Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai penyampai pesan seseorang kepada orang lain. Berbahasa dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Dalam berbahasa, terkadang seseorang tidak menyatakannya secara langsung, melainkan melalui maksud yang tersembunyi di balik tuturannya. Selain itu, dalam memahami sebuah tuturan mitra tutur tidak dapat hanya mengandalkan kata-kata yang menyusunnya saja, melainkan harus memperhatikan juga fenomena yang ada di luar bahasa. Ketidakmampuan linguistik struktural untuk menjelaskan fenomena yang ada di luar kalimat serta kejenuhan para linguis terhadap linguistik struktural yang mengkaji bahasa dalam batasan kalimat saja memicu lahirnya cabang ilmu linguistik yang disebut „pragmatik‟ di awal tahun 1960-an. Pragmatik berisi hal- hal tentang penggunaan bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang linguistik struktural Jumanto, 2009: 83. Tidak semua tuturan mempunyai makna sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, terkadang ada maksud yang tersembunyi di belakangnya. Pragmatiklah yang dapat mengkaji hal ini. Menurut Gunarwan dalam Rustono, 1999: 4, pragmatik adalah bidang linguistik yang commit to user 2 mengkaji hubungan timbal balik fungsi ujaran dan bentuk struktur kalimat yang mengungkapkan ujaran. Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam tuturan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik tuturan yang terdapat di masyarakat maupun tuturan di tayangan televisi. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk meneliti tuturan dalam acara humor Opera Van Java yang selanjutnya akan disebut OVJ. OVJ menggunakan ragam tutur nonformal. OVJ merupakan sebuah acara humor yang unik, karena tidak sama dengan acara humor seperti biasanya yang dikemas dengan cerita yang rapi. Di sini, ceritanya sering tidak sesuai dengan jalan cerita yang seharusnya. Akan tetapi, justru inilah yang menjadikannya lucu. Selain itu, OVJ menggunakan konsep wayang yang juga lain dari yang lain. Konsep tersebut ialah bahwa wayang-wayangnya dapat berkomunikasi dengan dalang dan dapat mengadu argumentasi mereka. Hal menarik lainnya dalam OVJ adalah bahwa wayang dapat berbicara dengan wayang yang lain sebagai pemeran pemeran yang sebenarnya, bukan sebagai tokoh yang sedang dimainkan. Sebagai sebuah acara humor, tentu saja tuturan yang terdapat di dalamnya bertujuan untuk menimbulkan efek lucu. Dalam OVJ tidak jarang ditemukan tuturan yang merendahkan orang lain, atau bahkan diri sendiri. Misalnya ialah tuturan Sule “Walaupun muka gua jelek, tapi pesek.” Tuturan tersebut berarti bahwa Sule telah merendahkan dirinya sendiri, yaitu dengan mengatakan bahwa dia jelek. Tuturan dalang Parto “Sek, saya lagi mo nutup Sek.” ditujukan kepada Sule berarti merendahkan mitra tuturnya, yaitu Sule. „Sek‟ ialah kependekan dari pesek, yang berarti menghina Sule bahwa hidungnya pesek. commit to user 3 Tuturan-tuturan yang digunakan dalam OVJ menarik untuk diteliti. Meskipun dalam OVJ terdapat tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan, yang akan diteliti ialah tuturan yang menunjukkan ketidaksantunan kepada orang lain. Hal tersebut karena, jika merendahkan diri sendiri berarti hanya akan menyakiti diri sendiri, bukan orang lain, dan hal itu sudah biasa karena tidak akan berdampak negatif pada orang lain. Bertutur yang menyakiti atau merugikan orang lain merupakan tindakan yang tidak sopan, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari tentu saja semua orang lebih menyukai tuturan yang ditujukan kepadanya itu sopan. Akan tetapi, bagaimana dalam sebuah acara humor? Atas dasar apa para pemain menuturkan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan? Dalam acara humor mungkin tidak seperti dalam kehidupan nyata. Sebuah acara humor tidak mempermasalahkan mengenai sopan santun kepada mitra tuturnya, karena jika tuturannya sopan akan terdengar sangat „datar‟ dan tidak menarik untuk ditonton. Selain itu mungkin juga ada implikatur di balik ketidaksantunan tuturan dalam sebuah acara humor. Mampu bertutur secara halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang jelas dapat menyejukkan hati dan membuat orang lain berkenan. Seandainya perilaku bahasa setiap orang seperti itu, rasa kebencian, rasa curiga, sikap berprasangka buruk terhadap orang lain tidak perlu ada Pranowo, 2009: 1. Kesantunan seseorang dapat dilihat dari tuturannya, karena bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Artinya, melalui bahasa yang digunakan seseorang dapat diketahui kepribadiannya Pranowo, 2009: 3. Seseorang akan merasa senang jika mitra tuturnya berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak mendapat perhatian. Oleh karena commit to user 4 itu, sangat wajar jika sering ditemukan pemakaian bahasa yang baik ragam bahasanya, tetapi nilai rasa yang terkandung di dalamnya menyakitkan hati pembaca atau pendengarnya. Hal ini terjadi karena pemakai bahasa belum mengetahui bahwa di dalam suatu struktur bahasa yang terlihat melalui ragam dan tata bahasa terdapat struktur kesantunan. Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penuturpenulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca Pranowo, 2009: 4. Berdasarkan uraian tersebut, kesantunan mempunyai arti penting dalam berbahasa. Dalam pragmatik terdapat banyak prinsip mengenai kesantunan yang dapat digunakan untuk menganalisis tuturan. Prinsip mengenai kesantunan tersebut antara lain dikemukakan oleh Brown dan Levinson, Leech, Lakoff, Yueguo Gu, dan sebagainya Asim Gunarwan, 2007: 102. Prinsip kesantunan Leech selanjutnya akan disebut prinsip kesantunan saja menjelaskan bagaimana bertutur secara santun dengan membagi menjadi tujuh macam maksim. Ketujuh maksim tersebut dijelaskan dengan masing-masing dua submaksim yang lebih terperinci. Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Setiap maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis tuturan dalam OVJ apakah termasuk sopan atau tidak. Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Selain itu, dalam prinsip kesantunan tersebut disertai pula dengan tiga skala kesantunan. commit to user 5 Setiap maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis tuturan dalam OVJ apakah termasuk sopan atau tidak. Dengan skala kesantunan pula, dapat diketahui peringkat kesantunan sebuah tuturan.

B. Pembatasan Masalah