Perkembangan Investasi Pada Sektor Industri Pengolahan Kebijakan Pemerintah

Tabel 4.5. Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Pengolahan Tahun 2005 – 2008. Subsektor Industri Pengolahan Tahun 2005 2006 2007 2008 Orang Orang Orang orang 1.Makanan, minuman,dan tembakau 4.013.819 34,43 4.026.540 33,79 3.964.854 4.242.682 33,80 33,24 2.Tekstil, Pakaian Jadi, Barang Kulit dan Alas Kaki 2.309.022 19,80 2.305.213 19,34 2.172.540 17,31 2.274.942 19,07 3.Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1.651.697 14,16 1.674.913 14,05 1.820.565 14,50 1.681.705 14,10 4.Kertas dan Barang Cetakan 311.915 2,67 314.913 2,64 311.105 2,47 323.933 2,71 5.Kimia dan Barang dari Karet,dan pengilangan minyak 673.966 5,78 636.554 5,34 787.574 6,27 627.986 5,26 6.Semen dan Barang Galian Bukan Logam 1.040.018 8,92 1.007.587 8,45 1.088.919 8,67 1.018.138 8,53 7.Logam Dasar, Besi dan Baja 45.678 0,39 72.331 0,60 468.680 3,73 70.853 0,59 8.Barang Lainnya 1.610.385 13,81 1.878.166 15,76 1.657.311 13,20 1.962.948 16,46 TOTAL 11.656.500 100,00 11.916.217 100,00 11.925.359 100,00 12.549.376 100,00 Sumber: Depnakertrans, 2010. Keterangan : = Pangsa dalam persen

4.3. Perkembangan Investasi Pada Sektor Industri Pengolahan

Pada Gambar 4.3 menunjukkan besar realisasi investasi PMDN sektor industri di Indonesia pada tahun 2011, dapat dilihat bahwa sektor industri yang menerima investasi PMDN terbesar adalah industri makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebesar Rp 6.210 miliar, kemudian pada urutan kedua dipegang oleh sektor industri semen dan barang bukan logam sebesar Rp 5.604 miliar. Sektor industri bambu, kayu dan rotan memiliki nilai realisasi investasi PMDN yang tergolong sangat kecil, yaitu hanya sebesar Rp 561 miliar. Makanan, Minuman ,Tembaka u Tekstil,Pa kaian Jadi,dan alas kaki Bambu,Ka yu dan Rotan Kertas,ba rang dari kertas Kimia,Kar et,dan Pengilang an Minyak Semen dan Barang bkn Logam Logam dasar Industri Lainnya Nilai 6210 713 561 5292 4067 5604 4247 489 Realisasi Investasi PMDN Sektor Industri Pengolahan Tahun 2011 Rp Miliar Gambar 4.3. Realisasi Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2011 Sumber: Kemenperin, 2011. Pada Gambar 4.4 menunjukkan realisasi investasi PMA terhadap sektor industri tahun 2011, dapat dilihat bahwa sektor industri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak memiliki nilai realisasi investasi PMA yang tertinggi yaitu senilai US 1.595 Juta dibandingkan dengan sektor-sektor industri yang lainnya, hal tersebut menunjukkan bahwa minat investor-investor asing dalam menanamkan modalnya di sektor ini sangat besar. Makanan, Minuman ,Tembaka u Tekstil,Pa kaian Jadi,dan alas kaki Bambu,Ka yu dan Rotan Kertas,ba rang dari kertas Kimia,Kar et,dan Pengilang an Minyak Semen dan Barang bkn Logam Logam dasar Industri Lainnya Nilai 783 549 45 199 1595 62 1427 512 Realisasi Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2011 US Juta Gambar 4.4. Realisasi Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2011 Sumber: Kemenperin, 2011.

4.4. Kebijakan Pemerintah

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahun 2010-2014 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2-25 yang ditetapkan melalui UU Nomor 17 Tahun 2007. RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerianlembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerianlembaga Renstra-KL dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun atau menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah RKP yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN. Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SPPN mengungkapkan beberapa hal yaitu bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerianlembaga dan lintas kementerianlembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif BAPPENAS, 2010. Visi dalam RPJMN 2014 ini diantaranya adalah: 1. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. 3. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa. Adapun misi dalam RPJMN 2014 diantaranya adalah: 1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi 3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Menurut Kemenperin, 2010 RPJMN ini dapat menjadi pedoman bagi kementerianlembaga dalam menyusun rencana pembangunan daerah atau wilayahnya. Pembangunan industri diarahkan untuk dapat mewujudkan industri yang memiliki daya saing yang kuat dan dengan struktur industri yang sehat. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, yaitu sebagai berikut: 1. Dalam hal pengusahaan usaha, struktur industri disehatkan dengan meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar. 2. Dalam hal skala usaha, struktur industri akan dikuatkan dengan menjadikan IKM sebagai basis industri nasional, yaitu terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri berskala besar. 3. Industri akan diperdalam dengan mendorong diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun industri yang sehat dan kuat. Fokus prioritas pembangunan industri dalam RPJMN 2010-2014 difokuskan kepada tiga hal berikut: 1. Fokus penumbuhan populasi usaha industri: - Revitalisasi industri, khususnya industri pupuk, industri gula, berbagai industri prioritas sesuai kebijakan industri nasional, - Penumbuhan gugus cluster industri berbasis minyak sawit serta industri berbasis minyak dan gas bumi. - Pengembangan kawasan industri ekonomi khusus. 2. Fokus penguatan struktur industri: - Pembinaan industri agar semakin mampu bersaing menjadi pemasok bagi industri yang lebih besarindustri hilirnya. - Pengembangan standarisasi industri dann manajemen untuk mempermudah transaksi. 3. Fokus peningkatan produktivitas: - Program penumbuhan industri unggulan berbasis iptek, terutama bagi industri alat angkut, elektronika, dan telematika.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 tentang analisis dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan, subsektor industri pengolahan yang memiliki peran terbesar dalam meningkatkan produksi sektor-sektor lain maupun sektor itu sendiri adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan subsektor industri pengolahan yang memiliki peran terbesar dalam memajukan sektor yang dijadikan input produksi adalah sektor industri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak. 2. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, subsektor industri bambu, kayu dan rotan serta industri kertas, barang dari kertas dan karton memiliki nilai koefisien dan kepekaan diatas satu dan rata-rata, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang strategis dan mampu dijadikan sebagai sektor basis karena dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi baik melalui penawaran maupun permintaan secara total. 3. Berdasarkan hasil analisis multiplier output tipe I dan II, subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai terbesar adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki. Sedangkan jika dilihat dari hasil analisis multiplier pendapatan, subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai terbesar adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau baik tipe I maupun tipe II, dan pada sisi tenaga kerja yang memiliki nilai multiplier terbesar adalah sektor industri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak. 4. Dengan dilakukannya simulasi penanaman investasi sebesar Rp 86,666 triliun dengan pengalokasian secara merata pada masing-masing subsektor industri pengolahan sebesar Rp 10,833 triliun mampu menciptakan output total di seluruh sektor sebesar Rp 204,126 triliun, pendapatan sebesar Rp 23,472 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 15,23 juta orang.