Pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa subsektor industri pengolahan tersebut dibagi menjadi 4 kuadran yang garis vertikal tersebut menunjukkan
keterkaitan ke depan dan garis horizontal menunjukkan keterkaitan ke belakang. Subsektor industri pengolahan yang berada pada kuadran I yang berarti bahwa
sektor tersebut memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang tinggi dalah sektor industri kertas, barang dari kertas dan karton.
5.3. Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran berfungsi untuk mengetahui distribusi manfaat pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme
transaksi pasar output dan pasar input dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran.
Tabel 5.15 Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Klasifikasi 10 Sektor
Sektor Koefisien Penyebaran
Kepekaan Penyebaran
Pertanian 0,644 1,310
Pertambangan dan Penggalian 0,370
1,364
Industri Pengolahan 1,101
1,059
Listrik,Gas dan Air Bersih 1,401
1,485 Bangunan 1,416
0,173 Perdagangan 1,036
0,920 Hotel dan Restoran
1,275 0,486
Pengangkutan dan Komunikasi 1,062
1,131 Keuangan,Persewaan dan Jasa
Perusahaan 0,662 1,598
Jasa-jasa 1,028 0,469
Total 10.00 10,00
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah.
5.3.1. Koefisien Penyebaran
Berdasarkan Tabel 5.15 dapat ditunjukkan nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian Indonesia. Tabel
5.9 tersebut memperlihatkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki koefisien penyebaran yang lebih dari satu yaitu sebesar 1,101. Nilai koefisien yang lebih
besar dari satu tersebut mengandung arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan nilai koefisien penyebaran
yang kurang dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Hal ini berarti sektor industri
pengolahan memiliki keterkaitan yang erat terhadap sektor-sektor hulunya atau mampu meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor yang secara langsung maupun
tidak langsung berperan sebagai penyedia input sektor industri pengolahan. Sementara itu jika dilihat pada Tabel 5.16 yang merupakan klasifikasi 17
sektor menunjukkan bahwa subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai koefisien penyebaran kurang dari satu adalah sektor industri kimia, karet, plastik
dan pengilangan minyak, sektor industri logam dasar dan industri lainnya. Hal tersebut mengartikan bahwa ketiga subsektor tersebut kurang mampu untuk
meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 5.16 Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Klasifikasi 17 Sektor
Sektor Koefisien
Penyebaran Kepekaan
Penyebaran Pertanian 0,60
1,21 Pertambangan 0,34
1,26
Industri makanan,minuman dan tembakau 1,30
0,57 Industri tekstil,pakaian jadi,kulit dan alas kaki
1,21 0,64
Industri bambu kayu dan rotan 1,18
1,11 Industri kertas,barang dari kertas dan karton
1,13 1,28
Industri kimia,karet,plastik dan pengilangan minyak 0,89
1,24 Industri semen dan barang bukan logam
1,04 1,63
Industri logam dasar 0,87
1,39 Industri lainnya
0,94 0,83
Listrik, Gas dan Air Bersih 1,32
1,37 Bangunan 1,33
0,16 Perdagangan 0,97
0,85 Hotel dan restoran
1,20 0,44
Pengangkutan dan Komunikasi 1,00
1,04 Keuangan, Persewaan dan Jasa
0,62 1,47
Jasa-Jasa 0,97 0,43
Total 17,00 17,00
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah.
5.3.2. Kepekaan Penyebaran
Berdasarkan Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa nilai kepekaan penyebaran sektor industri pengolahan sebesar 1,059. Nilai kepekaan penyebaran yang lebih
besar dari satu tersebut mengindikasikan bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sedangkan nilai kepekaan penyebaran
yang kurang dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Hal ini berarti sektor industri
pengolahan mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang lainnya.
Namun apabila dilihat pada Tabel 5.16 menunjukkan bahwa subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu
adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki dan sektor industri lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketiga subsektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya.
II I
ara n
b enye
Gambar 5.3. Kuadran Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Subsektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian Indonesia
Berdasarkan Gambar 5.4 menunjukkan bahwa posisi suatu sektor di dalam kuadran ditentukan oleh tinggi atau rendahnya nilai koefisien dan kepekaan
penyebaran. Apabila suatu sektor memiliki nilai yang lebih besar dari satu maka nilai koefisien maupun kepekaannya dapat dinyatakan tinggi yang ditunjukkan
oleh garis vertikal dan horizontal. Sektor industri pengolahan berada pada kuadran I dimana mengartikan bahwa sektor tersebut memiliki nilai koefisien dan
kepekaan yang tinggi.
Kepekaan Penyebaran
III IV
K oe
fi si
en P
0,0 2,00
2,00
0,50 1,00
1,50 0,0
0,50 1,00
1,50
1,08
1,07
1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
2.Industri Tekstil, Pakaian jadi, Kulit dan Alas kaki
3.Industri Bambu, Kayu dan Rotan
4.Industri Kertas, Barang dari kertas dan Karton
5.Industri Kimia, Karet, Plastik dan Pengilangan
Minyak 6.Industri Semen dan Barang
bukan Logam 7.Industri Logam Dasar
8.Industri Lainnya 8
6 7
5 4
3 2
1
Pada Gambar 5.3 menunjukkan bahwa subsektor industri pengolahan yang menempati kuadran I diantaranya adalah subsektor industri bambu, kayu dan rotan
dan industri kertas, barang dari kertas dan karton, dan yang menempati kuadran III adalah sektor industri lainnya yang mengartikan bahwa sektor industri tersebut
memiliki nilai kepekaan dan nilai koefisien penyebaran yang rendah, sehingga kurang mampu untuk dijadikan sektor basis atau sektor unggulan dalam suatu
perekonomian wilayah.
Kepekaan Penyebaran
Pertanian Pertambangan dan
Penggalian Industri Pengolahan
Listrik,gas air bersih
Bangunan Perdaganga
Hotel dan Restoran
Jasa-jasa 1,00
0,50 1,50
I II
III I
Koefisien P
enyebaran
1,50
1,0
0,50
2,00 0,0
0,0 2,00
Pengangkutan dan komunikasi
dan jasa perusahaan Keuangan,persewaan
Gambar 5.4. Kuadran Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian Indonesia
5.4. Analisis Multiplier