Peranan Sektor Industri Pengolahan terhadap Struktur Perekonomian Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Peranan Sektor Industri Pengolahan terhadap Struktur Perekonomian Indonesia

Alat analisis Input-Output IO merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat gambaran mengenai peranan sektor industri pengolahan terhadap perekonomian Indonesia. Analisis ini menggunakan data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008. Gambaran struktur perekonomian tersebut meliputi beberapa aspek yaitu struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi masyarakat, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur nilai tambah bruto, serta dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian Indonesia.

5.1.1. Permintaan dan Penawaran Output

Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 maka total permintaan barang dan jasa di Indonesia adalah sebesar Rp 11.944 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 5.335 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 6.608 triliun. Jika dilihat pada Tabel 5.1 sektor industri pengolahan memiliki nilai permintaan antara terbesar yaitu sebesar Rp 2.358 triliun atau sekitar 44,20 persen dari total permintaan antara di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki peranan terbesar output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Jika dilihat dari sisi permintaan akhir, sektor industri pengolahan memiliki nilai sebesar Rp 2.463 triliun atau sekitar 37,27 persen dari total permintaan akhir. Nilai tersebut juga merupakan yang terbesar apabila dibandingkan dengan sektor- sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia. Tingginya permintaan akhir di sektor industri pengolahan tersebut menunjukkan bahwa output pada sektor industri pengolahan merupakan input terbesar yang dapat langsung dikonsumsi langsung oleh masyarakat yaitu oleh rumah tangga. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah permintaan akhir sektor industri pengolahan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaan antara, hal ini dapat menunjukkan bahwa output yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan lebih banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dibandingkan untuk keperluan produksi. Tabel 5.1 Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Klasifikasi 10 Sektor Sektor Permintaan antara Permintaan Akhir Total Permintaan Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Pertanian 752.174.799 14,09 490.367.572 7,41 1.242.542.371 10,40 Pertambangan dan Penggalian 541.750.578 10,15 317.799.261 4,80 859.549.839 7,19 Indsutri pengolahan 2.358.530.362 44,20 2.463.626.583 37,27 4.822.156.945 40,37 Listrik, gas dan air bersih 85.440.795 1,60 39.049.910 0,59 124.490.705 1,04 Bangunan 99.869.565 1,87 1.144.105.970 17,31 1.243.975.535 10,41 Perdagangan 425.000.993 7,96 574.121.752 8,68 999.122.745 8,36 Hotel dan Restoran 72.422.764 1,35 289.474.070 4,38 361.896.834 3,02 Pengangkutan dan Komunikasi 354.651.201 6,64 383.799.715 5,80 738.450,916 6,18 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 449.994.760 8,43 177.325.950 2,68 627.320.710 5,25 Jasa-jasa 195.873.602 3,67 729.068.739 11,03 924.942.341 7,74 Total 5.335.709.419 100 6.608.739.522 100 11.944.448.941 100 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah. Berdasarkan Tabel 5.2 jika dilihat dari sektor industri pengolahan itu sendiri, maka subsektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak memiliki nilai antara terbesar dibandingkan dengan subsektor industri pengolahan yang lain yaitu sebesar Rp 832 triliun atau 35,28 persen dari total permintaan antara. Pada posisi kedua dan ketiga ditempati oleh sektor industri lainnya sebesar 20,14 persen dan sektor logam dasar sebesar 14,87 persen dari total permintaan antara. Dari sisi permintaan akhir, subsektor makanan, minuman dan tembakau menempati urutan pertama yaitu sebesar Rp 764 triliun atau 31,01 persen dari total permintaan akhir, kemudian pada urutan kedua ditempati oleh sektor industri lainnya sebesar Rp 666 triliun atau 27,06 persen dan sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak menempati urutan ketiga yaitu dengan kontribusi sebesar 20,57 persen dari total permintaan akhir. Dari sisi total permintaan, subsektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak menempati posisi pertama yaitu sebesar Rp 1.339 triliun atau 27,77 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak sangat berperan dalam perekonomian Indonesia. Tabel 5.2 Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Subsektor Industri Pengolahan di Indonesia Tahun 2008 Sektor Industri Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Permintaan Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Makanan, Minuman, Tembakau 308.128.843 13,06 764.134.776 31,01 1.072.263.619 22,23 Tekstil,Pakaian Jadi,Kulit dan alas kaki 103.229.642 4,37 215.268.546 8,73 318.498.188 6,60 Bambu,Kayu dan Rotan 99.718.112 4,22 79.201.527 3,21 178.919.639 3,71 Kertas,barang dari kertas dan karton 110.051.602 4,66 61.889.744 2,51 171.941.346 3,56 Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak 832.282.774 35,28 507.015.265 20,58 1.339.298.039 27,77 Semen dan barang bukan logam 79.048.528 3,35 17.726.718 0,71 96.775.246 2,00 Logam Dasar 350.933.856 14,87 151.652.666 6,15 502.586.522 10,42 Industri Lainnya 475.137.005 20,14 666.737.341 27,06 1.141.874.346 23,67 Total 2.358.530.362 100,00 2.463.626.583 100,00 4.822.156.945 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah.

