Bidang Kesehatan Keragaan Infrastruktur Sosial

36 masing-masing tercatat memiliki puskesmas sebanyak 8 unit. Jumlah yang relatif rendah ini disebabkan faktor geografis kabupaten ini, dmana letak daerahnya terpencil dan sulit untuk dijangkau. Tabel 4.2. Perkembangan Jumlah Puskesmas di 25 Kabupaten Tertinggal KTI, Tahun 2003 dan 2007 No. Kabupaten Jumlah Puskesmas unit Pertumbuhan 2003 2007 1 Kupang 20 26 6,78 2 Timor Tengah Selatan 21 26 5,48 3 Belu 15 18 4,66 4 Alor 16 20 5,74 5 Flores Timur 15 14 -1,71 6 Sambas 18 25 8,56 7 Bengkayang 12 14 3,93 8 Sanggau 19 19 0,00 9 Katingan 25 16 -10,56 10 Gunung Mas 8 12 10,67 11 Kutai Barat 16 21 7,03 12 Kepulauan Talaud 8 19 24,14 13 Banggai 20 20 0,00 14 Morowali 13 15 3,64 15 Selayar 9 12 7,46 16 Jeneponto 13 16 5,33 17 Barru 8 11 8,29 18 Majene 7 9 6,48 19 Maluku Tenggara Barat 21 27 6,48 20 Buru 12 14 3,93 21 Merauke 15 17 3,18 22 Boven Digoel 4 12 31,61 23 Mappi 8 8 0,00 24 Asmat 5 8 12,47 25 Nabire 23 26 3,11 Rata-rata 14 17 4,90 Sumber: Daerah Dalam Angka 2003-2007, BPS 37 Rata-rata laju pertumbuhan jumlah puskesmas untuk periode 2003-2007 adalah sebesar 4,90 persen Tabel 4.2. Laju pertumbuhan puskesmas tertinggi tercatat di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua dengan nilai laju pertumbuhan puskesmas sebesar 31,61 persen. Besarnya laju pertumbuhan puskesmas di kabupaten ini besar kemungkinan karena adanya perbaikan sarana kesehatan mengingat kabupaten ini merupakan kabupaten baru pecahan Kabupaten Merauke. Laju pertumbuhan puskesmas terendah tercatat di Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah dengan nilai laju pertumbuhan sebesar - 10,56 persen.

4.2.2. Bidang Pendidikan

Keragaan infrastruktur di bidang pendidikan pada 25 kabupaten tertinggal KTI akan dijelaskan dengan menggambarkan secara umum jumlah unit sekolah SD dan SMP yang dimiliki masing-masing kabupaten tersebut pada periode 2003, 2005 dan 2007. Variabel tersebut dipilih atas dasar pelaksanaan kebijakan pemerintah yang mewajibkan pendidikan dasar 9 tahun. Infrastruktur bidang pendidikan pada 25 kabupaten tertinggal KTI pada periode 2003, 2005 dan 2007 menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata jumlah SD dan SMP yang menunjukkan kenaikan pada periode tersebut. Pada Tahun 2003 tecatat rata-rata jumlah SD dan SMP 25 kabupaten tertinggal KTI tercatat adalah sebesar 272 unit, sedangkan untuk periode 2005 dan 2007 juga mengalami kenaikan, dimana besarannya masing adalah sebesar 273 unit untuk Tahun 2005 dan 299 unit untuk Tahun 2007. 38 Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah SD dan SMP di 25 Kabupaten Tertinggal KTI, Tahun 2003 dan 2007 No. Kabupaten Jumlah SD dan SMP unit Pertumbuhan 2003 2007 1 Kupang 360 446 5,50 2 Timor Tengah Selatan 520 619 4,45 3 Belu 318 396 5,64 4 Alor 251 270 1,84 5 Flores Timur 325 332 0,53 6 Sambas 507 553 2,19 7 Bengkayang 254 287 3,10 8 Sanggau 752 570 -6,69 9 Katingan 248 251 0,30 10 Gunung Mas 186 191 0,67 11 Kutai Barat 255 280 2,37 12 Kepulauan Talaud 136 156 3,49 13 Banggai 406 443 2,20 14 Morowali 282 335 4,40 15 Selayar 156 193 5,46 16 Jeneponto 279 307 2,42 17 Barru 224 223 -0,11 18 Majene 191 232 4,98 19 Maluku Tenggara Barat 319 392 5,29 20 Buru 193 250 6,68 21 Merauke 186 223 4,64 22 Boven Digoel 68 75 2,48 23 Mappi 125 148 4,31 24 Asmat 97 108 2,72 25 Nabire 154 189 5,25 Rata-rata 272 299 2,40 Sumber: Daerah Dalam Angka 2003-2007, BPS Kabupaten dengan jumlah SD dan SMP terbesar pada Tahun 2007 adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jumlah SD dan SMP sebanyak 619 unit Tabel 4.3, sedangkan kabupaten dengan jumlah SD dan SMP terendah adalah