Bidang Pendidikan Keragaan Infrastruktur Sosial

38 Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah SD dan SMP di 25 Kabupaten Tertinggal KTI, Tahun 2003 dan 2007 No. Kabupaten Jumlah SD dan SMP unit Pertumbuhan 2003 2007 1 Kupang 360 446 5,50 2 Timor Tengah Selatan 520 619 4,45 3 Belu 318 396 5,64 4 Alor 251 270 1,84 5 Flores Timur 325 332 0,53 6 Sambas 507 553 2,19 7 Bengkayang 254 287 3,10 8 Sanggau 752 570 -6,69 9 Katingan 248 251 0,30 10 Gunung Mas 186 191 0,67 11 Kutai Barat 255 280 2,37 12 Kepulauan Talaud 136 156 3,49 13 Banggai 406 443 2,20 14 Morowali 282 335 4,40 15 Selayar 156 193 5,46 16 Jeneponto 279 307 2,42 17 Barru 224 223 -0,11 18 Majene 191 232 4,98 19 Maluku Tenggara Barat 319 392 5,29 20 Buru 193 250 6,68 21 Merauke 186 223 4,64 22 Boven Digoel 68 75 2,48 23 Mappi 125 148 4,31 24 Asmat 97 108 2,72 25 Nabire 154 189 5,25 Rata-rata 272 299 2,40 Sumber: Daerah Dalam Angka 2003-2007, BPS Kabupaten dengan jumlah SD dan SMP terbesar pada Tahun 2007 adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jumlah SD dan SMP sebanyak 619 unit Tabel 4.3, sedangkan kabupaten dengan jumlah SD dan SMP terendah adalah 39 Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua dengan jumlah SD dan SMP pada Tahun 2007 tercatat sebesar 75 unit. Nilai rata-rata laju pertumbuhan sekolah SD dan SMP di 25 kabupaten tertinggal KTI pada periode 2003-2007 adalah sebesar 2,40 persen. Laju pertumbuhan sekolah tertinggi tercatat di Kabupaten Buru Provinsi Maluku, dengan nilai laju pertumbuhan sebesar 6,68 persen. Nilai laju pertumbuhan sekolah terendah tercatat di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dengan laju pertumbuhan sebesar -6,69 persen.

4.3. Keragaan Infrastruktur Ekonomi

4.3.1. Jalan

Variabel panjang jalan dipilih sebagai salah satu variabel untuk menggambarkan melihat kondisi infrastruktur suatu daerah yang merupakan infrastruktur yang dominan dalam mendorong pergerakan ekonomi. Infrastruktur jalan tiap tahunnya mengalami kenaikan, hal ini terlihat dari nilai panjang jalan yang meningkat tiap periode, untuk Tahun 2003, panjang jalan 25 kabupaten tertinggal KTI tercatat sebesar 825,29, kemudian naik menjadi sebesar 893,44 pada Tahun 2005 dan kembali menunjukkan kenaikan pada Tahun 2007, yang tercatat sebesar 912,46. Panjang jalan terbesar pada Tahun 2007 tercatat di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 3.008,13 km, sedangkan panjang jalan terendah tercatat di Kabupaten Asmat Provinsi Papua, yaitu sebesar 80,41 km. Panjang jalan yang relatif pendek di Kabupaten Asmat dikarenakan faktor 40 geografis Kabupaten Asmat, dimana transportasi air merupakan alat transportasi utama di kabupaten ini. Tabel 4.4. Perkembangan Panjang Jalan di 25 Kabupaten Tertinggal KTI, Tahun 2003 dan 2007 No. Kabupaten Panjang Jalan km Pertumbuhan 2003 2007 1 Kupang 704,50 806,01 3,42 2 Timor Tengah Selatan 1543,95 1572,23 0,45 3 Belu 986,59 924,72 -1,61 4 Alor 900,36 999,80 2,65 5 Flores Timur 821,27 853,43 0,96 6 Sambas 863,45 1486,12 14,54 7 Bengkayang 994,19 998,01 0,10 8 Sanggau 1033,73 867,34 -4,29 9 Katingan 438,30 302,66 -8,84 10 Gunung Mas 313,18 952,09 32,04 11 Kutai Barat 749,98 684,78 -2,25 12 Kepulauan Talaud 249,50 325,70 6,89 13 Banggai 1969,80 3008,13 11,17 14 Morowali 1406,33 1375,73 -0,55 15 Selayar 752,19 789,99 1,23 16 Jeneponto 1262,93 1366,36 1,99 17 Barru 681,47 643,07 -1,44 18 Majene 701,33 730,03 1,01 19 Maluku Tenggara Barat 363,14 249,89 -8,92 20 Buru 423,00 311,95 -7,33 21 Merauke 1506,35 1535,50 0,48 22 Boven Digoel 900,07 918,59 0,51 23 Mappi 288,61 339,68 4,16 24 Asmat 42,06 80,41 17,59 25 Nabire 735,86 689,23 -1,62 Rata-rata 825,29 912,46 2,54 Sumber: Daerah Dalam Angka 2003-2007, BPS Rata-rata pertumbuhan panjang jalan 25 kabupaten tertinggal KTI periode 2003-2007 adalah sebesar 2,54 persen Tabel 4.4. Laju pertumbuhan panjang