5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah

Pada Tabel 5.3 ditunjukkan struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah Indonesia tahun 2008. Konsumsi rumah tangga di Indonesia berdasarkan Tabel Input-Output tahun 2008 klasifikasi 66 sektor adalah sebesar Rp 3.195 triliun, dan dari total konsumsi tersebut konsumsi masyarakat terhadap sektor industri pengolahan adalah sebesar Rp 1.331 triliun atau sebesar 41,67 persen dari total konsumsi rumah tangga seluruh sektor perekonomian. Nilai konsumsi rumah tangga sektor industri pengolahan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya. Sektor industri pengolahan menduduki peringkat pertama dalam memenuhi konsumsi rumah tangga. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 konsumsi pemerintah sebesar Rp 416 triliun atau sebesar 100 persen dari total pengeluaran pemerintah. Konsumsi pemerintah disini hanya dialokasikan untuk sektor jasa- jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan pertahanan, jasa kemasyarakatan dan jasa lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk sektor-sektor perekonomian lainnya sudah termasuk dalam salah satu anggaran yang terdapat di sektor-sektor jasa. Tabel 5.3 Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor Sektor Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Pertanian 481.384.291 15,06 0,00 0,00 Pertambangan dan Penggalian 1.072.856 0,03 0,00 0,00 Industri Pengolahan 1.331.677.075 41,66 0,00 0,00 Listrik, gas dan Air Bersih 39.049.910 1,22 0,00 0,00 Bangunan 0,00 0,00 0,00 0,00 Perdagangan 381.289.505 11,93 0,00 0,00 Hotel dan Restoran 250.142.272 7,82 0,00 0,00 Pengangkutan dan Komunikasi 282.108.726 8,82 0,00 0,00 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 157.148.959 4,91 0,00 0,00 Jasa-jasa 271.930.837 8,50 416.866.669 100,00 Total 3.195.804.431 100,00 416.866.669 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah. Dapat dilihat pada Tabel 5.4 bahwa konsumsi rumah tangga terhadap output sektor industri pengolahan terbesar berasal dari sektor makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar Rp 622 triliun atau 46,73 persen dari total konsumsi rumah tangga. Selanjutnya pada urutan kedua ditempati oleh sektor industri lainnya yaitu sebesar Rp 272 triliun atau 20,48 persen. Untuk sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak menempati posisi ketiga dari 8 subsektor tersebut yaitu dengan nilai sebesar Rp 252 triliun atau kontribusi sebesar 19 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sektor tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki memiliki konsumsi rumah tangga sebesar Rp 99 triliun atau 7,47 persen, sektor bambu, kayu dan rotan sebesar Rp 33 triliun atau 2,53 persen, sektor logam dasar sebesar Rp 22 triliun atau 1,68 persen, sektor kertas, barang dari kertas dan karton sebesar Rp 21 triliun, kemudian sektor semen dan dan barang bukan logam sebesar Rp 6 triliun atau 0,52 persen dari total konsumsi rumah tangga. Tabel 5.4 Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap subsektor Industri Pengolahan di Indonesia Tahun 2008 Sektor Industri Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Makanan, Minuman dan Tembakau 622.354.148 46,73 0,00 Tekstil, Pakaian Jadi, kulit dan alas kaki 99.502.087 7,47 0,00 Bambu, Kayu dan Rotan 33.687.398 2,53 0,00 Kertas, barang dari kertas dan karton 21.087.049 1,58 0,00 Kimia, Karet, Plastik dan Pengilangan Minyak 252.983.818 19,00 0,00 Semen dan Barang bukan Logam 6.970.802 0,52 0,00 Logam dasar 22.408.628 1,68 0,00 Industri Lainnya 272.683.145 20,48 0,00 Total 1.331.677.075 100,00 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah.

