Proses Pemanenan Kelapa Sawit

13 Teknologi tersebut antara lain pengendalian dengan menggunakan mikroorganisme, feromon, dan biofungisida Sumarto 2010. d Pemupukan Pemupukan tiap kebun disusun berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : dosis pupuk yang ditetapkan berdasarkan kemampuan tanah untuk memasok unsur hara untuk pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit, waktu pemberian pupuk yang ditetapkan berdasarkan pola curah hujan, dan intensitas pemberian pupuk yang ditetapkan berdasarkan penyebaran akar kelapa sawit di dalam tanah. Namun secara umum tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik. Pemberian pupuk pertama sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dan kedua diakhir musim hujan Sumarto 2010.

3.2.3 Proses Pemanenan Kelapa Sawit

Hasil utama yang dapat diperoleh dari Tandan Buah Sawit TBS ialah CPO yang terdapat pada daging buah dan inti sawit yang terdapat pada kernel. CPO dan inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak telah jenuh. Bila telah matang, buah sawit siap untuk dipanen. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pemanenan, antara lain : persiapan panen, pemantauan kriteria matang buah, cara memanen, pemeriksaan panen harian, dan pengutipan hasil pemanenan. 1 Persiapan panen Sebelum melakukan panen buah sawit yang telah matang, perlu dilakukan persiapan panen untuk mempermudah proses panen. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah jalan dan alat dan bahan. Jalan merupakan faktor penunjang dalam pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik, sedangkan alat dan bahan merupakan alat bantu selama proses pemanenan buah sawit Naibaho 1998. 2 Pemantauan kriteria matang buah Buah yang telah matang akan lepas dari bulirnya yang disebut dengan membrondol. Keadaan ini digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah. Semakin banyak buah yang memberondol maka buah dinyatakan semakin matang. Untuk mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan maka ditetapkan kriteria matang panen didasarkan pada : a Kandungan minyak dalam tandan semaksimal mungkin Tujuan dari budidaya kelapa sawit ialah untuk memproduksi CPO dan inti sawit. Oleh sebab itu ukuran yang dipakai bukan berat tandan per ha, akan tetapi jumlah minyak dan inti sawit per ha. Kandungan minyak sebagai ukuran kematangan dianjurkan adalah buah berondol, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena kesulitan dalam pengutipan brondolan dan kemungkinan besar persentase asam lemak bebas akan tinggi Naibaho 1998. b Kandungan asam lemak bebas yang rendah Umumnya konsumen menginginkan CPO dan inti sawit yang mengandung asam-asam lemak bebas yang rendah. Hal ini dapat dicapai jika buah yang dipanen masih mentah, tetapi memotong buah yang mentah akan menimbulkan masalah di pabrik yaitu rendahnya efisiensi minyak dan inti sawit Naibaho 1998. c Biaya panen yang ekonomis Biaya panen merupakan salah satu komponen biaya produksi. Biaya panen dipengaruhi : 14 i. Umur tanaman Tanaman muda lebih mudah dipanen daripada tanaman tua. Tanaman muda di panen dengan menggunakan dodos atau kampak, sedangkan tanaman tua dipanen dengan “egrek”. Pada tanaman tua lebih banyak brondolannya daripada tanaman muda dan akan membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk mengutip brondolan yang umumnya berserakan disekitar pohon Naibaho 1998. ii. Topografi areal Pelaksanaan panen pada tanah miring akan lebih sulit dibandingkan dengan tanah datar. Kesalahan kriteria matang pada tanah miring dapat menyebabkan efisiensi pengutipan brondolan yang rendah Naibaho 1998. iii. Kematangan buah Buah mentah lebih mudah dipanen karena brondolan yang terdapat dipiringan setelah tandan dipotong sangat kecil, sedangkan buah lewat matang jumlah brondolan dipiringan akan lebih banyak dan membutuhkan tenaga tambahan Naibaho 1998. iv. Kemampuan pemanen Kemampuan pemanen untuk melakukan panen dipengaruhi tenaga fisik pemanen. Untuk meningkatkan kemampuan pemanen mencapai target panen sering dibantu oleh istri dan anak Naibaho 1998. 