15 membentuk asam lemak bebas. Hal ini dapat terjadi karena kondisi jalan yang rusak sehingga
pengangkutan buah terganggu, alat angkut yang terbatas, dan stagnasi di pabrik Naibaho 1998. 6
Mutu tandan buah sawit Tandan buah sawit yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku,
yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi CPO dan inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di loading ramp. Tandan yang telah tiba di pabrik perlu
diketahui mutunya dengan cara visual yang dilakukan ditempat penerimaan buah. Pengujian dan sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, tetapi hal ini tidak ekonomis
sehingga sortasi dilakukan dengan acak Naibaho 1998. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Spesifikasi fraksi TBS
Fraksi Istilah
Kriteria
00 mentah sekali
brondolan 0 Mentah
brondolan 1 - 12.5 buah luar 1
kurang matang brondolan 12.5 - 25 permukaan luar
2 matang I
brondolan 25 - 50 permukaan luar 3
matang II brondolan 50 - 75 permukaan luar
4 lewat matang
brondolan 75 - 100 Ranum
buah dalam ikut membrondol
Sumber :
Naibaho 1998 Penimbunan buah yang bermalam di loading ramp dapat menurunkan mutu CPO, yang lebih
cepat dari keadaan penimbunan di lapangan. Hal ini disebabkan derajat kelukaan buah yang tinggi akibat frekuensi benturan mekanis lebih banyak dialami setelah sampai di pabrik dan jika ditimbun
makan proses hidrolisis akan berjalan dengan cepat
.
3.3 Industri Kelapa Sawit
CPO Crude Palm Oil dan KPO Kernel Palm Oil merupakan produk hulu industri kelapa sawit. CPO dihasilkan melalui perebusan dan pemerasan daging buah, sedangkan KPO berasal dari
inti sawit yang di press atau diekstrasi dengan pelarut. Proses produksi CPO dan KPO yang menghasilkan produk ikutan yang cukup memiliki nilai komersial seperti tempurung, serat, tandan
kosong dan sludge. Tempurung dapat diolah lebih lanjut menjadi briket arang sebagai bahan bakar atau karon aktif untuk bahan penyerap. Serat dan tandan kosong dapat diolah lebih lanjut untuk
mendapatkan selulosa atau langsung digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan sludge dapat digunakan sebagai komponen makanan ternak. CPO dan inti sawit merupakan salah satu jenis minyak
nabati yang tidak hanya digunakan untuk keperluan pangan, tetapi juga diperuntukkan bagi aneka keperluan industri non pangan Bagun 2006.
3.3.1 Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit sebagai penghasil CPO dan KPO merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek
komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
16 Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya
kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dalam hal
pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Peta penyebaran dan produksi CPO di Indonesia dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Peta penyebaran dan produksi CPO di Indonesia Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian 2007
3.3.2 Sistem Pengolahan Kelapa Sawit
Ada beberapa tahapan penting dalam mengolah buah kelapa sawit menjadi CPO dan inti sawit. Tahapan tersebut antara lain :
1 Stasiun penerimaan buah
Stasiun ini adalah stasiun pertama dalam proses pembuatan CPO dari TBS. Pada stasiun ini, buah sawit yang telah dipanen dari kebun akan ditimbang bobotnya. Penimbangan ini dilakukan
dengan menimbang bobot buah kelapa sawit dengan truk yang kemudian dikurangi dengan bobot truk kosong. Bobot kelapa sawit akan didapatkan dari hasil pengurangannya. Bobot yang diperoleh akan
menjadi landasan apakah pabrik akan berproduksi atau tidak karena bila bobot yang diperoleh dibawah bobot minimum, pabrik akan mengalami kerugian pada biaya produksi dan upah pekerja.