5.1.3. Struktur Investasi

Berdasarkan Tabel 5.5, nilai investasi seluruh sektor perekonomian di Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 1.508 triliun, yang terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp 1.405 triliun dan perubahan stok sebesar Rp 103 triliun. Investasi terbesar dimiliki oleh sektor bangunan yaitu sebesar 1.144 triliun, tingginya investasi di sektor ini dikarenakan indonesia memiliki nilai proyek bangunan yang tergolong tinggi. Investasi sektor industri pengolahan di Indonesia tahun 2008 adalah sebesar Rp 233 triliun atau sebesar 15,45 persen dari total investasi sektor perekonomian secara keseluruhan dan menempati urutan kedua dari seluruh sektor perekonomian di Indonesia. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp 189 triliun atau 13,49 persen dari total pembentukan modal tetap dan perubahan stok sebesar Rp 43 triliun atau 42,25 persen dari total perubahan stok seluruh sektor di Indonesia. Tingginya investasi di sektor ini dikarenakan sumber daya manusia di sektor ini tergolong tinggi, infrastruktur yang sudah memadai dalam menunjang kegiatan perekonomian. Tabel 5.5 Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor Sektor Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Investasi Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Pertanian 2.205.677 0,16 -16.164.473 -15,63 -13.958.796 -0,92 Pertambangan dan Penggalian 997.825 0,07 71.307.551 68,97 72.305.376 4,79 Industri Pengolahan 189.573.442 13,49 43.675.964 42,24 233.249.406 15,45 Listrik, gas dan Air Bersih 0 0,00 0,00 0,00 Bangunan 1.144.105.970 81,40 0 0,00 1.144.105.970 75,82 Perdagangan 38.457.068 2,74 3.638.215 3,1 42.095.283 2,78 Hotel dan Restoran 0,00 0,00 0,00 Pengangkutan dan Komunikasi 9.926.652 0,71 917.880 0,88 10.844.532 0,71 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.445.994 0,17 0 0,00 2.445.994 0,16 Jasa-jasa 17.742.811 1,26 0,00 17.742.811 1,17 Total 1.405.455.439 100,00 103.375.137 100,00 1.508.830.576 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah. Pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai pembentukan modal tetap terbesar pada sektor industri pengolahan adalah subsektor industri lainnya yaitu sebesar Rp 181 triliun atau 95,73 persen dari total pembentukan modal tetap. Sektor industri lainnya mengalami perubahan stok terbesar yaitu senilai Rp 66 triliun atau 151,26 persen. Sedangkan sektor yang mengalami perubahan stok bernilai negatif terbesar adalah sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak yaitu senilai -123,88 persen. Nilai negatif pada perubahan stok mengindikasikan bahwa jumlah pada tahun sebelumnya mengalami pengurangan sedangkan pada tahun tersebut tidak terjadi penambahan stok. Pada sisi investasi, kontribusi terbesar dimiliki oleh sektor industri lainnya yaitu sebesar Rp 247 triliun atau 106,13 persen dari total pembentukan investasi, sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terkecil adalah sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak dengan nilai -23,20 persen. Tabel 5.6 Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok, dan Investasi subsektor Industri Pengolahan di Indonesia Tahun 2008 Sektor Industri Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Investasi Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Makanan,Minuman,Tembakau 0,00 -25.193.384 -57,68 -25.193.384 -10,80 Tekstil,Pakaian Jadi,kulit dan alas kaki 166.363 0,09 12.716.721 29,12 12.883.084 5,52 Bambu,Kayu dan Rotan 140.639 0,07 7.444.884 17,05 7.585.523 3,25 Kertas,barang dari kertas dan karton 0 0,00 221.929 0,51 221.929 0,10 Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak 0,00 -54.107.232 -123,88 -54.107.232 -23,20 Semen dan Barang bukan Logam 84.377 0,04 4.623.208 10,59 4.707.585 2,02 Logam dasar 7.694.272 4,06 31.906.418 73,05 39.600.690 16,98 Industri Lainnya 181.487.791 95,73 66.063.420 151,26 247.551.211 106,13 Total 189.573.442 100,00 43.675.964 100,00 233.249.406 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah.

