Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit

11 Perkebunan kelapa sawit lebih efisien sehingga menjadi lebih kompetitif dibanding dengan minyak nabati lainnya. Perkebunan kelapa sawit memiliki potensi yang cukup prospektif. Potensi tersebut antara lain limbah dan hasil samping kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan, pengembangan tanaman jagung atau kedelai sebagai penganti tanaman penutup tanah pada waktu kegiatan peremajaan, serta pemanfaatan limbah batang kayu untuk bahan baku industri perkayuan. Sesuai dengan pengalaman dan kesiapan yang dimiliki serta memperhatikan potensi permintaan yang sangat prospektif dan potensi sumber daya alam yang ada, Indonesia masih berpotensi untuk terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Dari gambaran singkat lintasan fakta tersebut, secara umum dapat dilihat bahwa produktivitas minyak sawit jauh lebih tinggi dibanding minyak nabati lainnya. Di samping itu kelapa sawit merupakan tanaman tahunan, sedangkan tanaman nabati lainnya merupakan tanaman musiman. Kebutuhan energi untuk pembukaan lahan dan penanaman hanya sekali dilakukan sesuai daur ekonomi kelapa sawit yaitu dilakukan sekitar 25-30 tahun. Ini berbeda dengan kedelai misalnya yang pengolahan tanahnya perlu dilakukan setiap musim panen.

3.2.2 Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit

Dalam suatu perkebunan kelapa sawit, kegiatan di sektor hulu dan ketepatan sistem budidaya menjadi syarat mutlak. Sistem budidaya yang semakin baik akan memberikan hasil produksi tanaman yang lebih memadai dan memberikan keuntungan yang lebih besar. Banyak faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan perkebunan kelapa sawit dengan produktivitas yang tinggi. Faktor- faktor tersebut antara lain syarat pertumbuhan, penanaman kelapa sawit, dan pemeliharaan. 1 Syarat Pertumbuhan a Iklim Secara alami, tanaman kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dengan suhu optimal 35 C. Tanaman ini memerlukan sinar matahari langsung dengan lama waktu penyinaran 5-7 jam setiap harinya. Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit tidak dapat tumbuh di daerah yang kurang mendapatkan sinar matahai dan yang terlalu lembab. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar 1.500-4.000 mmtahun dengan curah hujan optimal berkisar 2000-3000 mmtahun Sumarto 2010. Iklim bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit dapat dilihat di tabel 7. Tabel 7. Keadaan iklim bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit Keadaan Iklim Baik Sedang Kurang Baik Tidak Baik Curah Hujan mm 200 – 2500 1800 - 2000 1600 - 1800 1500 Defisit airtahun mm 0 – 150 150-250 250 - 400 400 Hari panjang tidak hujan 10 10 10 10 Temperatur 0C 22 – 33 22 – 33 22 - 33 22 – 33 penyiraman jam 6 6 6 6 Kelembaban 80 80 80 80 sumber : Sumarto 2010 b Tanah Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik, berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, tidak berbatu, dan subur. Selain 12 itu, tanah Latosol, Ultisol, dan Aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai, dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar antara 4-6. Ketinggian ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar antara 1-400 m dpl Sumarto 2010. 2 Penanaman Kelapa Sawit a Pembukaan lahan Metode yang digunakan dalam pembukaan lahan tergantung pada vegetasi dan topografi lahan yang akan dibuka. Beberapa cara yang biasa diterapkan untuk pembukaan lahan, yaitu dengan cara manual, mekanis, dan kimia atau kombinasi dari ketiganya. Cara manual dilaksanakan pada area topografi mulai dari bergelombang sampai berbukit dengan vegetasi hutan sekunder atau semak belukar. Cara mekanis dilaksanakan pada areal topografi rata sampai bergelombang dengan cara vegetasi hutan sekunder, semak belukar, atau padang lalang. Cara kimia dilaksanakan pada semua topografi dengan vegetasi rerumputan dan lalang Sumarto 2010. b Penanaman kelapa sawit Penanaman kelapa sawit dimulai dengan pemacangan. Pemacangan ini dilakukan untuk menentukan titik tanam kelapa sawit. Setelah titik tanam telah ditentukan, tanah dibuat lubang dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Lubang tanam ini dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam dilakukan dan diberi pupuk. Bibit tanaman kelapa sawit yang sudah berumur 8-10 bulan dan yang telah diseleksi kemudian ditanam ke tanah yang telah dilubangkan tersebut Sumarto 2010. 3 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan TBM dan pemeliharaan tanaman menghasilkan TM. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang dilakukan meliputi pengendalian gulma, pemeliharaan pokok, pengawetan tanah, pengendalian hama penyakit, dan pemupukan. a Pengendalian gulma Gulma adalah setiap tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman sawit mengalami gangguan. Pengendalian gulma bertujuan untuk memperkecil dan mengurangi kompetisi makanan antara tanaman pokok dan jenis tanaman penutup tanah dengan gulma Sumarto 2010. b Pengawetan tanah Untuk menjaga kesuburan tanah dari pengaruh erosi, maka lahan yang kemiringannya tinggi perlu dibuatkan teras individu. Teras individu yang dibuat tergantung dari besarnya kemiringan tanah tempat tanam Sumarto 2010. c Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan yang terganggu akan mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit baik itu bobot buah, kualitas buah, bahkan akan mengakibatkan tanaman mati sehingga tidak menghasilkan buah. Beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawit antara lain : nematoda, tungau, ulat api, oil palm bunch moth, kumbang Oryctes, babi hutan, tikus, root blast, garis kuning, dan dry basal rot. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, pengendalian hama dan penyakit pada perkebunan kelapa sawit dapat menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. 13 Teknologi tersebut antara lain pengendalian dengan menggunakan mikroorganisme, feromon, dan biofungisida Sumarto 2010. d Pemupukan Pemupukan tiap kebun disusun berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : dosis pupuk yang ditetapkan berdasarkan kemampuan tanah untuk memasok unsur hara untuk pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit, waktu pemberian pupuk yang ditetapkan berdasarkan pola curah hujan, dan intensitas pemberian pupuk yang ditetapkan berdasarkan penyebaran akar kelapa sawit di dalam tanah. Namun secara umum tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik. Pemberian pupuk pertama sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dan kedua diakhir musim hujan Sumarto 2010.

3.2.3 Proses Pemanenan Kelapa Sawit