9 Beberapa keunggulan lele dumbo bila dibandingkan dengan lele lokal
menurut Prihartono et al 2002 adalah: 1. Lele dumbo dapat tumbuh lebih cepat, pada umur 24 minggu lele dumbo
dapat mencapai berat 180-200 gr, sedangkan lele lokal hanya 40-50 gr. 2. Lele dumbo dapat mencapai ukuran lebih besar, lele lokal biasanya hanya
mencapai berat sekitar 300 gr, sedangkan lele dumbo dapat mencapai berat 2- 3 kg.
3. Lele dumbo lebih banyak kandungan telur, satu induk betina lele dumbo dapat bertelur 8.000-10.000 butir, sedangkan lele lokal hanya 1.000-4.000 butir.
4. Pakan tambahan bermacam-macam, lele dumbo dapat diberi pakan tambahan seperti kotoran ayam dan bangkai, sedangkan lele lokal tidak suka.
Menurut Khairuman dan Amri 2009 jika terkena sinar warna lele dumbo berubah menjadi pucat, dan bila terkejut warnanya menjadi loreng seperti mozaik
hitam putih. Ukuran mulut lele dumbo sekitar seperempat dari panjang total tubuhnya. Disekitar mulut terdapat empat pasang kumis yang berfungsi sebagai
alat peraba. Di bagian tubuhnya dilengkapi dengan sirip tunggal dan sirip berpasangan. Sirip tunggal berupa sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang
berfungsi sebagai alat bantu berenang. Sementara sirip yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut. Sirip dada juga dilengkapi dengan sirip yang keras dan
runcing, yang disebut patil. Patil berguna sebagai senjata dan alat bantu bergerak.
2.2. Habitat dan Tingkah Laku Lele Dumbo
Habitat lele dumbo menurut Darseno 2010 adalah perairan tawar, seperti sungai-sungai, rawa, telaga, waduk, danau, dan genangan-genangan air yang
cukup dalam. Lele dumbo menyukai perairan yang tenang tidak mengalir deras
10 dan cukup terlindung. Pada siang hari, lele dumbo lebih banyak berdiam diri dan
memilih tempat yang tersembunyi atau gelap. Pada malam hari, justru mulai sibuk beraktivitas dan mencari makan. Hal ini dikarenakan ikan ini tergolong binatang
noktural atau binatang yang aktif pada malam hari. Lele dumbo menurut Khairuman dan Amri 2009 memiliki insang
tambahan yang sering disebut dengan arborescent atau labirin. Insang tambahan ini memungkinkan lele dumbo dapat hidup di dalam lumpur atau di air yang
hanya mengandung sedikit oksigen. Lele dumbo juga mampu hidup di luar air darat selama beberapa jam, asalkan udara di sekitarnya cukup lembab. Semua
kelebihan tersebut membuat ikan ini tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau air mengalir ketika dipelihara di dalam kolam. Oleh karena itu, lele dumbo
dapat juga dipelihara di perairan yang kualitas airnya sangat buruk. Para ahli perikanan tetap memberi syarat dari kualitas air kimia maupun
fisika yang harus dipenuhi jika ingin sukses membudidayakan lele dumbo. Beberapa syarat tersebut adalah:
1. Suhu yang cocok untuk memelihara lele dumbo adalah 20-30 C.
2. Suhu optimum untuk kehidupan lele dumbo adalah 27 C.
3. Kandungan oksigen terlarut di dalam air minimum sebanyak 3 ppm milligram per liter.
4. Tingkat keasaman tanah pH yang ditoleransi lele dumbo adalah 6,5-8. 5. Kandungan karbondioksida CO
2
dibawah 15 ppm, NH
3
sebesar 0,05 ppm, NO
2
sebesar 0,25 ppm, dan NO
3
sebesar 250 ppm. Lele dumbo menurut Khairuman dan Amri 2009 di habitat aslinya
memijah pada awal musim hujan. Rangsangan untuk memijah terjadi akibat
11 peningkatan kedalaman air. Peningkatan kedalaman air ini ditiru di kolam
budidaya untuk merangsang lele dumbo agar memijah diluar musim hujan. Proses pemijahan alami di alam terjadi dalam beberapa tahapan. Awalnya ketika musim
hujan datang, induk lele dumbo yang sudah siap memijah matang kelamin dan matang gonad akan mencari lokasi yang sesuai. Setelah itu, lele dumbo betina
meletakkan telur-telurnya di pinggir perairan lokasi pemijahan. Pada saat bersamaan, lele dumbo jantan menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Telur-telur yang telah dibuahi akan menempel di bebatuan atau di tanaman air yang ada di sekitar. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu sekitar 48 jam atau
2-3 hari, tergantung dari suhu perairan. Semakin tinggi suhu perairan, semakin cepat telur menetas. Jumlah benih yang dihasilkan dari pemijahan alami sangat
sedikit. Hal ini disebabkan sebagian besar benih yang baru menetas mengalami kematian akibat tidak tahan dengan kondisi perairan yang ekstrim. Sebagian benih
yang masih hidup akan menjadi mangsa hewan predator. Pakan alami lele dumbo adalah binatang-binatang renik seperti kutu air
dari kelompok Daphnia, Cladocera, dan Copepoda. Pada dasarnya lele dumbo termasuk ikan pemakan daging karnivora. Lele dumbo juga dikenal sebagai ikan
kanibal atau biasa memangsa sesamanya yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil. Namun, ketika dibudidayakan di kolam, lele dumbo dapat memakan pakan buatan
seperti pelet dan pakan dari limbah peternakan. Lele dumbo merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan.
Artinya hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari- hari akan disantap dengan lahap. Hal ini menyebabkan lele dumbo menjadi cepat
besar dalam masa pemeliharaan yang singkat. Keunggulan ini dimanfaatkan para
12 pembudidaya lele dumbo dengan memberi pakan yang mengandung nutrisi yang
tinggi untuk meningkatkan laju pertumbuhannya. Kandungan gizi yang terdapat dalam lele dumbo menurut Khairuman dan
Amri 2009 cukup tinggi. Setiap 100 gr dagingnya mengandung 18,2 gr protein. Dengan begitu, 500 gr lele dumbo berukuran kecil kira-kira 4 ekor mengandung
12 gr protein, energi 149 kal, lemak 8,4 gr, dan karbohidrat 6,4 gr. Komposisi gizi sebesar ini jarang dimiliki oleh daging-daging sumber protein lainnya.
2.3. Teknik Pembesaran Lele Dumbo