5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor

Berdasarkan Tabel 5.7, total ekspor di Indonesia sebesar Rp 1.346 triliun. Dari nilai tersebut total ekspor sektor industri pengolahan sebesar Rp 897 triliun atau sebesar 66,65 persen dari total ekspor keseluruhan sektor perekonomian. Kemudian pada posisi kedua dimiliki oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp 244 triliun atau 18,15 persen. Apabila dilihat dari sisi impor terhadap barang dan jasa, nilai impor di Indonesia secara keseluruhan sebesar Rp 1.414 triliun dengan nilai impor di sektor industri pengolahan sebesar Rp 1.022 triliun atau sebanding dengan 72,32 persen dari total impor keseluruhan sektor perekonomian. Sektor pertambangan dan penggalian menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp 142 triliun atau dengan kontribusi sebesar 10,04 persen. Jika dilihat dari selisih antara total ekspor dan impor, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar Rp 68 triliun. Secara keseluruhan sektor industri pengolahan mengalami defisit perdagangan sebesar Rp 125 triliun, dan dalam hal ini dapat diartikan bahwa sektor industri pengolahan di Indonesia masih sangat tergantung kepada impor. Tabel 5.7 Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor Sektor Ekspor X Impor M Selisih X-M Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Pertanian 22.942.077 1,70 60.860.124 4,30 -37.918.047 55,71 Pertambangan dan Penggalian 244.421.029 18,15 142.066.954 10,04 102.354.075 -150,39 Industri Pengolahan 897.330.314 66,65 1.022.998.483 72,32 -125.668.169 184,64 Listrik, gas dan Air Bersih 0,00 0,00 0,00 Bangunan 0 0,00 0,00 0,00 Perdagangan 150.736.964 11,20 0,00 150.736.964 -221,48 Hotel dan Restoran 0 0,00 24.797.593 1,75 -24.797.593 36,43 Pengangkutan dan Komunikasi 30.879.445 2,29 78.349.293 5,53 -47.469.848 69,74 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,00 60.691.146 4,29 -60.691.146 89,17 Jasa-jasa 39.862 0,00 24.644.151 1,74 -24.604.289 36,15 Total 1.346.349.691 100,00 1.414.407.744 100,00 -68.058.053 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah. Pada Tabel 5.8 dapat menunjukkan bahwa subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak dengan nilai sebesar Rp 308 triliun atau 34,34 persen dari total ekspor seluruh subsektor industri pengolahan. Sektor industri makanan, minuman dan tembakau menempati posisi kedua dengan nilai sebesar Rp 166 triliun atau 18,61 persen. Pada sisi impor, subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai impor terbesar adalah sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak senilai Rp 366 triliun atau 35,82 persen dari total impor subsektor industri pengolahan. Selisih ekspor dan impor terbesar dimiliki oleh sektor makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar Rp 99 triliun. Pada Tabel 5.8 terdapat beberapa subsektor industri pengolahan yang memiliki nilai selisih antara total ekspor dan total impor bernilai negatif, diantaranya sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak, sektor semen dan barang bukan logam, sektor logam dasar dan sektor industri lainnya. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap impor secara umum dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh subsektor tersebut masih bergantung kepada impor. Tabel 5.8 Struktur Ekspor dan Impor Subsektor Industri Pengolahan Indonesia Tahun 2008 Sektor Industri Ekspor X Impor M Selisih X-M Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Jumlah Rp Juta Persen Makanan,Minuman,Tembakau 166.974.012 18,61 67.592.168 6,61 99.381.844 -79,08 Tekstil,Pakaian Jadi,kulit dan alas kaki 102.883.375 11,47 22.405.150 2,19 80.478.225 -64,04 Bambu,Kayu dan Rotan 37.928.606 4,23 4.138.979 0,40 33.789.627 -26,89 Kertas,barang dari kertas dan karton 40.580.766 4,52 25.152.889 2,46 15.427.877 -12,28 Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak 308.138.679 34,34 366.452.454 35,82 -58.313.775 46,40 Semen dan Barang bukan Logam 6.048.331 0,67 8.250.206 0,81 -2.201.875 1,75 Logam dasar 89.643.348 9,99 150.511.600 14,71 -60.868.252 48,44 Industri Lainnya 145.133.197 16,17 378.495.037 37,00 - 233.361.840 185,70 Total 897.330.314 100,00 1.022.998.483 100,00 - 125.668.169 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah.

