: PDRB it = Besaran Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 miliar rupiah α o = intercept α 1 – α 6 = parameter infrastruktur dan program P2IPDT µ it = error term LIS it = Jumlah keluarga pengguna listrik keluarga TLP it = Jumlah keluarga pengguna telepon keluarga JLN it = Panjang jalan km PUSK it = Jumlah puskesmas unit SEK it = Jumlah sekolah per 1000 penduduk unit PROG it = Dummy variabel program bantuan KNPDT, yang bernilai 0 sebelum P2IPDT dan 1 setelah P2IPDT Pemilihan variabel didasarkan pada indikator yang digunakan oleh KNPDT sebagai kriteria penentuan daerah tertinggal. Pemilihan keluarga pengguna listrik dan telepon serta jumlah puskesmas dan sekolah karena erat kaitannya dengan program P2IPDT, dimana melalui P2IPDT, KNPDT melakukan pembangunan infrastruktur di bidang energi, telekomunikasi, transportasi dan pelayanan sosial dasar. Variabel jumlah keluarga pengguna listrik dan telepon juga dipilih sebagai variabel di dalam model karena keluarga pengguna listrik dan telepon menentukan akses rumah tangga terhadap energi listrik dan telepon yang menentukan produktivitas individu dan merupakan salah satu input produksi. 26

3.5. Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa model telah memenuhi persyaratan asumsi yang telah ditetapkan. Nachrowi dan Usman 2006 menyatakan bahwa pengujian asumsi tersebut dilakukan untuk menguji asumsi terbebasnya model dari autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. 1. Pengujian Asumsi Autokorelasi Pengujian asumsi autokorelasi dilakukan untuk memastikan terbebasnya model dari autokorelasi. Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin-Watson. Model dapat dikatakan terbebas dari autokorelasi apabila nilai Statistik Durbin Watson berada pada kisaran nilai 2. Statistik Durbin Watson dirumuskan dengan: d = ∑ ∑ = = − − n t n t t t e e e 1 2 2 1 ………………….................3.7 2. Pengujian Asumsi Multikolinieritas Pengujian asumsi multikolinieritas dilakukan untuk memastikan model terbebas dari multikolinieritas atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan linier antarvariabel bebas. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai korelasi pearson antarvariabel indpenden dan variance inflation factor VIF. Nachrowi dan Usman 2006 menyatakan bahwa dampak adanya multikolinearitas yang tinggi antara lain: 27 a. Varians koefisien regresi menjadi besar sehingga interval kepercayaan confidence interval menjadi lebar. b. Varians yang besar juga dapat menyebabkan biasnya hasil estimasi pada uji-t dimana taksiran β menjadi idak signifikan. c. Multikolinieritas dapat mengakibatkan banyak vaiabel yang tidak signifikan meskipun koefisien determinasi R 2 tinggi dan uji F signifikan. d. Angka estimasi koefisien regresi yang didapat akan memunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, atau kondisi yang dapat diduga akal sehat sehingga dapat menyesatkan interpretasi. 3. Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Pengujian asumsi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua metode,