Hasil Analisis Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap
46
sebanyak 2 variabel. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diputuskan bahwa model fixed effect adalah model yang lebih baik dalam mengestimasi
pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. 2.
Pengujian Asumsi Pengujian asumsi dilakukan untuk melihat apakah model terbebas dari
autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. Tabel 5.1. Hasil Estimasi Persamaan Pengaruh Pembangunan Infrastruktur
terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal KTI
Sumber: Hasil Olahan
Ket: signifikan pada α=0,01
signifikan pada α=0,05
Variabel Koefisien
Std. Error
t-Statistik Probabilita
Elastisitas
C 60,03384
75,83721 0,791615
0,4328 LISTRIK
0,009646 0,001785
5,403073 0,0000
0,2522 TELEPON
0,033703 0,011884
2,83612 0,0069
0,0689 JALAN
0,09358 0,042997
2,176412 0,0349
0,0974 PUSKESMAS
0,524662 2,126966
0,246672 0,8063
0,0095 SEK
OLAH 1,452579
0,279953 5,188647
0,0000 0,4850
Dummy PROGRAM 19,85286
9,20495 2,156759
0,0365 0,0157
Effects Specification
Cross-section fixed dummy variables
Weighted Statistics
R-squared 0,997129 Mean dependent var
1362,512 Adjusted R-squared
0,995172 S.D. dependent var 911,6437
S.E. of regression 72,72973
Sum squared resid 232743
F-statistic 509,4173
Durbin-Watson stat 2,495041
ProbF-statistic 0,00000
47
a. Autokorelasi
Model yang dipilih harus memenuhi asumsi terbebas dari autokorelasi. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menghitung nilai statistik uji
Durbin Watson. Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan nilai statistik Durbin Watson sebesar 2,4 Tabel 5.1, dengan nilai d
L
sebesar 1,458 dan d
U
sebesar 1,801, maka nilai statistik Durbin Watson berada pada daerah tidak terdapat keputusan, sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa terdapat
autokorelasi dalam model. b.
Multikolinieritas Pengujian asumsi selanjutnya adalah pengujian multikolinieritas, dimana
model yang dipilih harus terbebas dari multikolinieritas, atau dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi tinggi antara variabel-variabel
independen. Berdasarkan matriks korelasi pearson antarvariabel independen Tabel 5.2 terlihat bahwa korelasi antarvariabel cukup rendah,
sehingga dapat disimpulkan model telah memenuhi asumsi terbebas dari multikolinieritas, selain itu, nilai VIF variance inflation factor untuk
masing-masing variabel independen cukup rendah yaitu di bawah 10 Lampiran 6, sehingga dapat disimpulkan bahwa model memenuhi
asumsi terbebas dari multikolinieritas.
48
Tabel 5.2. Matriks Korelasi Antarvariabel Bebas
Matriks Korelasi
PDRB LISTRIK TELEPON
PUSKESMAS SEKOLAH
PROGRAM PDRB
1 0.6458224 0.4502893 0.3495933 0.5328431 0.6466124
LISTRIK 0.6458224 1 0.6118182
0.3925705 0.3439942
0.6073212 TELEPON 0.4502893 0.6118182
1 0.5775248 0.3858720 0.3881646
PUSKSMAS 0.3495933 0.3925705 0.5775248
1 0.2986844 0.4536914
SEKOLAH 0.5328431 0.3439942 0.3858720 0.2986844 1
0.6493299 PROGRAM 0.6466124 0.6073212 0.3881646 0.4536914 0.6493299
1
Sumber: Hasil Olahan
c. Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi terakhir adalah uji heteroskedastisitas yang dilakukan dengan White test. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai R
2
sebesar 0,995172, sehingga nilai statistik uji White adalah sebesar 24,87. Nilai Chi-square tabel dengan derajat bebas 6 pada taraf keberartian 1
adalah sebesar 16,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang artinya terdapat heteroskedastisitas dalam model yang dipilih. Untuk
mengatasi adanya heteroskedastisitas dalam model maka metode estimasi yang dipilih diperbaiki dengan metode Generalized Least Squared GLS
atau disebut juga metode cross section weight.