5.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008, nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan serta pajak tak langsung. Berdasarkan Tabel 5.9, dapat diketahui bahwa total nilai tambah bruto Indonesia tahun 2008 adalah sebesar Rp 5.194 triliun yang berasal dari upah dan gaji total sebesar Rp 1.606 triliun, surplus usaha sebesar Rp 3.049 triliun, penyusutan sebesar Rp 538 triliun dan pajak tak langsung sebesar Rp 199 triliun. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap nilai tambah bruto sebesar Rp 1.411 triliun atau sebesar 27,17 persen dari total nilai tambah bruto seluruh sektor perekonomian yang terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp 413 triliun, surplus usaha sebesar Rp 853 triliun, penyusutan sebesar Rp 163 triliun dan pajak tak langsung sebesar Rp 93 triliun. Berdasarkan tabel dibawah ini, terlihat bahwa rasio upah dan gaji terhadap surplus usaha sektor industri pengolahan sebesar 0,48. Apabila nilai rasio tersebut kurang dari satu menunjukkan bahwa adanya ketidakseimbangan distribusi pendapatan antara surplus usaha yang diterima pemilik modal dengan gaji upah yang diterima oleh pekerja. Surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal, lebih tinggi dari pada upah dan gaji yang diterima oleh pekerja. Tabel 5.9 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor Sektor Upah dan Gaji Rp Juta Surplus Usaha Rp Juta Rasio Penyusutan Rp Juta Pajak Tak Nilai Tambah Bruto Langsung Rp Juta Jumlah Rp Juta Persen Pertanian 184.723.174 605.927.633 0,30 18.457.276 13.460.730 821.583.565 15,81 Pertambangan dan Penggalian 83.499.069 435.498.137 0,19 31.742.700 23.714.044 574.453.950 11,05 Industri Pengolahan 413.109.167 853.955.714 0,48 163.865.032 93.474.980 1.411.323.794 27,17 Listrik, Gas dan Air Bersih 31.570.710 49.068.989 0,64 43.839.834 5.461.928 46.034.948 0,88 Bangunan 167.855.903 226.568.876 0,74 40.876.002 16.340.909 451.641.690 8,69 Perdagangan 151.338.617 322.167.917 0,46 40.318.687 19.720.935 533.546.156 10,27 Hotel dan Restoran 53.632.134 74.547.400 0,71 17.055.631 6.827.266 152.062.431 2,92 Pengangkutan dan Komunikasi 107.177.215 122.416.179 0,87 102.460.452 5.565.536 335.930.967 6,46 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 85.309.160 264.819.221 0,32 26.677.423 8.181.599 384.987.403 7,41 Jasa-Jasa 328.035.097 94.630.967 3,46 53.244.811 6.896.699 482.766.874 9,29 Total 1.606.250.246 3.049.601.033 0,52 538.537.848 199.644.626 5.194.331.778 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah. Berdasarkan Tabel 5.10, dapat diketahui total nilai tambah bruto subsektor industri pengolahan yang terbesar adalah sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak yaitu sebesar Rp 399 triliun atau senilai 28,32 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor industri makanan, minuman dan tembakau memiliki nilai pajak langsung yang terbesar yaitu sebesar Rp 56 triliun, nilai upah dan gaji yang terbesar adalah indutri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak dengan nilai sebesar Rp 121 triliun, begitu juga dengan surplus usaha nilai terbesar dimiliki oleh sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak sebesar Rp 329 triliun. Tabel 5.10 Struktur Nilai Tambah Bruto Subsektor Industri Pengolahan di Indonesia Tahun 2008 Sektor Upah dan Gaji Rp Juta Surplus Usaha Rp Juta Penyusutan Rp Juta Pajak Tak Nilai Tambah Bruto Langsung Rp Juta Jumlah Rp Juta Persen Makanan,Minuman,Tembakau 83.942.029 173.163.515 25.383.768 56.376.045 338.865.357 24,01 Tekstil,Pakaian Jadi,kulit dan alas kaki 35.930.754 60.834.954 12.553.359 3.115.170 112.434.237 7,97 Bambu,Kayu dan Rotan 20.355.385 43.404.760 7.805.464 2.174.816 73.740.425 5,22 Kertas,barang dari kertas dan karton 15.752.330 30.971.731 5.350.296 1.421.778 53.496.135 3,79 Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak 121.133.648 329.135.094 50.881.853 11.554.096 399.623.592 28,32 Semen dan Barang bukan Logam 12.819.731 18.040.439 6.879.848 2.680.139 40.420.157 2,86 Logam dasar 46.933.485 70.567.452 18.753.959 5.772.739 142.027.635 10,06 Industri Lainnya 76.241.805 127.837.769 36.256.485 10.380.197 250.716.256 17,76 Total 413.109.167 853.955.714 163.865.032 93.474.980 1.411.323.794 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah.