Selain itu, penerimaan dan penimbangan buah sawit ini menjadi stasiun pertama yang paling menentukan hasil pabrik yang dalam hal ini adalah jumlah CPO yang akan dihasilkan PTPN XIII
2005. 2
Stasiun perebusan Setelah ditimbang dan diperoleh bobot buah kelapa sawit, TBS kemudian direbus dengan
menggunakan panas uap bertekanan. Perebusan ini dilakukan untuk menonaktifkan enzim-enzim lipase yang dapat menaikkan asam lemak bebas ALB dimana enzim lipase akan non aktif pada suhu
45 C. Perebusan juga berguna untuk memudahkan proses pelepasan berondolan dari janjang.
17 Perebusan ini melunakkan berondolan sehingga memudahkan pemisahan antara daging buah dan biji
pada proses digestion dan devericarper. Selain itu, proses perebusan juga berguna untuk memudahkan pemisahan minyak dari ampasnya saat di press dan mengurangi kadar air pada biji sehingga
memudahkan pemecahan dan menaikkan efisiensi pemecahan biji PTPN XIII 2005. 3
Stasiun threshing Buah kelapa sawit yang telah direbus kemudian akan ditebah. Proses penebahan ini
merupakan proses pemisahan berondolan dari janjangan. Proses ini akan memisahkan buah sawit dengan tandannya. Buah sawit yang telah terpisah dari tandannya akan dibawa dengan fruit conveyor
dan fruit elevator menuju digester. Sementara itu, tandan kosong akan diaplikasikan ke kebun sawit dan dijadikan uap untuk menghasilkan energi selama proses produksi CPO berlangsung PTPN XIII
2005. 4
Stasiun digester dan press Buah kelapa sawit yang telah dipisahkan dari tandannya kemudian akan dibawa menuju
digester. Fungsi dari digestion pengadukan antara lain : melepaskan sel-sel minyak dari daging buah dengan cara mencabik dan mengaduknya, memisahkan daging buah dengan biji, menghomogenkan
massa berondolan sebelum menuju alat press, dan mempertahankan temperatur massa campuran agar tetap pada suhu 90-95
C untuk dapat menghasilkan pengutipan minyak yang efektif pada masa pengepresan. Setelah dilakukan pengadukan, buah sawit yang telah dicabik masuk ke dalam alat press.
Tujuan pengepressan adalah untuk mengekstraksi CPO kasar dari buah yang telah dicabik PTPN XIII 2005.
5 Stasiun devericarper
Produk sisa dari hasil ekstraksi minyak pada buah adalah press cake. Press cake ini terdiri dari fiber dan biji. Fiber dan biji akan dipisahkan dimana fiber akan dibawa menuju fiber cyclone
sebagai penampung dan biji akan diproses lebih lanjut untuk mendapatkan kernel. Fiber akan dipakai sebagai bahan bakar untuk menjalankan ketel uap sebagai sumber tenaga selama proses produksi
CPO. Proses di stasiun devericarper melewati proses pemecahan gumpalan cake, proses pengeringan ampas cake dan proses pemisahan fiber dan biji PTPN XIII 2005.
6 Stasiun kernel recovery
Tujuan kernel recovery adalah untuk mengekstraksi inti kernel dari cangkangnya. Pertama, biji dipisahkan dari batu-batuan dan bahan-bahan metal yang akan mengganggu proses pemecahan
biji. Setelah itu, biji dibawa menuju nut silo untuk dikeringkan dengan pemanasan sehingga memudahkan pemecahan cangkang dengan kernelnya. Setelah biji dipanaskan, biji dibawa menuju nut
cracker untuk memecahkan kernel dengan cangkangnya. Kernel dan cangkangnya dipisahkan dimana
cangkang akan di bawa dengan shell elevator menuju shell hopper dan kernel dibawa dengan kernel elevator
menuju kernel silo untuk dipanaskan. Kernel dipanaskan dengan tujuan untuk menghasilkan kernel dengan kadar air kurang dari 7. Cangkang dipakai sebagai bahan ketel uap PTPN XIII
2005. 7
Stasiun klarifikasi Proses klarifikasi adalah proses pemurnian dari minyak kasar yang telah dihasilkan dari
proses sebelumnya. Tahapan proses di stasiun klarifikasi adalah tahap penyaringan crude oil dengan vibrating screen
, tahap pemisahan minyak pada tangki, tahap pemurnian minyak, tahap pengambilan
m b
C d
m L
s P
d o
m s
s
G
3
d l
p d
I
3
j minyak dari sl
berfungsi untu Continous Set
dipisahkan den menuju oil tan
Lumpur yang t sisa minyak
Pemisahan lum didapatkan dar
oil murni dari
mengurangi ka siap untuk dip
sawit dapat dil
Gambar 5. Ske
3.4 Miny