3 Cara memanen Melalui jalan buah, pemanen melihat tanda-tanda buah yang matang. Untuk mempermudah pemotongan tandan buah, pelepah di bawah tandan buah yang menyangga dapat dipotong terlebih dahulu. Memotong pelepah harus merapat ke batang sehingga tidak ada sisa pelepah, hanya pangkal yang masih menempel ke batang. Buah yang telah selesai dipotong kemudian menuju Tempat Penyimpanan Hasil TPH. Buah disusun di TPH secara berbaris 5 atau 10 dengan pangkal tandan mengarah ke atas dan brondolan ditumpuk menjadi satu pada tempat tersendiri. Setelah itu, buah diangkut menuju ke pabrik dengan segera untuk diolah menjadi CPO dan inti sawit. Pengangkutan dapat dilakukan dengan truk atau diantarkan langsung menuju pabrik Naibaho 1998. 4 Rotasi panen Kematangan setiap tandan yang akan dipanen bersifat heterogen. Oleh karena itu diperlukan jumlah pemanen yang cukup dengan pembagian berdasarkan perbandingan pemanenan dengan luas areal. Untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi panen maka dilakukan pembagian ancak panen yang akan dipanen sekali dalam seminggu. Dalam penetapan rotasi panen perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : kerapatan panen, baris borong,dan jumlah pemanen Naibaho 1998. 5 Pengutipan hasil pemanenan Tandan yang telah dipotong segera diangkat ke TPH yang berada dipinggir jalan kebun. Tandan diangkut dengan memakai keranjang pikul atau beko. Tandan umumnya terangkat kecuali tandan yang jatuh ke jurang atau lembah pada areal miring. Brondolan sering tinggal dipiringan dan tumbuh menjadi gulma. Pengumpulan brondolan semakin efektif jika diberlakukan premi brondolan yaitu pemberian premi bagi pemanen yang mengutip seluruh brondolan yang terdapat dipiringan. Pelaksanaan dan pemberian premi akan menguntungkan perusahaan dan pemanen. Pengutipan brondolan yang tidak bersih dapat menyebabkan penurunan mutu CPO. Buah yang ditinggal di lapangan dapat mengalami perubahan mutu buah yang disebabkan terjadinya proses hidrolisis yang 15 membentuk asam lemak bebas. Hal ini dapat terjadi karena kondisi jalan yang rusak sehingga pengangkutan buah terganggu, alat angkut yang terbatas, dan stagnasi di pabrik Naibaho 1998. 6 Mutu tandan buah sawit Tandan buah sawit yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi CPO dan inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di loading ramp. Tandan yang telah tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara visual yang dilakukan ditempat penerimaan buah. Pengujian dan sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, tetapi hal ini tidak ekonomis sehingga sortasi dilakukan dengan acak Naibaho 1998. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Spesifikasi fraksi TBS Fraksi Istilah Kriteria 00 mentah sekali brondolan 0 Mentah brondolan 1 - 12.5 buah luar 1 kurang matang brondolan 12.5 - 25 permukaan luar 2 matang I brondolan 25 - 50 permukaan luar 3 matang II brondolan 50 - 75 permukaan luar 4 lewat matang brondolan 75 - 100 Ranum buah dalam ikut membrondol Sumber : Naibaho 1998 Penimbunan buah yang bermalam di loading ramp dapat menurunkan mutu CPO, yang lebih cepat dari keadaan penimbunan di lapangan. Hal ini disebabkan derajat kelukaan buah yang tinggi akibat frekuensi benturan mekanis lebih banyak dialami setelah sampai di pabrik dan jika ditimbun makan proses hidrolisis akan berjalan dengan cepat .

3.3 Industri Kelapa Sawit