5.1.6. Struktur Output

Sektoral Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perekonomian. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 dapat diketahui total output perekonomian Indonesia dan output yang diciptakan masing-masing sektor di Indonesia. Tabel 5.11 Distribusi Output Sektoral Perekonomian Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor Sektor Nilai Output Sektoral Rp Juta Persentase Pertanian 1.181.682.247 11,22 Pertambangan dan Penggalian 717.482.885 6,81 Industri Pengolahan 3.799.158.462 36,07 Listrik, Gas dan Air Bersih 124.490.705 1,18 Bangunan 1.243.975.535 11,81 Perdagangan 999.122.745 9,48 Hotel dan Restoran 337.099.241 3,20 Pengangkutan dan Komunikasi 660.101.623 6,26 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 566.629.564 5,38 Jasa-Jasa 900.298.190 8,54 Total 10.530.041.197 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 10 Sektor diolah. Dalam Tabel 5.11 ditunjukkan bahwa output total perekonomian Indonesia sebesar Rp 10.530 triliun. Output di sektor industri pengolahan menempati urutan pertama yaitu sebesar Rp 3.799 triliun atau sebesar 36,07 persen dari total output sektor perekonomian secara keseluruhan. Tabel 5.12 Distribusi Output Sektoral Subsektor Industri Pengolahan Indonesia Tahun 2008 Sektor Nilai Output Sektoral Rp Juta Persentase Makanan,Minuman,Tembakau 1.004.671.451 26,44 Tekstil,Pakaian Jadi,kulit dan alas kaki 296.093.038 7,79 Bambu,Kayu dan Rotan 174.780.660 4,60 Kertas,barang dari kertas dan karton 146.788.457 3,86 Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak 972.845.585 25,61 Semen dan Barang bukan Logam 88.525.040 2,33 Logam dasar 352.074.922 9,27 Industri Lainnya 763.379.309 20,09 Total 3.799.158.462 100,00 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008, Klasifikasi 17 Sektor diolah. Pada Tabel 5.12 menunjukkan output sektoral dari subsektor industri pengolahan yang terbesar dimiliki oleh sektor makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebesar Rp 1.004 triliun atau 26,44 persen dari total nilai output sektoral. Pada urutan kedua ditempati oleh sektor kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak dengan nilai sebesar Rp 972 triliun atau 25,61 persen.

5.2. Analisis Keterkaitan