Implikatur Ingin Menyiksa Implikatur Tidak Sayang kepada Istri

commit to user 77

6. Implikatur Ingin Menyiksa

Implikatur ingin menyiksa ialah tuturan yang mempunyai maksud lain untuk menyiksa mitra tuturnya. [33] Latar : Rumah Ghozali Peserta : Jalaludin, Dalang, dan Ghozali Tujuan : Minta upeti bagi Jalaludin Kunci : Santai Percakapan: Jalaludin : Upetinya mana? Dalang : Heh, upetinya mana? Tanah, tanah. Jalaludin : Tanah, mana tanah? Ghozali : Mana, tanahnya mana? Jalaludin : Tanahnya mana? Dalang : Tanahnya mana? Ni. sambil menunjuk ke dirinya Ghozali : Ini. Jalaludin : Tanah ini? Ghozali : Silakan. Jalaludin : Tapi sebelum tanah ini mau dipake, saya mau coba dulu injek-injek tanahnya. Apakah masih gembur atau tidak. Sini kamu. 65OVJTrans74 Februari 2010 Pada percakapan [33] terdapat tuturan yang mengandung implikatur ingin menyiksa dalam hal ini Dalang. Hal tersebut terlihat pada tuturan Jalaludin “Tapi sebelum tanah ini mau dipake, saya mau coba dulu injek-injek tanahnya. ”. Tuturan Jalaludin tersebut melanggar maksim kearifan, khususnya submaksim pertama karena membuat kerugian orang lain sebesar mungkin. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan yang menunjukkan permintaannya. Jalaludin adalah orang yang ingin mengambil upeti tanah, dan tanahnya adalah Dalang. Jalaludin pun menuturkan “Tapi sebelum tanah ini mau dipake, saya mau coba dulu injek-injek tanahnya. ”. Tuturan tersebut bermaksud untuk mengecek tanahnya, apakah masih gembur atau tidak. Tuturan Jalaludin tersebut memang pas dalam konteks tersebut. Akan tetapi, commit to user 78 jika yang menjadi tanah adalah Dalang, maka di balik tuturan tersebut terdapat maksud lain. Maksud lain tersebut ialah bahwa Jalaludin ingin menyiksa Dalang. Apabila Jalaludin diperbolehkan mengecek tanah dengan menginjak- injaknya, maka dia akan menginjak-injak tubuh Dalang.

7. Implikatur Tidak Sayang kepada Istri

Implikatur tidak sayang kepada istri adalah tuturan yang mempunyai maksud lain yaitu bahwa penutur tidak sayang kepada istrinya. [34] Latar : Rumah Ghozali Peserta : Hartinah, Jalaludin, dan Ghozali Tujuan : Merampas tanah bagi Jalaludin Kunci : Santai Percakapan: Hartinah : Jangan tuan. Ini tanah cuman satu-satunya milik saya. Jalaludin : Sini kau. Kamu tidak menyerahkan tanah itu, Ghozali : Mau kamu apakan dia? Jalaludin : Aku gigit istri kamu. Ghozali : Silakan. 68OVJTrans74 Februari 2010 Pada percakapan [34] terdapat tuturan yang mengandung implikatur tidak sayang kepada istri. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Ghozali “Silakan”. Tuturan tersebut melanggar maksim kearifan, terutama terhadap submaksim pertama karena memaksimalkan kerugian orang lain. Tuturan Ghozali tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Ghozali mempersilakan Jalaludin yang akan menggigit Hartinah istri Ghozali, dengan tuturan “Silakan”. Tuturan Ghozali tersebut bukan hanya setuju dan mempersilakan Jalaludin untuk menggigit istrinya, tetapi juga menunjukkan sesuatu yang lain. Di balik tuturan tersebut masuh terkandung satu maksud lain. Maksud lain dalam tuturan Ghozali tersebut ialah bahwa sebenarnya dia tidak sayang kepada istrinya. Jika Ghozali sayang kepada istrinya maka dia tidak akan membiarkan Jalaludin menggigitnya. Akan tetapi, Ghozali justru mempersilakan Jalaludin yang akan menggigit istrinya, dan hal itu menunjukkan bahwa Ghozali tidak sayang kepada Hartinah.

8. Implikatur Menyuruh