Latar Belakang Kalimantan Barat, Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Crude Palm

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia sangat bergantung pada sektor pertanian. Selain sebagai penghasil devisa negara, sektor pertanian juga merupakan lumbung penghasil pangan utama dan merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar. Salah satu subsektor penting dari sektor pertanian adalah perkebunan yang memberikan kontribusi besar bagi devisa negara seperti karet, kopi, kelapa, kelapa sawit, dan kakao Badrun 2010. Perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu perkebunan yang berkembang pesat selama beberapa dekade ini. Pasar dunia menunjukkan tren permintaan minyak kelapa sawit yang meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi pemanfaatan minyak kelapa sawit itu sendiri Badrun 2010. Sejak tahun 2005, pangsa konsumsi Crude Palm Oil CPO dalam konsumsi minyak nabati dunia telah menggeser konsumsi minyak bunga matahari, rapeseed, dan kedelai yang sebelumnya mendominasi perdagangan minyak nabati dunia dalam waktu yang cukup lama. Produktivitas minyak kelapa sawit jauh lebih tinggi dari minyak nabati lainnya, yaitu CPO sekitar 3.8 tonhektar yang setara dengan 9.3 kali, 7.6 kali, dan 5.8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahari Badrun 2008. Di samping itu kelapa sawit merupakan tanaman tahunan, sedangkan tanaman nabati lainnya merupakan tanaman musiman sehingga budidaya kelapa sawit lebih hemat energi dan memerlukan lahan lebih sedikit untuk mencapai jumlah produksi yang sama dibanding minyak nabati lainnya Badrun 2010. Semenjak tahun 2006, produksi CPO Indonesia telah melampaui produksi CPO Malaysia sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Secara bersama-sama produksi CPO Indonesia dan Malaysia pada tahun 2008 telah menguasai 85.8 produksi CPO dunia dimana produksi CPO Indonesia sebesar 19.100 ribu ton Badrun 2008. Menurut Porter 1998, keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui kinerja dengan kegiatan berbiaya rendah dan memiliki differensiasi untuk membedakan dirinya secara unik dengan pesaing. Kegiatan berbiaya rendah merupakan keunggulan produktivitas, sedangkan differensiasi adalah bagian dari keunggulan nilai Indrajil dan Djokopranoto 2002. Keunggulan kompetitif dalam industri CPO dan inti sawit dapat dicapai bila rantai kegiatan dari kebun hingga ke pabrik terkelola dengan baik secara kualitas maupun biaya. Salah satu produsen minyak kelapa sawit di Indonesia adalah PT Perkebunan Nusantara XIII PTPN XIII yang bergerak dalam bidang usaha agroindustri dan agribisnis. Pola pengembangan kelapa sawit PTPN XIII diarahkan pada kemitraan dengan melibatkan sektor swasta, BUMN, dan rakyat melalui pola Perkebunan Inti Rakyat PIR. Kemitraan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap saling berbagi kerja dan keuntungan dengan petani yang berperan sebagai plasma. Bidang usaha yang dilakukan oleh PTPN XIII meliputi pengelolaan kebun inti dan plasma berikut pabrik pengolahan minyak sawit dengan produk utama berupa Crude Palm Oil CPO dan inti sawit. Dalam era persaingan yang semakin ketat, diperlukan suatu strategi tepat untuk bisa terus bersaing dan mendapatkan keuntungan serta kepuasan konsumen yang maksimal. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah sistem Suppy Chain Management SCM. Menurut Lambert dan Cooper 2000 dalam Van den Vorst dan Beulens 2002, SCM merupakan intergrasi perencanaan, koordinasi, dan pengendalian proses bisnis dan kegiatan dalam supply chain untuk memberikan nilai superior pada konsumen dengan biaya rendah dan memuaskan kebutuhan stakeholder lain. Menurut Lee dan Billington 1995, SCM merupakan suatu jaringan fasilitas yang bermula dari bahan mentah dan ditransformasikan menjadi bahan setengah jadi dan kemudian produk akhir serta pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi yang tepat. Saat ini, banyak perusahaan terkemuka menerapkan sistem SCM dalam rangka menjaga keberlangsungan produksi dengan mempertimbangkan kualitas 2 tinggi dengan biaya rendah. Selain itu, SCM dapat meningkatkan efisiensi kerja dalam suatu perusahaan sehingga menghasilkan produk secara optimal. Pada umumnya, sistem SCM dilakukan pada perusahaan manufaktur. Namun penelitian ini mengambil objek perusahaan berbasis agroindustri yang produknya memiliki karakter khusus. Objek yang difokuskan adalah distribusi dan perlakuan Tandan Buah Segar TBS dari kebun inti, kebun plasma, dan kebun pihak ketiga yang dibawa ke Pabrik minyak sawit PMS Gunung Meliau milik PTPN XIII untuk diolah menjadi CPO dan inti sawit. Diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi salah satu pertimbangan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas di kebun penyuplai TBS dan PMS Gunung Meliau sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

1.2 Tujuan