Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo

16 penggantian atau penambahan air. Penambahan air sedikit demi sedikit dilakukan secara berkala. Penggantian atau penambahan air dilakukan setiap lima hari sekali hingga masa panen.

6. Pemanenan

lkan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200-250 gram per ekor dengan panjang 15-20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan jaring. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralonbambu diletakkan di dasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambuparalon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan yang dipasang dikolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum lele dumbo tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan lele dumbo dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan analisis efisiensi produksi dan pendapatan usaha pembesaran lele dumbo. Penelitian terdahulu bertujuan untuk membedakan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. 17

2.4.1. Penelitian Tentang Lele dumbo

Rohaeni 2006 melakukan penelitian mengenai kelayakan investasi pengembangan usaha pembesaran lele dumbo di Agro Niaga Insani, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan sumber data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Usaha yang meliputi analisis pendapatan usaha, RC, Payback Period dan analisis kelayakan usaha yang terdiri atas NPV, Net BC, IRR serta analisis sensitivitas. Perhitungan analisis usaha menghasilkan pendapatan usaha keuntungan sebesar Rp 58.451.900, RC sebesar 1,39 dan Payback Period sebesar 2,98, sedangkan perhitungan analisis kelayakan usaha menghasilkan NPV sebesar Rp 118.976.123,41, Net BC sebesar 1,89 dan IRR sebesar 34,80 persen. Analisis sensitivitas dilakukan sampai pada persentase perubahan harga yang menyebabkan usaha tidak layak. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan harga yang menyebabkan usaha tidak layak adalah kenaikan harga pakan sebesar 25,5 persen dan penurunan harga jual sebesar 9,8 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan pada pembesaran lele dumbo di Argo Niaga Insani menguntungkan dan layak untuk dilakukan dan di kembangkan. Anggraeni 2008 melakukan penelitian mengenai nilai tukar dan tingkat kesejahteraan pembudidaya benih ikan lele dumbo di Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Nilai tukar pembudidaya dalam penelitian ini telah memperhitungkan seluruh pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pembudidaya benih ikan lele dumbo di Desa Babakan. Nilai tukar pembudidaya benih ikan lele dumbo cara alami tertinggi terjadi pada bulan Maret 2007 yaitu 18 162,50. Nilai tukar pembudidaya benih ikan lele dumbo cara suntik yang tertinggi terjadi pada bulan Maret dan April 2007 yaitu 212,73. Nilai tukar pembudidaya benih ikan lele dumbo cara alami dan sutik yang terendah masing-masing terjadi pada bulan Oktober dan November 2007 masing-masing sebesar 55,42 dan 74,30. Analisis tingkat kesejahteraan menurut BPS 2003 menyatakan tingkat kesejahteraan pembudidaya benih ikan lele dumbo termasuk tinggi. Merujuk kriteria kemiskinan Bank Dunia kesejahteraan pembudidaya benih ikan lele dumbo di Desa Babakan berada dibawah garis kemiskinan 100 persen pembudidaya benih cara alami dan 85 persen pembudidaya benih cara suntik.

2.4.2. Penelitian Tentang Efisiensi Produksi dan Pendapatan

Wibawa 2008 melakukan penelitian mengenai efisiensi penggunaan input dan analisis finansial pada usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng. Hasil dari analisis fungsi produksi adalah perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan input agar output yang dihasilkan optimal. Efisiensi penggunaan input dapat dilakukan karena kondisi usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini masih berada pada kondisi Increasing Return to Scale. Pada kondisi optimal, efisiensi penggunaan input dilakukan terhadap benih, kapur, pakan, TK 2 dan TK 3 . Pada kondisi optimal ini jumlah benih yang digunakan sebesar 170 ekor per m 2 dengan jumlah output yang dapat dihasilkan sebesar 124 ekor per m 2 . Tambahan modal yang dibutuhkan agar kondisi usaha optimal sebesar Rp 22.462,06 per m 2 . Pada analisis usaha diperoleh keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 70.871,17 per m 2 . Hasil dari analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan berdasarkan skenario ketiga lahan sewa dan pinjaman bank memberikan manfaat terbesar dengan nilai NPV sebesar 19 Rp 1.174.981.305,75, nilai Net BC sebesar 34,23, dan IRR sebesar 603,00 persen. Analisis sensitivitas dengan menaikkan harga benih, menunjukkan bahwa pada skenario kedua lahan sewa dan modal sendiri dan skenario ketiga lahan sewa dan pinjaman bank memiliki sensitivitas yang sama terhadap kenaikkan harga benih sebesar 167,41 persen. Sedangkan dari hasil finansial dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan ikan lele dumbo layak untuk dilaksanakan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas, konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, biaya, dan pendapatan.

3.1.1. Fungsi Produksi dan Elastisitas

Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa disebut faktor-faktor produksi. Secara umum faktor-faktor produksi terdiri dari alam atau lahan, tenaga kerja dan modal. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan X. Variabel yang dijelaskan dependent variable biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan independent variable biasanya berupa input. Secara umum untuk menghasilkan suatu output diperlukan lebih dari satu input. Fungsi produksi yang baik hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai dasar yang logis secara fisik dan ekonomi, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut Soekartawi, 1990: Y= f X 1 , X 2 , ....., X i , ....., X n Keterangan: Y = output X 1 , X 2 , X i , X n = input-input yang digunakan dalam proses produksi.